Proto Melayu
Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian selatan. Ras Melayu ini mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam, kemudian ke Kepulauan Indonesia. Mereka itu mula-mula menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu membawa peradaban batu di Kepulauan Indonesia. Ketika datang para imigran baru, yaitu Deutero Melayu (Ras Melayu Muda).
Mereka berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan-hutan
sebagai tempat huniannya. Ras Proto Melayu itu pun kemudian mendesak keberadaan
penduduk asli. Kehidupan di dalam hutan-hutan menjadikan mereka terisolasi dari
dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka.
Penduduk asli dan
ras proto melayu
itu pun kemudian
melebur. Mereka itu
kemudian menjadi suku bangsa
Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Kehidupan mereka
yang terisolasi itu
menyebabkan ras Proto
Melayu sedikit mendapat
pengaruh dari kebudayaan
Hindu maupun Islam
dikemudian hari. Para ras Proto
Melayu itu kelak mendapat
pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para penginjil yang masuk
ke wilayah mereka untuk
memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru dalam kehidupan
mereka. Persebaran suku bangsa Dayak
hingga ke Filipina
Selatan, Serawak, dan Malaka menunjukkan
rute perpindahan mereka
dari Kepulauan Indonesia. Sementara suku bangsa Batak yang
mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan Malaka Barat.
Beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Karen di Burma banyak
mengandung kemiripan dengan bahasa Batak.
referensi; Buku Bernard H.M. Vlekke, Nusantara:
Sejarah Indonesia
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER