Persebaran Flora dan Fauna Indonesia
Indonesia
menduduki peringkat pertama di dunia yang mempunyai jenis mamalia terbanyak,
yaitu 515 jenis. Indonesia juga menjadi negara peringkat pertama di dunia yang
mempunyai jenis kupu-kupu terbanyak, yaitu 121 jenis. Dari segi jenis reptil,
Indonesia menduduki peringkat tiga di dunia dengan 600 jenis, peringkat empat
untuk burung (1.519 jenis), dan peringkat kelima untuk amfibi (270 jenis).
Data-data
itu menunjukkan betapa negara kita memiliki kekayaan yang luar biasa. Kekayaan
ini telah lama menyita perhatian dunia sehingga begitu banyak peneliti dan
pemburu yang datang ke Indonesia. Dari seluruh flora dan fauna itu, sebagian
besar merupakan flora dan fauna endemi, artinya tidak ada di wilayah negara
lain. Flora dan fauna itu mempunyai kekhasan tersendiri. Kekhasan itulah yang menimbulkan
minat para ilmuwan untuk datang ke Indonesia. Salah satu ilmuwan itu adalah Alfred Russel Wallace yang berasal dari Inggris.
Ia mengadakan penjelajahan di Indonesia selama delapan tahun, sejak tahun 1854
sampai dengan 1862. Dari penjelajahan itu, Wallace menemukan beberapa keanehan
menyangkut persebaran fauna. Wallace mendapati fauna yang ada di Sumatra juga
banyak terdapat di Kalimantan. Beberapa ikan air tawar di Sumatra juga terdapat
di Kalimantan, padahal di antara dua pulau itu terdapat perairan laut yang
cukup luas, yaitu Selat Karimata. Tidak mungkin ikan air tawar itu menyeberangi
perairan laut yang asin. Anehnya, ikan air tawar di Pulau Sulawesi berbeda
dengan di Kalimantan.
Padahal
selat yang memisahkan lebih sempit dibanding Selat Karimata. Keanehan lain yang
ia dapati di Pulau Sulawesi adalah burung. Ia sama sekali tidak mengira bahwa
jenis burung yang hidup di Sulawesi berbeda dengan burung yang hidup di
Kalimantan. Ini sangat aneh mengingat burung dapat terbang menyeberangi Selat
Makassar yang lebih sempit dibanding Selat Karimata. Keadaan iklim di
Kalimantan dan Sulawesi pun sama. Begitu juga dengan kondisi geografisnya tidak
jauh berbeda.
1.
Flora di Indonesia
a.
Hutan Hujan Tropis
Indonesia
termasuk wilayah dunia yang memiliki hutan hujan tropis cukup luas. Ini tentu
saja erat kaitannya dengan iklim di Indonesia yang sangat mendukung terbentuknya
biom tersebut. Biom ini terbagi menjadi beberapa subbiom sebagai berikut.
1)
Hutan Hujan Pegunungan Tinggi
.
Hutan
hujan pegunungan tinggi terdapat di sebagian wilayah Sumatra, Sulawesi, Papua,
Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ciri - ciri hutan hujan pegunungan tinggi sebagai
berikut.
a)
Terdapat pada ketinggian 1.500–2.400 m dpl (meter di atas permukaan laut).
b)
Jenis tumbuhannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan hujan pegunungan
rendah.
c)
Biasanya pohon-pohonnya berdiameter lebih besar, daun - daunnya lebih kecil,
dan tidak berakar papan.
d)
Pohon-pohon yang paling umum dijumpai antara lain berangan/riung, waru
batu/waru teja, dan cemara.
2)
Hutan Hujan Pegunungan Rendah
Ciri-ciri
hutan hujan pegunungan rendah sebagai berikut.
a)
Terdapat pada ketinggian 500–1.500 m dpl.
b)
Tingkat variasi jenis tumbuhannya sangat kuat yang terdiri atas tiga tingkat,
yaitu:
(1)
tingkat pertama mencapai tinggi 30–40 m
dan ada yang tingginya 50–60 m,
(2) tingkat kedua mencapai tinggi 15–20 m,
serta
(3)
tingkat ketiga mencapai tinggi 5–10 m.
c)
Pohon-pohon riung atau meranak dan petir membentuk atap hutan, sedang
pohon-pohon rasamala serta cemara gunung merupakan pohon-pohon tertinggi yang
menyeruak keluar dari atap hutan.
3)
Hutan Tropika Dataran Rendah
Hutan
tropika dataran rendah juga sering disebut hutan keruing atau hutan lagan.
Jenis hutan ini mempunyai flora yang paling kaya dan beraneka ragam jika
dibandingkan dengan jenis-jenis hutan lainnya di dunia.
Hutan
tropika dataran rendah di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hutan
tropika dataran rendah di kawasan barat Indonesia dan hutan tropika dataran
rendah di kawasan timur Indonesia. Hutan tropika dataran rendah di kawasan
barat Indonesia didominasi oleh suku keruing dengan banyak jenis dari marga
mersawa, pohon kapur, balau, damar, meranti, dan giam. Sebanyak 70% dari
jenis-jenis pohon tersebut berdiameter 40–80 cm, 25% berdiameter 80 – 120 cm,
dan 4% berdiameter lebih dari 120 cm.
4)
Hutan Subalpin
Hutan
subalpin juga disebut hutan kabut atau hutan berlumut. Hutan ini banyak
terdapat di Papua di mana terdapat pegunungan yang tinggi. Ciri-ciri hutan subalpin
sebagai berikut.
a)
Terdapat pada ketinggian 2.400–4.000 meter di atas permukaan laut.
b)
Pohon-pohonnya rapat, tetapi rendah. Tinggi pohon berkisar antara 8–20 meter.
c)
Jumlah jenis pohon sedikit dengan batang-batang yang membengkok dan diselimuti
berjenis-jenis lumut.
5)
Hutan Pantai
Juga
dikenal sebagai formasi butun. Jenis hutan ini terdapat di dinding pantai di
belakang pantai - pantai berpasir yang dihuni oleh biota pantai. Adapun ciri - ciri
hutan pantai sebagai berikut.
a)
Hutan ini dihuni oleh berbagai jenis pohon butun seperti dadap, pandan laut,
dan cemara laut.
b)
Susunan tumbuhan hutan pantai di daerah-daerah yang basah serupa dengan di
daerah kering musiman.
6)
Hutan Mangrove
Hutan
mangrove juga disebut hutan bakau atau hutan air payau. Hutan bakau tumbuh
subur di daerah pantai berlumpur yang terlindung, terutama pada daratan
menjorok ke laut. Di hutan ini zonasi jenis - jenis pohon yang mendominasi
hampir sejajar dengan garis pantai.
Adapun
ciri-ciri hutan bakau sebagai berikut.
a)
Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau berpasir dengan bahan-bahan yang
berasal dari lumpur, pasir, atau pecahan karang.
b)
Lahannya tergenang air laut secara berkala setiap hari sampai daerah yang hanya
tergenang saat pasang purnama.
c)
Mendapat cukup pasokan air tawar dari darat yang berfungsi untuk menurunkan
salinitas serta menambah pasokan unsur hara dan lumpur.
d)
Airnya payau dengan salinitas antara 2–22 ppm (1 ppm= 0,05%) atau asin dengan
salinitas mencapai 38 ppm.
Zona
atau daerah hutan mangrove yang ke arah daratan, pada umumnya bercampur dengan
rawa air tawar. Daerah semacam ini diduga ada kaitannya dengan salinitas dan sifat-sifat
tanah. Zonasi hutan mangrove di Jawa, Maluku, dan kemungkinan di pulau-pulau
lainnya cenderung serupa dengan zona hutan mangrove di Sumatra. Adapun hutan
mangrove di Sumatra dibagi menjadi empat sebagai berikut.
a)
Zona pionir, yang dirajai oleh api-api sering berasosiasi dengan perepat laut.
b)
Zona burus, bakau, dan belabu/niri.
c)
Zona nipah, yang juga sering berasosiasi dengan perepat laut.
d)
Zona hutan rawa gambut.
Indonesia
memiliki hutan bakau terluas di dunia, kemudian disusul Nigeria, Meksiko, dan
Australia. Menurut perkiraan, luas hutan bakau di Indonesia mencapai 4,25 juta hektare
(Giesen, 1993). Sekarang luas tersebut sudah mengalami penyusutan akibat
berbagai alih fungsi lahan menjadi lahan pertambakan, pertanian, dan
permukiman. Hutan bakau terluas di Indonesia terdapat di Papua (58%), Sumatra
(19%), dan Kalimantan (16%).
Flora
yang hidup di hutan bakau Indonesia meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19
jenis liana, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan 1 sikas. Di hutan bakau
terdapat 47 tumbuhan hutan bakau sejati, antara lain bakau, burus, palem, perepat,
dan api-api.
7)
Hutan Rawa
Hutan
rawa adalah hutan yang tumbuh di daerah-daerah rawa. Tanah rawa terdiri atas
tanah aluvial atau tanah gambut. Tanah aluvial terbentuk dari hasil endapan
aliran sungai. Sedangkan tanah gambut terbentuk dari hasil pembusukan tumbuh-tumbuhan
rawa yang sudah mati.
Rawa dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu rawa pasang surut dan rawa
nonpasang surut.
a)
Rawa pasang surut adalah rawa yang terdapat di daerah pesisir yang pada umumnya
dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
b)
Rawa nonpasang surut adalah rawa yang terdapat di daratan yang letaknya jauh
dari pantai, tetapi di dekat sungai atau lahan basah lainnya.
Hutan rawa di
Indonesia dikelompokkan menjadi dua sebagai
berikut.
a)
Hutan Rawa Gambut
Tipe
hutan ini terdapat di perairan oligotrofik,
yaitu perairan yang sangat rendah kandungan zat haranya untuk kehidupan
binatang dan tumbuhan. Keadaan ini memungkinkan terbentuknya gambut. Lapisan
gambut yang terbentuk dapat sangat dalam (mencapai 20 m) dan diameternya bisa
mencapai beberapa kilometer.
Hutan
rawa gambut terbentuk di daerah pesisir sebagai lahan basah pesisir maupun
lahan basah daratan yang mengandung kumpulan gambut dalam jumlah yang besar
atau tebal.
Adapun
ciri-ciri hutan rawa gambut sebagai
berikut.
(1)
Terletak di daerah pesisir sebagai lahan basah pesisir maupun lahan basah
daratan di belakang hutan bakau.
(2)
Lapisan gambut pada hutan rawa gambut sangat besar atau tebal.
(3)
Keadaan tanahnya miskin unsur-unsur hara (mineral yang diperlukan tumbuhan).
(4)
Pohon-pohonnya memiliki garis tengah yang sangat kecil.
Indonesia
merupakan negara yang memiliki hutan rawa gambut terluas di dunia (Sanda, 1996). Luas hutan rawa gambut di
Indonesia antara 16,5–27 juta hektare (Davies dkk., 1995). Hutan rawa gambut
terluas di Indonesia terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan Barat, dan
Kalimantan Selatan. Di Pulau Jawa hanya terdapat sedikit hutan rawa gambut,
yaitu Rawa Danau di Serang (Banten).
Tumbuhan
yang hidup di hutan rawa gambut adalah ramin, suntai, semarum, durian burung,
terentang, dan meranti rawa. Tumbuhan tersebut memperlihatkan zonasi yang
memusat. Di Kalimantan hutan rawa gambut berpusat pada suatu pulau pasir. Di
Sumatra jenis tumbuhannya berpusat pada endapan gambut yang paling tebal.
Semakin ke pinggir, ketebalan endapan gambut semakin berkurang.
b)
Hutan Rawa Air Tawar
Hutan
rawa air tawar merupakan tipe lahan basah yang biasa ditemukan pada tanah
aluvial dataran rendah.
Adapun
ciri-ciri hutan rawa air tawar
sebagai berikut.
(1)
Terletak di antara dua sungai dan jauh masuk ke pedalaman atau pada dataran
luas dekat pantai serta berada di antara hutan rawa gambut dan hutan dataran rendah.
(2)
Digenangi air secara tetap atau musiman, baik air hujan maupun limpahan air
sungai.
(3)
Lapisan gambut pada hutan air tawar hanya sedikit atau tidak mengandung gambut
sama sekali.
(4)
Tanahnya berupa tanah aluvial yang subur dan memiliki sistem pengairan yang
baik.
(5)
Air yang menggenangi berasal dari air hujan, air sungai, dan air permukaan
lainnya.
(6)
Pohon-pohonnya memiliki garis tengah (diameter) lebih kecil jika dibandingkan
pohon-pohon pada hutan dataran rendah, tetapi lebih besar jika dibandingkan pohon-pohon
pada hutan rawa gambut.
(7)
Pada musim kering terdapat sisa-sisa atau bekas genangan air.
Sesuai
dengan ciri-ciri tersebut, maka hutan rawa air tawar terdapat sangat luas di
daerah-daerah dataran rendah yang memiliki sungai-sungai yang besar, misalnya di Sumatra, Kalimantan, dan
Papua. Hutan rawa air tawar di ketiga wilayah tersebut meliputi 95% dari
seluruh hutan rawa air tawar mula-mula di Indonesia.
Hutan rawa air tawar
juga dapat ditemukan di Sulawesi, Jawa,
dan Nusa Tenggara. Salah satu di antaranya adalah hutan rawa air tawar yang
terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan habitat terakhir badak
jawa. Mula-mula hutan rawa air tawar di Indonesia mencapai luas ±103 juta
hektare (Bappenas, 1993). Namun, sampai dengan 2006, luas hutan tersebut diperkirakan
tinggal 23 juta hektare (lianaindonesia.wordpress). Diperkirakan semakin
menyusut lagi karena sebagian besar telah dialihkan sebagai lahan pertanian dan
perikanan. Lahan pertanian bekas hutan rawa air tawar mempunyai tanah yang
subur. Unsur hara yang dikandungnya juga mendukung dikembangkan sebagai
perikanan.
8)
Hutan Kerangas
Hutan
kerangas terdapat pada tanah-tanah podsol dari pasir kuarsa yang miskin hara
dan sangat masam, serta keadaan iklim yang sama dengan hutan hujan dataran
rendah. Akan tetapi, struktur fisiognomi dan floranya berbeda dari hutan hujan
dataran rendah.
Adapun
ciri-ciri hutan kerangas sebagai
berikut.
a)
Pohon-pohonnya kerdil dan jarang serta atapnya terbuka, sedangkan jenis
tumbuhan di bawahnya rapat dan berkayu.
b)
Tumbuhan yang dominan adalah jenis jambu. Jenis-jenis pohon utama lainnya
adalah cemara, perepat darat, blangeran, giam padi, giam tembaga, gerunggang,
melur, melur tali, sekel, dan damar. Jenis-jenis perdu dan herba juga terdapat
pada hutan ini.
Hutan kerangas
terdapat di Pulau Bangka, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Papua.
9)
Hutan Batu Kapur
Hutan
batu kapur terdapat pada areal sempit dengan habitat dan floranya yang khas.
Pada hutan ini terdapat jenis-jenis flora endemik (hanya terdapat di
tempat-tempat tertentu) dan langka.
10)
Hutan pada Batu Ultrabasik
Terdapat
di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Tanahnya berasal dari serpentinit dan
mengandung unsur besi (Fe) serta magnesium (Mg) tinggi, tetapi kandungan
silikonnya (Si) rendah. Selain itu, juga mengandung unsur-unsur lain yang merupakan
racun bagi tanaman dalam jumlah banyak, terutama nikel, kobalt, dan kromium.
Jenis tumbuhannya bervariasi, mulai dari semak-semak yang terbuka sampai pohon-pohon
yang tinggi dan rapat. Susunan tumbuhannya dapat sangat lain (merambat dengan
batang berkayu panjang) atau mirip dengan hutan pada tanah-tanah yang lain.
b.
Hutan Monsun (Hutan Musim)
1)
Hutan Monsun Gugur Daun
Hutan
monsun gugur daun terdapat di Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi
Selatan, dan Papua bagian selatan.
Adapun
ciri-ciri hutan monsun gugur daun
sebagai berikut.
a)
Terdapat pada ketinggian 0–800 m dpl.
b)
Beriklim musiman, biasanya jumlah penguapan melebihi banyaknya curah hujan.
c)
Curah hujannya kurang dari 1.500 mm/tahun. Pada musim kering, jumlah curah
hujan kurang dari 60 mm/tahun.
d)
Ada pohon-pohon yang tingginya di bawah 25 m, biasanya bercabang di bawah.
e)
Jumlah jenis pohonnya sedikit.
f)Anakan
pohon jarang terdapat.
g)
Tidak dijumpai paku pohon, pohon kapur, pakis kurung atau paku payung, maupun
daun kendi.
h)
Bambu sering ditemukan, juga tumbuh-tumbuhan bawah yang kebanyakan berupa
rumput.
i)Di
Sumbawa jenis-jenis pohon yang umum dijumpai, yaitu tanggulun/katos, kesambi,
dan lanji/walikukun.
j)
Di Timor dan Wetar dijumpai hutan kayu merah pada dataran rendah. Jenis-jenis
pohon yang membentuk hutan angsana antara lain meliputi angsana, upas,
penjalinan, dadap, dan balok.
k)
Di Jawa, Madura, dan Kangean terdapat formasi hutan jati.
2)
Hutan Monsun yang Selalu Hijau
Hutan
monsun yang selalu hijau terdapat di Pulau Sumbawa, Timor, dan Wetar. Di Pulau Sumbawa
hutan monsun terdapat pada ketinggian 800–1.000 m dpl dan di Pulau Timor serta
Wetar terdapat pada ketinggian 1.000 m dpl dan dirajai oleh Eucalyptus (ampupu).
Hutan Eucalyptus tersebut selain
dibentuk oleh ampupu, juga oleh jenis-jenis pohon lainnya antara lain sengon,
kayu embalo, jambu, pakis, dan kayu tahun.
c.
Sabana
Sabana
(savana) adalah tanah bersistem pengairan baik yang sebagian besar ditutupi
rumput, semak (kurang dari 50%), dan pohon (antara 10–30%). Jika tanah tersebut
ditutupi rerumputan dan paku-pakuan (lebih dari 50%) serta pohon dan semak
(kurang dari 10%), disebut padang rumput (grassland/grass savana). Sabana tumbuh di daerah
yang curah hujannya sedikit hingga sedang. Sabana biasanya dimanfaatkan untuk
usaha peternakan, yaitu sebagai lahan penggembalaan. Sabana banyak terdapat di
Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan.
Pohon-pohon
yang merajai pada sabana yang terdapat di kawasan timur Indonesia adalah kayu
putih. Di Flores, Timor, Alor, Wetar, dan Papua bagian selatan, dirajai oleh
tumbuhan akasia dan ampupu ( Eucalyptus ). Di Jawa Timur dan pulau-pulau lain
di Nusa Tenggara Timur, jenis-jenis pohon yang merajai adalah dari marga lontar
dan gebang.
Di Pulau Timor
terdapat empat jenis sabana sebagai berikut.
1)
Sabana cemara gunung pada ketinggian 100–125 m dpl.
2)
Sabana akasia dan ampupu pada ketinggian 600–700 m dpl.
3)
Sabana Eucalyptus platyphylla ditemukan pada daerah yang bergelombang di
dataran rendah.
4)
Sabana kayu putih ditemukan pada ketinggian di atas 900 m dpl.
Berdasarkan
luas hutan yang ada di Indonesia, hutan hujan tropika meliputi areal yang
paling luas (66 juta hektare), diikuti oleh hutan sekunder (23 juta hektare),
padang alang-alang (16 juta hektare), hutan rawa air tawar (13 juta hektare),
dan tipe-tipe hutan lainnya (4 juta hektare).
2.
Tipe Fauna di Indonesia
Berdasarkan
pengamatan, Wallace berpendapat bahwa Kalimantan bersama Sumatra, Jawa, dan Bali
pernah menjadi bagian Asia. Perairan dangkal di sekitar pulau-pulau ini membuktikan
pendapat itu. Perairan dangkal itu dahulu berupa daratan yang berperan dalam
persebaran flora dan fauna. Dangkalan ini dikenal dengan sebutan Dangkalan
Sunda. Karena inilah tipe fauna di wilayah ini memiliki kesamaan. Selanjutnya,
fauna di wilayah ini disebut fauna tipe Asia. Di kawasan timur Indonesia, hal
serupa juga terjadi di Papua dan Kepulauan Maluku. Fauna di kawasan ini
memiliki kesamaan dengan fauna di Australia. Mamalia yang hidup di kawasan ini
didominasi oleh masupialia, yaitu mamalia yang berkembang di luar kandungan. Mamalia
ini berkembang di kantong induknya seperti kanguru, kuskus berkantong, dan
tikus berkantong. Di kawasan ini terdapat burung kasuari yang juga terdapat di
Australia. Persamaan ini merupakan bukti bahwa perairan di kawasan timur Indonesia
yang dangkal itu dahulu merupakan daratan yang kering pula. Karena itulah,
fauna dapat menyebar dari Australia ke Papua dan sekitarnya. Daerah di kawasan ini
disebut Dangkalan Sahul. Selanjutnya,
flora dan fauna di kawasan ini dikenal sebagai fauna tipe Australia. Di antara
Dangkalan Sunda dan Sahul, terdapat perairan laut dalam. Berbeda dengan
Dangkalan Sunda dan Sahul yang perairannya dangkal, perairan di kawasan ini sangat
dalam. Perairan ini belum pernah kering. Di perairan ini terdapat Pulau Sulawesi,
Kepulauan Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil lainnya. Kawasan ini dikenal
dengan nama Wallacea.
Wallacea
memberi batas antara kawasan Dangkalan Sunda dan kawasan Wallacea dengan garis
yang terkenal dengan Garis Wallace. Garis ini untuk menunjukkan pembagian fauna
yang sangat berbeda antara kawasan tipe Asia dan kawasan Wallacea. Selanjutnya, antara kawasan ini
dengan kawasan Dangkalan Sahul dipisahkan oleh Garis Weber untuk menunjukkan pembagian jenis faunanya. Ada pula Garis Lydekker yang digunakan sebagai
batas paling barat dari satwa tipe Australia. Penentuan garis ini didasarkan
pada batas kedalaman laut di Dangkalan Sahul. Namun, baik Garis Wallace maupun
Garis Weber itu telah menjadi agak kabur. Dari fakta yang ada, beberapa fauna
tipe Asia dan Australia telah beralih ke kawasan Wallacea. Burung pelatuk,
bajing, dan cerurut yang bertipe Asia telah melintasi Garis Wallace, yaitu dari
Bali ke Lombok, Sumbawa, Flores, dan Alor. Mungkin binatang itu telah dibawa oleh
orang Melanesia sebagai bahan makanan dan binatang piaraan.
Demikian
halnya dengan fauna tipe Australia. Possum berkantong dan kakaktua yang
merupakan fauna tipe Australia telah menempati Sulawesi tetapi tidak ada di
Kalimantan. Demikian juga burung madu australia yang ada di Lombok tetapi tidak
ada di Bali. Jadi, kawasan Wallacea selain memiliki fauna yang bersifat endemi,
yaitu anoa, komodo, dan babi rusa juga memiliki fauna peralihan dari kawasan
Asia dan Australia. Oleh karena itu, fauna yang ada di kawasan Wallacea disebut
tipe peralihan.
Persebaran fauna di
Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu tipe Asia,
Australia, dan peralihan. Sekarang marilah kita mengidentifikasi persebaran
fauna Indonesia melalui tiga tipe itu.
a.
Tipe Asia
Fauna
tipe Asia terdiri atas beberapa jenis mamalia, burung, ikan, dan reptil. Di
beberapa daerah, fauna ini sudah punah dan di beberapa daerah lain sudah sangat
langka. Berikut ini beberapa fauna langka tersebut.
1)
Gajah
Gajah
(Elephas maximus) terdapat di seluruh
Sumatra menghuni hutan hujan dataran rendah. Oleh karena itu, disebut gajah
sumatra. Sebenarnya, persebaran gajah juga sampai ke Jawa, namun diperkirakan
gajah jawa sudah punah karena terdesak kegiatan manusia. Gajah yang biasanya
berkelompok selalu bergerak dalam mencari makan. Mereka sering melalui jalur
perkebunan dan pedesaan sehingga terjadi perselisihan dengan manusia. Karena
inilah jumlah gajah berkurang.
2)
Badak
Di
Indonesia terdapat dua jenis badak, yaitu badak jawa (Rhinocerus sondaicus) dan
badak sumatra (Dicerorhinus
sumatrensis). Badak jawa lebih besar dibanding badak sumatra. Badak jawabisa
mencapai berat 2 ton, sedangkan badak sumatra hanya 1 ton. Badak sumatra
merupakan badak terkecil yang masih hidup. Perbedaan lainnya adalah badak jawa
bercula satu, sedangkan badak sumatra mempunyai tonjolan kecil selain cula
sehingga terkesan bercula dua.
3)
Tapir
Tapir
(Tapirus indicus) merupakan fauna yang menakjubkan. Fauna ini diduga berasal
dari hutan tropis Amerika Selatan. Mengapa fauna ini sampai di Indonesia belum
diketahui penyebabnya? Saat ini tapir hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sumatra.
Melihat dari persebarannya, mungkin tapir juga pernah hidup di Jawa dan
Kalimantan tetapi kini sudah punah.
4)
Banteng
Tentu
kamu pernah melihat sapi bukan? Sapi, terutama sapi bali adalah kerabat dekat
dari banteng (Bos javanicus) . Sapi adalah jenis banteng yang diternakkan. Di
Indonesia, jumlah sapi jauh lebih banyak dibanding jumlah banteng yang masih
liar. Bahkan di Sumatra, banteng telah mengalami kepunahan. Saat ini, banteng
liar hanya terdapat di Jawa dan kecil sekali jumlahnya di Kalimantan.
5)
Kerbau Liar
Seperti
halnya sapi, kerbau adalah binatang yang diternakkan. Kerbau telah menjadi
bagian budaya di Indonesia. Contohnya orang Minangkabau yang dianggap
memperoleh nama dari kata minang dan kerbau yang artinya ” kerbau yang menang ”.
Menurut legenda suku Minangkabau dan suku Jawa pernah sepakat untuk tidak
berperang tetapi lebih baik mengadakan pertandingan antara dua kerbau. Di
tempat lain kerbau menjadi bagian dari upacara adat seperti di Toraja. Kerbau
juga berguna membantu tugas petani membajak sawah. Karena itulah kerbau banyak
diternakkan. Saat ini, ada sekitar empat juta lebih kerbau yang diternakkan.
Namun, populasi kerbau liar (Bubalus
bubalis) di dunia diperkirakan tinggal 100 ekor saja. Penyebab semakin berkurangnya
populasi kerbau liar adalah nilai ekonomis yang ada pada fauna ini.
6)
Harimau Sumatra
Pada
mulanya ada tiga jenis harimau di Indonesia, yaitu harimau bali, harimau jawa,
dan harimau sumatra. Kini tinggal harimau sumatra saja yang masih hidup.
Harimau bali dan harimau jawa telah punah akibat kerusakan habitat, gangguan ekosistem,
dan perburuan. Harimau sumatra (Panthera tigris) saat ini pun jumlahnya tinggal
sedikit karena diburu untuk kulitnya yang berharga dan bagian tubuhnya sebagai
obat tradisional.
7)
Macan Tutul
Kerabat
kucing selain harimau adalah macan tutul (Panthera pardus). Fauna ini adalah
jenis predator yang sangat cekatan. Hidupnya di atas pohon dengan makan tikus,
burung, kelelawar, babi hutan, dan rusa. Saat ini, macan tutul hanya terdapat
di Jawa menghuni kawasan perlindungan dan sedikit sekali yang secara liar hidup
di hutan. Fauna ini terancam punah karena perburuan dan banyaknya penggunaan
racun untuk umpan babi hutan yang merupakan makanan macan tutul.
8)
Beruang Madu
Hewan
ini terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Di Jawa, hewan ini telah punah. Beruang
madu (Helarctos malayanus) merupakan
beruang terkecil di antara keluarga beruang. Hewan ini lamban dalam bergerak, berat,
jarak pandang pendek, mantel bulu mengkilap, dan memiliki cakar yang besar.
Mereka adalah pemanjat ulung ketika harus mengambil madu di atas pohon. Cakarnya
sangat tajam sehingga meninggalkan goresan-goresan yang dalam ketika memanjat
pohon. Binatang ini sangat berbahaya ketika bersama anaknya. Karena inilah binatang
ini banyak dibunuh sehingga terancam kelestariannya.
9)
Orang Utan
Orang
utan (Pongo pyomaeus) merupakan jenis primata yang hidup di hutan pegunungan
Sumatra dan Kalimantan. Fauna ini merupakan fauna endemik Indonesia yang hidup dengan
makan buah-buahan hutan. Sayang, keberadaan orang utan sangat terancam seiring
dengan kerusakan hutan. Perburuan dan penangkapan anakan orang utan juga merupakan
bencana yang gawat bagi kelangsungan hidup mereka. Hal ini telah menimpa di
Jawa yang mengakibatkan kepunahan orang utan.
10)
Bekantan
Inilah
fauna paling aneh dari keluarga primata. Pada umumnya, primata berhidung pesek
tetapi bekantan (Nasalis larvatus), terutama yang jantan, berhidung mancung dan
besar. Hidung yang panjang ini berfungsi untuk mengeluarkan suara keras sebagai
tanda ada bahaya. Fauna ini persebarannya sempit sekali yaitu di hutan pantai
dan tepi sungai Kalimantan. Fauna ini sangat giat memanjat pada pagi hari saat
makan dan pada sore hari saat bergerak menuju tempat tidurnya. Keberadaan fauna
ini perlu dijaga karena fauna ini jenis primata endemi yang hanya terdapat di
Kalimantan.
11)
Siamang
Jenis
primata yang paling atraktif adalah siamang (Hylobates klossi). Mereka dapat
melakukan lompatan-lompatan berbahaya di atas pohon-pohon yang sangat tinggi. Gerakan
mereka sering disebut brakiasi. Dengan tungkai depan yang panjang, binatang
yang sangat terampil ini berayun-ayun dari dahan ke dahan, tampak indah
seolah-olah didasari rasa seni dan terkadang dengan kecepatan tinggi.
Persebaran siamang lebih merata dibanding dua kerabatnya, orang utan dan bekantan.
Siamang dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Namun, keberadaannya
juga terancam karena kerusakan habitat mereka.
12)
Elang Jawa
Lihatlah
lambang negara kita, Garuda Pancasila. Sebetulnya lambang itu adalah gambaran
dari elang jawa (Spizaetus bartelsi). Burung ini dipilih sebagai lambang negara
karena mirip dengan mitologi Garuda, dikenal sebagai kendaraan Dewa Wisnu.
Populasi elang jawa saat ini tinggal sedikit sekali dan hanya ditemukan di
Jawa. Ancaman serius terhadap kelangsungan hidup fauna ini adalah rusaknya
habitat yang mengakibatkan terputusnya rantai makanan. Ancaman lain adalah
penangkapan dan perdagangan ilegal sebagai hewan peliharaan.
13)
Curik Bali
Curik
bali (Leucopasar rothschildi) adalah burung endemi di Bali, menghuni hutan
musim ujung barat Laut Bali. Burung ini sangat indah dan bersuara merdu. Karena
itulah burung ini banyak ditangkap dan diperdagangkan. Harganya yang mahal
merupakan godaan besar bagi para pemburu. Inilah yang menyebabkan burung ini
menjadi sangat langka. Ancaman lain adalah perubahan hutan secara bertahap menjadi
permukiman dan pertanian.
14)
Merak
Merak
(Pavo muticus) berkerabat dekat dengan ayam hutan. Meskipun bersayap lebar,
fauna ini tidak bisa terbang jauh seperti burung. Merak hanya bisa terbang dari
cabang ke cabang pohon lain yang berdekatan. Di Indonesia, merak hanya terdapat
di Jawa. Konon, binatang ini dibawa pedagang dari India. Merak menyukai hutan
terbuka dan daerah perkebunan. Populasi terbesar di Jawa terdapat di tiga taman
nasional, yaitu di Ujung Kulon, Alas Purwo, dan Baluran. Di beberapa daerah di
Jawa terdapat pantangan membunuh atau menangkap merak, bahkan tabu memiliki
bulunya. Namun, adat lama itu tidak dipatuhi lagi. Oleh karena bulunya yang
indah, merak banyak diburu. Inilah yang menyebabkan kelestarian mereka sangat
terancam.
15)
Rangkong
Beberapa
spesies burung rangkong terdapat di wilayah barat. Sebagian lagi terdapat di
wilayah Wallacea. Beberapa yang terdapat di wilayah barat adalah rangkong badak
(Bucerosrhinoceros), rangkong jambul (Aceros corrugatus), rangkong papan
(Buceros bicornis), rangkong perut putih (Anthracoceros albirostris), dan
rangkong emas (Aceros undulatus). Burung rangkong biasanya menempati
pohon-pohon besar seperti beringin di hutan Sumatra dan Kalimantan. Yang
menarik dari burung ini adalah perkembangbiakannya. Si betina mengerami telurnya
di dalam lubang pohon yang ditutup semen campuran tanah, kotoran, dan sisa
makanan hingga menyisakan celah sempit pada pohon. Rangkong jantan memberi
makan melalui lubang sempit itu. Rangkong betina baru keluar lubang setelah anak-anak
tumbuh besar. Burung ini juga terancam kelestariannya karena diburu untuk
diambil daging dan paruhnya yang besar.
16)
Pesut Mahakam
Fauna
ini termasuk mamalia yang hidup di air tawar. Sesuai namanya, habitatnya di
Sungai Mahakam, Kalimantan. Di beberapa negara Asia juga terdapat jenis fauna
ini misalnya di Sungai Gangga, India dan di Sungai Irawadi, Myanmar. Karena
bentuknya yang mirip lumba-lumba ( dolphin ), ikan ini sering disebut
freshdolphin atau lumba-lumba air tawar. Yang menarik dari fauna ini adalah
bernapas dengan paru-paru. Paus dan lumba-lumba memang juga bernapas dengan paru-paru
tetapi keduanya hidup di perairan laut. Lain halnya dengan pesut yang hidup di
air tawar. Fauna ini pun terancam karena erosi yang mengakibatkan pendangkalan
sungai.
17)
Siluk
Siluk
atau arwana (Scleropages formosus) merupakan salah satu jenis ikan purba.
Habitat ikan siluk adalah sungai dan danau. Akhir-akhir ini, siluk yang semula
hidup secara liar telah beralih ke akuarium. Siluk telah menjadi lambang
yangmenunjukkan status sosial seseorang. Akibatnya, siluk banyak diburu dan
diperdagangkan. Karena itu, ikan ini resmi dilindungi sejak tahun 1980. Namun
demikian, perdagangan siluk tidak berhenti. Untuk mencegah kepunahan fauna ini,
beberapa jenis telah ditangkarkan.
b.
Tipe Australia
Tidak
seperti fauna tipe Asia yang beberapa di antaranya berukuran besar, fauna tipe
Australia tidak terlalu besar. Ciri yang paling khas di kawasan ini adalah
mamalia berkantong. Di antara mamalia berkantong tersebut, beberapa jenis telah
punah, yaitu beberapa jenis walabi dan bandikut. Berikut ini beberapa fauna tipe
Australia.
1)
Kanguru Pohon
Ada
lima jenis kanguru pohon yang hidup di hutan-hutan Papua. Lima jenis kanguru
pohon tersebut adalah kanguru pohon wakera (Dendrologus inustus), kanguru pohon
mbasio (Dendrologus mbasio), kanguru pohon nemena (Dendrologus ursinus),
kanguru pohon ndomea (Dendrologus dorianus), dan kanguru pohon hias
(Dendrologus goodfellowi). Seperti kanguru di Australia, kanguru pohon adalah
jenis mamalia berkantong. Bedanya, kanguru australia hidup di daratan, kanguru
pohon hidup di atas pohon. Di seluruh sebaran mereka, kanguru banyak diburu
untuk bulu dan sumber makanan. Karena itulah jumlahnya menurun.
2)
Kuskus
Kuskus
merupakan keluarga possum yaitu hewan berkantong khas Australia. Beberapa di
antaranya telah menyeberang melewati Garis Weber dan berdiam di Sulawesi. Papua
merupakan tempat yang sesuai untuk kehidupan kuskus. Kuskus sangat terancam
kelestariannya karena diburu untuk diambil bulunya dan diperdagangkan sebagai
binatang piaraan. Beberapa kuskus yang diburu antara lain jenis mandorman niduk
(Pseudochirops cupreus), kuskus mata biru (Phalanger ornatus matabiru), dan
kuskus bubutu mehmu (Ailurops ursinus).
3)
Cenderawasih
Keindahan
burung ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Bulunya sangat gemerlap
dengan warna-warna mencolok. Beberapa nama Latin burung ini adalah paradisaea yang berarti surga. Cenderawasih
yang ada di Indonesia meliputi 30 jenis.
Dari jumlah itu, 28 jenis hidup di hutan-hutan Papua dan dua jenis menyebar di
Kepulauan Maluku.
Beberapa
cenderawasih yang terkenal adalah cenderawasih merah (Paradisaea rubra),
cenderawasih biru (Paradisaea rodolphi), cenderawasih kecil (Paradisaea minor),
cenderawasih ragiana (Paradisaea ragginana), cenderawasih raja (Cicinnurus
regius), cenderawasih magnificent (Cicinnurus magnificus), cenderawasih botak
(Cicinnurus respublica), cenderawasih dua belas kawat (Seleucidis melanoleuca),
dan cenderawasih superba (Pophorina superba). Karena keindahannya, burung ini
banyak diburu hingga mengancam kelestariannya.
4)
Kasuari
Kasuari
termasuk jenis burung raksasa. Tinggi burung ini bisa mencapai 100–180
sentimeter dan beratnya bisa 60 kg. Burung ini memiliki kaki yang kuat hingga
dapat menggoyang sebatang pohon dan menjatuhkan buahnya. Burung ini tidak dapat terbang tetapi dapat berlari dengan
cepat. Burung ini mempertahankan diri dengan menyepak lawan, termasuk manusia.
Dengan kaki yang kuat dan kuku setajam pisau belati di bagian dalam jari dapat
menyebabkan luka yang mematikan. Keberadaan burung ini sangat terancam akibat
perburuan. Selain dimanfaatkan dagingnya, tulang kasuari dapat diukir menjadi
senjata tradisional.
5)
Nokdiak Nata Fem (Landak Papua)
Nokdiak
dalam bahasa Yunani berarti lidah yang besar. Fauna ini sungguh aneh karena
meskipun termasuk keluarga mamalia, tetapi perkembangbiakannya dengan bertelur.
Tubuh mamalia ini dipenuhi duri-duri seperti landak tetapi pendek. Berat tubuh
mamalia ini bisa mencapai 16 kg. Tempat tinggalnya di hutan tinggi berlumut dan
makanan khususnya cacing. Hewan ini jarang terlihat dan umumnya sulit untuk ditangkap.
6)
Walabi
Beberapa
jenis walabi telah punah dari Bumi Papua akibat perburuan liar karena dagingnya
sangat digemari. Dari sekian jenis walabi, yang tersisa kini hanya jenis walabi
saham (Macropus agile) yang mendiami rawa terbuka di Papua. Untuk mencegah
kepunahan, walabi kini dilindungi di daerah perlindungan Taman Nasional Wasur.
Sekilas bentuk walabi ini mirip dengan kanguru. Keduanya merupakan fauna tipe Australia.
c.
Tipe Peralihan
Fauna
tipe peralihan menempati wilayah Wallacea yang meliputi Sulawesi, Kepulauan
Nusa Tenggara, dan beberapa pulau kecil di perairan laut dalam. Dari segi jenis
dan jumlah, boleh jadi fauna tipe ini tidak sebanyak fauna tipe Asia maupun
Australia.
Namun,
beberapa fauna tipe Asia dan Australia terdapat di kawasan ini. Di kawasan ini
pula terdapat fauna yang tidak terdapat di kawasan lain di dunia. Beberapa
fauna tipe peralihan kini terancam kepunahan karena habitatnya rusak dan banyak
diburu untuk diperdagangkan.
Beberapa yang terancam
kepunahan sebagai berikut.
1)
Anoa
Anoa
adalah jenis kerbau tetapi kerdil. Binatang ini sangat pemalu sehingga jarang
terlihat. Anoa dibedakan menjadi dua, yaitu anoa dataran rendah (Bubalus
depresicornis) dan anoa gunung (Bubalus quarlesi). Fauna ini adalah jenis
endemi di Sulawesi. Fauna ini jumlahnya tinggal sedikit karena diburu untuk
dagingnya.
2)
Babi Rusa
Babi
rusa (Babyrousa babyrussa) berbeda dengan babi hutan tipe Asia dan babi mana
pun di dunia. Perbedaannya terletak pada taringnya. Taring babi rusa mencuat
hingga menyerupai tanduk dan memiliki cula yang melengkung ke atas. Fauna ini
termasuk endemi juga di Sulawesi. Keberadaannya terancam karena terus diburu
untuk diambil daging, taring, dan culanya.
3)
Krabuku
Binatang
ini sangat aneh karena sangat kecil. Berat badannya hanya 120 gram sehingga
menjadikannya primata terkecil di dunia. Krabuku (Tarsius spectrum) lebih mirip
kuskus daripada kera. Namun, ia lebih berkerabat dengan kera tipe Asia daripada
kuskus tipe Australia. Kepalanya mirip burung hantu hingga disebut juga kera
hantu. Binatang ini juga diburu untuk diperdagangkan sebagai binatang peliharaan.
4)
Rangkong Sulawesi
Rangkong
sulawesi ( Aceros cassidix) dan ( Penelopidus exarhatus) hanya terdapat di
Sulawesi. Sesuai namanya, burung ini berkerabat dekat dengan rangkong tipe
Asia. Burung ini sangat unik karena umurnya dapat diketahui dari garis-garis di
paruhnya. Semakin banyak garis yang terdapat di paruhnya, semakin tua juga umur
burung ini. Satu garis pada paruh sama dengan satu tahun. Karena inilah,
rangkong juga sering disebut sebagai burung tahunan. Jenis rangkong lain yang
terdapat di kawasan Wallacea adalah Accros
evereti yang merupakan endemi di Pulau Sumba. Sama dengan kerabatnya di kawasan
tipe Asia, burung ini sangat terancam kelestariannya. Paruhnya yang besar
menjadi daya tarik burung ini untuk diburu.
5)
Maleo
Maleo
(Macrocephalon maleo) adalah fauna yang sangat aneh dalam perkembangbiakan.
Fauna yang termasuk keluarga burung seperti ayam ini menetaskan telur dengan
cara mengubur di tumpukan daun atau pasir yang hangat. Setelah menetas, anak
burung ini keluar sendiri dari tumpukan daun atau timbunan pasir. Fauna ini
hanya terdapat di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya. Burung yang aneh ini
sangat terancam kelestariannya karena banyak diburu. Karena itulah, maleo
termasuk satwa yang dilindungi.
6)
Komodo
Komodo
( Varanus komodensis ) merupakan binatang purba yang masih hidup. Fauna ini
telah lama mengagumkan para ilmuwan karena hanya terdapat di Pulau Komodo dan
pulau-pulau kecil di dekatnya. Mulut kadal raksasa ini mengandung bakteri
mematikan sebagai senjata. Penciumannya sangat tajam untuk mendeteksi mangsa. Kukunya
sangat kuat hingga ia bisa berlari dengan kecepatan 18 km/jam. Karena
persebarannya yang terbatas, fauna ini sangat dilindungi.
Saat
ini, beberapa jenis flora dan fauna terancam kepunahan. Padahal keberadaan
flora dan fauna itu amat diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Jika
keseimbangan ekosistem terganggu, akibatnya akan menimpa manusia juga. Sebagai
contoh penangkapan ular sanca secara besar-besaran sehingga jumlahnya tinggal
sedikit. Akibatnya, tikus merajalela karena ular sanca sebagai predatornya dihilangkan.
Laju pertumbuhan tikus menjadi tidak terkendali. Mereka menyerang ladang,
sawah, dan lahan pertanian lainnya yang diusahakan manusia. Pada akhirnya
manusia juga yang rugi. Oleh karena itulah, sudah selayaknya manusia menjaga lingkungan
agar ekosistem tetap seimbang.
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER