Kehidupan Manusia Masa Praaksara

Kehidupan Manusia Masa Praaksara

Cara hidup manusia praaksara pada jutaan tahun lampau, kehidupan mereka terlampau sederhana karena ada keterbatasan dalam volume otaknya. Menurut par akhli, volume otak mereka memang masih terlampau kecil sehingga mengalami keterbatasan di dalam menemukan cara untuk mengatasi kesulitan hidupnya. Dari waktu ke waktu volume otak itu mengalami perubahan dan perkembangan sehingga mereka semakin terampil dalam menggunakan dan membuat beragam peralatan.

1. Mengenal Praaksara
Praaksara atau prasejarah merupakan suatu kurun waktu terpanjang dalam sejarah  manusia, yakni sejak hadirnya manusia di bumi hingga ditemukannya pengetahuan tentang tulisan atau aksara yang menandai era sejarah. Penelitian di bidang prasejarah berupaya menjelaskan kehidupan manusia purba melalui peninggalan-peninggalan mereka. Peninggalan itu  meliputi sisa-sisa tulang belulang manusia maupun benda-benda (artefak) yang pernah dibuat, dipakai, atau dibuang oleh  mereka. Benda-benda alam seperti tulang hewan (ekofak), cangkang kerang, atau arang sisa pembakaran juga diperlajari untuk mengetahui bentuk interaksi antara manusia purba dengan alam sekitarnya.
Zaman praaksara sering disebut zaman nirleka, yakni kurun waktu kehidupan manusia yang belum mengenal tulisan.
Kehidupan manusia diperkirakan dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka berburu binatang di sepanjang lembah-lembah sungai yang subur. Kehidupan semacam itu diperkirakan berlangsung selama satu juta tahun. Dalam perkembangannya, mereka mulai menggunakan peralatan batu yang masih sederahana. Dari bukti yang berhasil ditemukan, sisa artefak yang berupa alat-alat kapak batu di Pacitan diperkirakan berasal dari masa 800.000 tahun yang lalu.

Manusia prasejarah itu mulai mengenal atau membuat kehidupan meskipun dalam pengertian yang teramat sederahana. Beragam peralatan batu itu diperkirakan pernah digunakan untuk menguliti dan memotong daging buruan.
Kehidupan Manusia Masa Praaksara

Permasalahan yang menarik untuk diteliti, yakni cara manusia purba itu dapat bertahan sedemikian lama. Beberapa ahli berpendapat bahwa manusia purba itu telah berkelompok untuk mengatasi kesulitan hidupnya. Artinya, mereka telah membentuk masyarakat sendiri. Salah satu kasus yang digunakan oleh para ahli adalah saat mereka harus menangkap binatang buruan. Untuk menangkap seekor binatang, tentu diperlukan adanya kerja sama di antara anggota kelompok. Kita tidak dapat membayangkan yang akan terjadi seandainya mereka tidak saling berkerja sama satu dengan yang lain saat berburu binatang. Saat mereka mau menangkap binatang buruan, tentu ada yang mengejar, melempar dengan batu, dan memanah dengan mata tombak.

Setelah binatang buruan tertangkap, pekerjaan belum selesai. Mereka secara bersama-sama membawa binatang itu ke gua yang dijadikan tempat tinggal. Selanjutnya, mereka menggunakan peralatan dari batu itu untuk menguliti dan membaginya. Tidak mengherankan jika di dalam gua-gua yang diduga pernah digunakan sebagai tempat tinggal manusia prasejarah itu bisa ditemukan tulang belulang binatang.


2. Periodisasi Masa Praaksara
Untuk mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya, perlu terlebih dahulu mempelajari periodisasi atau pembabakan zaman di muka bumi. Pembabakan dapat dilakukan secara geologis, arkeologis, dan perkembangan kehidupan manusia. Berikut ini, tiga pembabakan atau periodisasi itu;

a. Periodisasi Menurut Geologis
Geologis atau ilmu bumi yakni ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Menurut ahli geologi, sejarah  perkembangan bumi dapat dikelompokan menjadi empat periode zaman, yakni zaman arkaekum, palaeozoikum, mesozoikum, dan neozoikum.

1) Arkaekum
Zaman ini berlangsung kira-kira selama 2500 juta tahun. Pada saat itu kulit bumi masih panas sehingga belum terdapat kehidupan.

2) Palaezoikum
Zaman ini berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, amfibi, reptil, dan binatang yang tidak bertulang punggung. Zaman ini sering disebut juga zaman primer.

3) Mesozoikum
Zaman ini  berlangsung kira-kira selama 140 juta tahun. Pada zaman ini pertengahan ini, jenis reptil mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering juga disebut zaman reptil. Zaman ini sering disebut juga zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan. Setelah berakhirnya zaman ini, maka muncul kehidupan yang lain, yakni jenis burung dan binatang menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya. Adapun jenis reptilnya mengalami kepunahan.

4) Neozoikum
Zaman ini sering disebut zaman hidup baru yang dapat dibedakan menjadi 2 zaman, yakni;
a) Tersier atau zaman ketiga
Zaman ini berlangsung kira-kira selama 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan perkembangan jenis binatang menyusui seperti kera.
b) Kuartier atau zaman keempat
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman ini  dibagi lagi menjadi 2 zaman, yakni zaman Pleistocen dan Holocen. Zaman Pleistocen atau Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman Holocen atau Alluvium berlangsung kira-kira selama 20.000 tahun yang lalu dan terus berkembang sampai dewasa ini. Pada zaman ini, ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti manusia yang hidup pada zaman modern sekarang.

b. Periodisasi Berdasarkan Arkeologis
Pembabakan zaman praaksara ini berdasarkan pada benda-benda peninggalan yang dihasilkan oleh manusia. pembabakan zaman  praaksara menurut penemuan benda-benda peninggalan adalah sebagai berikut;

1) Zaman Batu
Zaman batu adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjang kehidupan manusia terbuat dari batu. Zaman batu dibagi menjadi 3 zaman, yakni;
a) Zaman Batu Tua / Palaeolithikum
zaman batu tua diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan manusia masih sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden), dan bergantung pada alam. Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, umbi-umbian, serta menangkap ikan. Cara hidup seperti ini dinamakan food gathering. Jenis peralatan yang digunakan pada zaman batu tua terbuat dari batu yang masih kasar, seperti kapak genggam (Chopper), kapak penetak (Chopping tool), peralatan dari tulang dan tanduk binatang, serta alat serpih (flake) yang digunakan untuk menguliti hewan buruan, mengiris daging, atau memotong umbi-umbian.

b) Zaman Batu Pertengahan / Mesolithikum
Zaman Batu Pertengahan (Mesolithikum) diperkirakan berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam. Pada zaman ini, kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan zaman batu tua, yakni berbutu, mengumpulkan makanan, dan menangkap ikan. Mereka juga sudah mulai hidup menetap di gua, tepi sungai, maupun tepi pantai.

Alat-alat perkakas yang digunakan pada masa Mesolithikum hampir sama dengan  alat-alat pada zaman Palaeolithikum, hanya sudah sedikit dihaluskan. Peralatan yang dihasilkan pada zaman Mesolithikum, antara lain kapak Sumatera (pebble), sejenis kapak genggam yang dibuat dari batu kali yang salah satu sisinya masih alami; kapak pendek (hache courte), sejenis kapak genggam dengan ukuran yang lebih kecil; pipisan, batu-batu penggiling beserta landasannya; alat-alat dari tanduk dan tulang binatang; mata panah dari batu dan juga flake. Adapun hasil-hasil kebudayaan yang ditinggalkan manusia purba pada zaman batu pertengahan adalah sebagai berikut;
  • Ditemukannya Kjokkenmoddinger, yakni bukit-bukit karang hasil sampah dapur.
  • Ditemukannya Abris Sous Roche, yakni gua-gua karang sebagai tempat tinggal.
  • Manusia pada zaman ini sudah mengenal seni yang berupa lukisan pada dinding gua. Lukisan itu berbentuk cap tangan dan babi hutan.
c) Zaman Batu Muda / Neolithikum
Pada zaman batu muda, kehidupan manusia praaksara sudah berangsur-angsur hidup menetap tidak lagi berpindah-pindah. Manusia pada zaman ini sudah mulai  mengenal cara bercocok tanam meskipun masih sangat sederhana, selain kegiatan berburu yang masih tetap dilakukan. Manusia purba pada masa neolithikum sudah bisa menghasilkan bahan makanan sendiri atau biasa disebut food producing.

Peralatan yang  digunakan pada masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada peralatan yang berbentuk sangan indah. Peralatan yang diasah pada masa itu adalah kapak lonjong dan kapak persegi. Di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ada yang telah membuat anak panah dan mata tombak yang digunakan untuk berburu dan keperluan lainnya.

d) Zaman Batu Besar / Megalithikum
Zaman Batu Besar dibangun atas konsep kepercayaan hubungan antara yang masih hidup dengan yang sudah mati dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanah. Bangunan megalith mulai dibangun pada masa bercocok tanam sampai masa perundagian. Jenis-jenis bangunan megalith sebagai berikut;

(1) Punden Berundak
Punden berundak adalah bangunan pemujaan para leluhur berupa bangunan bertingkat yang terbuat dari bebatuan. Di atas bangunan itu biasa didirikan menhir. Bangunan ini banyak dijumpai di Kosala dan Arca Domas (Banten), Cisolok (Sukabumi), serta Pugungharjo (Lampung).

(2) Menhir
Menhir (men=batu; hir= berdiri) adalah bangunan berupa batu panjang yang didirikan tegak menjulang sebagai  media atau sarana penghormatan, sebagai tempat roh, sekaligus lambang dari orang yang sudah mati. Menhir banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah.

Dalam upacara pemujaan, menhir juga berfungsi untuk menambatkan hewan kurban. Tempat-tempat penemuan menhir di Indonesia, yakni Pasemah (Sumatera Selatan), Pugungharjo (Lampung), Kosala, Lebak Bondowoso (Jawa Timur), Trunyan dan Sembiran (Bali), Ngada (Flores), Belu (Timor), Bada-Besoha dan Tana Toraja (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan).

(3) Dolmen
Dolmen (dol= meja; men= batu) adalah batu besar dengan permukaan rata. Digunakan sebagai tempat meletakkan sesaji, pelinggih roh, dan tempat duduk ketua suku agar mendapat berkat magis dari leluhurnya. Bangunan ini ditemukan di Pulau Samosir (Sumatera Utara), Pasemah (Sumatera Selatan), Leles (Jawa Barat), serta Pekauman dan Pakian di Bondowoso (Jawa Timur).

(4) Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mati dari satu batu utuh terdiri atas wadah dan tutup. Mayat diletakkan dalam posisi berbaring meringkuk. Sarkofagus banyak ditemukan di Indonesia terutama di Bondowoso (Jawa Timur) dan Bali. Pada Sarkofagus sering dipahatkan motif kedok atau topeng dalam berbagai ekspresi untuk melindungi roh orang yang mati dari gangguan gaib.

(5) Kubur Batu
Kubur batu berbentuk seperti sarkofagus. Akan tetapi, dibuat dari papan-papan batu. Banyak ditemukan di Pasemah (Sumatera Selatan ) dan Kajar, Gunung Kidul (DIY).

(6) Arca Batu
Beberapa arca sederhana menggambarkan para leluhur binatang (gajah, kerbau, monyet). Arca batu ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi. Di Pasemah (Sumatera Selatan) masyarakat di sekitar mengaitkan arca batu dengan legenda Si Pahit Lidah. Arca batu juga ditemukan di Batu Raja dan Pager Dewa (Lampung), Kosala, Lebak Sibedug, dan Cisolok (Jawa Barat), Pekauman Bondowoso (Jawa Timur), serta Bada-Besoha (Sulawesi Tengah).

(7) Waruga
Waruga berpenampilan dan berfungsi seperti sarkofagus, tetapi dengan posisi mayat jongkok terlipat. Waruga hanya ditemukan di Minahasa. Selain sudah mengenal upacara perkabungan bahasa Melayu austronesia sudah mengenal tradisi pengayuan, fetisisme, dan mutilisi (asah gigi, tindik telinga, potong rambut, sunat, serta cabut gigi.

2) Zaman Logam
Pada zaman ini sudah berhasil dibuat peralatan hidup dari logam, karena saat itu telah muncul golongan undagi atau golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu. Pada zaman ini manusia telah mengenal cara melebur, mencetak, menempa, dan menuang.

Zaman logam dibagii menjadi  tiga zaman, yakni zaman tembaga, zaman perunggu, dan  zaman besi. Namun di Indonesia hanya mengalami dua zaman logam, yakni zaman perunggu dan zaman besi.
a) Zaman Perunggu
Pasa zaman telah dikenal logam campuran antara tembaga dan timah hitam yang menghasilkan perunggu. Teknik penuangannya dengan menggunakan cara teknik cetak lilin (a cire perdue). Alat-alat yang dihasilkan pada zaman ini antara lain; kapak corong (kapak yang menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa.

b) Zaman Besi
Zaman besi adalah zaman akhir dari masa prasejarah. Alat-alat yang digunakan pada masa ini lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Dengan masuknya zaman besi ini, maka kebudayaan perunggu telah digantikan dengan zaman besi.

c. Periodisasi Berdasarkan Perkembangan Kehidupan
Perkembangan kehidupan manusia purba di Indonesia dibagi ke dalam tiga masa, yakni masa hidup  berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam dan beternak, dan masa perundagian dan kemahiran teknik.

1) Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Manusia purba pada masa berburu dan meramu disebut dengan food gathering (mengumpulkan bahan makanan). Pada masa ini manusia sangat bergantung pada sumber daya alam. Kebutuhan hidup mereka ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini berburu dan mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika mereka hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada sumber makanan. Kebiasaan hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain disebut dengan nomaden.

Binatang yang dapat mereka buru, antara lain rusa, babi, burung atau menangkap ikan di sungai, danau, dan pantai. Perburuan yang mereka lakukan di hutan-hutan, di sekitar daerah di mana mereka tinggal. Binatang yang berhasil ditangkap biasanya mereka bakar sebelum di makan. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia pada masa ini sudah mengenal api. Selain berburu, mereka juga mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuh-tumbuhan yang bisa di makan.

Guna menghadapi tantangan alam yang begitu keras, terutama dari serangan binatang buas mereka hidup bekerja sama dan berkelompok. Dengan berkelompok akan mempermudahkan mereka untuk menaklukan binatang buas atau binatang buruan. Hidup berkelompok memudahkan perburuan dan keamanan.

Berdasarkan alat-alat yang ditemukan, manusia purba pada masa ini menggunakan alat dari batu, tulang dan kayu. Alat-alat yang digunakan itu masih kasar dan  sangat sederhana. Contoh alat-alat yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, antara lain chopper. Alat yang terbuat dari batu ini berupa kapak yang tidak bertangkai dan cara menggunakan kapak ini digenggam dengan tangan. Fungsinya dapat digunakan untuk memukul atau menggali.

Daerah penemuan jenis kapak genggam antara lain Pacitan, Sukabumi, Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat, Cabbenge, Bali, Flores, dan Timor. Selain kapak genggam, ditemukan pula alat lainnya yang terbuat dari tulang belulang binatang. Bagian tulang yang digunakan biasanya bagian tanduk dan kaki. Alat dari tulang ini dipergunakan untuk menggali umbi-umbian. Alat ini juga dapat digunakan sebagai ujung tombak untuk keperluan perburuan serta menangkap ikan.

Alat-alat lainnya yang ditemukan adalah alat-alat serpih atau disebut dengan flakes. Bentuk alat ini sederhana dan dibuat kecil-kecil sekali dengan ukuran antara 10-20 cm. Alat-alat serpih ini berfungsi sebagai pisau dan mengumpulkan makanan ini masuk pada masa palaeolithikum atau zaman batu tua. Ciri utama dari zaman ini, yakni alat-alat dibuat sangat sederhana, kasar dan tidak halus karena belum diasah.

2) Masa Bercocok Tanam
 Pada awalnya kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Tahap kehidupan ini ada pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Perkembangan selanjutnya, manusia mampu mengolah alam. Kemampuan awal mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masuk pada masa bercocok tanam. Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara memiliki kemampuan menyediakan makanan dalam jangka waktu tertentu.

Manusai Praaksara dapat menyediakan makanan sendiri karena pada tahap ini, manusia  mampu memproduksi tumbuh-tumbuhan dan mengembangbiakan binatang ternak. Manusia mampu menanam berbagai jenis tumbuhan yang semua tumbuh liar, seperti menanam padi dan umbi-umbian. Mereka dapat mengolah tumbuhan itu sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan.

Pada tahap bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa bercocok tanam, manusia secara berkelompok sudah mulai hidup menetap. Mereka tidak perlu berpindah-pindah lagi karena persediaan makanan melalui bercocok tanam sudah tercukupi.

Berhuma merupakan cara bercocok tanam yang digunakan oleh manusia praaksara pada masa itu. Cara berhuma digunakan dengan membersihkan hutan dan menanaminya. Karena proses berhuma memakan waktu yang lama, manusia praaksara tinggal di tempat mereka berhuma dan membangun rumah. Rumah itu terbuat dari kayu. Pada masa itu, manusia praaksara hidup berpindah-pindah. Ketika tanah mereka oleh tidak subur lagi, mereka pindah berhuma ke tempat lain dan rumah itupun ditinggalkan. Teknik bercocok tanam dengan berhuma masih tetap digunakan sampai saat ini. Teknik berhuma digunakan pada daerah-daerah yang kurang dengan sistem perairannya.

Masa bercocok tanam manusia praaksara menghasilkan berbagai alat kehidupan. Alat-alat itu ada yang terbuat dari batu, tulang, dan kayu. Alat atau benda-benda yang terbuat dari batu pada masa bercocok tanam ini masuk dalam zaman mesolithikum (zaman batu pertengahan) dan neolithikum (zaman batu muda). Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa bercocok tanam alat-alat yang dihasilkan sudah mengalami perkembangan. Jika pada masa berburu dan mengumpulkan makanan alat yang dibuat dari batu masih kasar, maka pada masa bercocok tanam alat-alatnya sudah mulai halus. Pada masa ini telah dibuat juga tembikar atau periuk belanga yang terbuat dari tanah liat dan digunakan untuk memasak. Diduga kegiatan perdagangan juga sudah berlangsung pada masa ini dengan sistem barter. Barang yang dipertukarkan berupa hasil pertanian, alat pertanian, hasil ternak, dan hasil perikanan.

3) Masa Perundagian
Zaman logam merupakan fase terakhir perkembangan peradaban prasejarah. Manusia pendukung kebudayaan ini adalah ras Austronesia dari daratan Asia. Ciri zaman ini adalah adanya kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam pengolahan logam. Barang-barang yang digunakan menggunakan bahan dari logam. Meskipun sudah mengenal logam, tidak berarti penggunaan barang-barang dari batu tidak digunakan. Masih banyak masyarakat pada zaman ini menggunakan alat-alat dari batu.

Bahan logam persediaannya masih terbatas. Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja yang menggunakan logam. Butuh keahlian tertentu untuk mengolah logam. Terbatasnya penggunaan bahan dari logam, menunjukkan terbentuknya suatu lapisan sosial. Ada kelompok tertentu yang mampu memiliki bahan dari logam. Karena bahan dan keahlian membuat logam sangat terbatas, maka untuk memperoleh barang logam itu orang harus membelinya. Besar kemungkinan pada masa perundagian ini orang sudah melakukan perdagangan bahan logam. Dengan perdagangan barang dari logam ini masyarakat sudah mulai  berinteraksi dengan dunia luar.

Bersamaan dengan datangnya migrasi dan percampuran budaya, maka pertanian mengalami kemajuan pesat. Hal ini juga didorong oleh alat-alat pertanian yang semakin menunjang. Meningkatnya perkembangan pertanian mendorong penduduk lain untuk bertempat tinggal di perkampungan yang sama sehingga berkembang menjadi sebuah desa. Di desa-desa inilah kemudian peradaban perundagian makin dikembangkan. Mereka mulai memproduksi alat-alat pertanian, alat rumah tangga, dan alat upacara.


3. Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia
Belajar dari kehidupan manusia pada zaman prasejarah, maka terdapat nilai-nilai budaya sebagai peninggalan yang bisa kita maknai. Adapun nilai-nilai itu sebagai berikut;
a. Nilai  Gotong Royong
Manusia prasejarah hidup secara berkelompok, bekerja untuk kepentingan bersama, membangun rumah juga dilakukan secara bersama. Hal itu yang dapat dibuktikan dari adanya bangunan-bangunan megalith yang dapat dipastikan dibangun secara gotong royong.

b. Nilai Keadilan
Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat prasejarah sejak masa berburu, yakni adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Tugas utama kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Sikap keadilan ini berkembang pada masa perundagian. Dari nilai itu, mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh  hak dan kewajiban yang berimbang dengan keahliannya.

c. Nilai Musyawarah
Nilai musyawarah sudah dikembangkan oleh masyarakat prasejarah dalam interaksi bermasyarakatnya seperti dalam pemilihan pemimpin usaha pertanian dan perburuan. Hal itu menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya prinsip hidup demokrasi.

d. Nilai Religius
Nilai religius mencerminkan adanya kepercayaan terhadap sesuatu yang berkuasa atas mereka. Dalam hal ini mereka berusaha membatasi perilakunya. Sikap yang perlu diwariskan adalah sikap penghormatan kepada yang lain, mengatur perilaku agar tidak semaunya dan penghormatan serta pemujaan sebagai dasar keagamaan.


4. Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Nenek moyang Indonesia berasal dari Yunan (daerah hulu Sungai Mekong dan Sungai Salwin) letaknya di antara negara Tiongkok dan Vietnam. Yunan merupakan dataran tinggi kering dengan ketinggian rata-rata 100 meter di atas permukaan laut. Alamnya tertutup rerumputan dan pepohonan yang rendah, serta semak belukar. Wilayah Yunan terbelah oleh jurang yang cukup dalam sehingga membatasi gerak penduduknya dalam mencukupi kebutuhan pangan.

Pada waktu bermigrasi ke Indonesia mereka belum mengenal tulisan. Tujuan mereka bermigrasi yakni untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, awalnya mereka hidup secara nomaden yakni berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Tempat yang menjadi tujuan mereka adalah tempat yang menghasilkan sumber-sumber makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada waktu itu, wilayah daratan Indonesia masih menyatu dengan daratan Asia. Hal ini dibuktikan dengan adanya persamaan jenis fauna (binatang) yang hidup di Asia dan Indonesia bagian barat. Yunani termasuk rumpun bangsa Austronesia, melakukan perpindahan karena diserang bangsa Mongolia pada 2000 SM. Perpindahan nenek moyang Indonesia terbagi dalam dua periode, yakni;

a. Proto Melayu (Melayu Tua) 1.500 SM
Bangsa Proto Melayu memasuki Nusantara melalui dua jalur yakni jalur barat dan timur. Bangsa Proto Melayu memiliki peradaban (hasil kebudayaan) yang lebih tinggi dari pada Homo sapiens yang pernah ditemukan di Indonesia. Kebudayaan bangsa Proto Melayu disebut kebudayaan Neolithikum (batu muda). Benda-benda hasil kebudayaan masih terbuat dari batu, tetapi batu itu telah dihaluskan dan tidak kasar, seperti kapak persegi dan kapak lonjong. Kebudayaan kapak persegi dibawa Proto Melayu yang melalui jalur barat dan kapak lonjong dibawa melalui jalur timur. Proto Melayu berasal dari Yunan yang memiliki mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan. Selanjutnya, mereka beralih ke usaha peternakan dan pengolahan tanah secara primitif.

Rute yang ditempuh saat melakukan migrasi ke Indonesia dapat diketahui dari peralatan yang mereka tinggalkan di daerah yang dilewati. Misal; kapak persegi panjang (rectangular axe) yang banyak ditemukan di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan seluruh Nusa Tenggara. Adapun jalur persebaran Melayu Tua yakni;
  • Jalur barat/ Jalur selatan; Yunan-Laut Tiongkok Selatan-Selat Malaka-Sumatera-Jawa-Kalimantan. Mereka disebut sebagai ras Austronesia yang membawa kebudayaan kapak persegi.
  • Jalur timur/ Jalur utara; Yunan-Formosa/ Taiwan-Jepang-Filipina-Sulawasi-Irian.
Bangsa Proto Melayu membawa kebudayaan Neolithikum yang pusatnya di Bacson dan Hoabin. Karena ditemukan kebudayaan kapak lonjong dan kapa persegi Bangsa Proto merupakan ras Papua Melanosoid yang berasimilasi dengan ras Austro-Melanosoid dan Melayu Baru. Tetapi Proto Melayu tidak mau berasimilasi dengan hidup mengasingkan diri dan menjadi suku Toraja, suku Batak, dan Suku Dayak.

Bangsa Proto Melayu dalam perkembangannya mulai terdesak ke arah timur Nusantara karena kedatangan bangsa Deutro Melayu. Pada zaman sekarang, kita masih dapat menemui keturunan bangsa Proto Melayu, seperti Suku Toraja, Papua, Batak, dan lain sebagainya.

b. Deutro Melayu / Malayu Baru (500 SM)
Deutro Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian selatan. Bangsa Deutro Melayu memasuki wilayah Indonesia sejak 500 SM dengan membawa kebudayaan logam yang berasal dari Vietnam utara (Dongson) sehingga Deutro Melayu sering disebut dengan orang-orang Dongson. Jalur yang ditempuh untuk sampai ke Indonesia adalah jalur barat dan selatan yakni melalui daratan Asia-Semenanjung Malaka-Jawa-Sumatera-Kalimantan. Apabila dibandingkan dengan ras Proto Melayu, peradaban Deutro Melayu lebih tinggi. Deutro Melayu membuat perkakas dari perunggu. Peradaban Deutro Melayu ditandai dengan keahlian mereka mengerjakan logam dengan sempurna.

Perpindahan Deutro Melayu ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang ditinggalkan di beberapa kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang ditinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia. Alat yang mereka tinggalkan berupa kapak persegi panjang. Peradaban itu dapat dijumpai di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.

Perpindahan yang dilakukan Deutro Melayu ada juga yang menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagian dari ras Deutro Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang, bahkan ada yang hingga ke Madagaskar. Kedatangan ras Deutro Melayu semakin lama semakin banyak di kepulauan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, Proto Melayu dan Deutro Melayu membaur dan kemudian menjadi penduduk di kepulauan Indonesia. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatera bagian utara serta Toraja di Sulawesi. Semua penduduk di kepulauan Indonesia, kecuali penduduk papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah ras Deutro Melayu.

Demikianlah ulasan mengenai Kehidupan Manusia Masa Praaksara, yang pada kesempatan kali ini dapat dibahas dengan lancar, semoga ulasan di atas dapat bermanfaat bagi yang menyimak. Kiranya cukup sekian dan sampai jumpa.
*Rajinlah belajar demi Bangsa dan Negeri, serta jagalah kesehatanmu!!!
*Semoga anda sukses!!!
*Terima kasih anda telah menyempatkan diri untuk berkunjung di ReadyyGo!!!

0 Response to "Kehidupan Manusia Masa Praaksara"

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.

Terimakasih Atas Pengertiannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel