Nasionalisme di Irak
Nasionalisme di Irak
Pada tanggal 8 Maret 1920, opsir-opsir Arab memproklamirkan Abdullah (anaknya Hussein) sebagai raja Irak, namun sebulan kemudian Irak diberikan kepada Inggris sebagai mandatnya sehingga timbullah pemberontakan. Komisaris Tinggi Inggris di Irak, Sir Percy Cox berhasil menenangkan keadaan dengan memproklamirkan Faisal sebagai raja Irak pada tanggal 23 Agustus 1921. Sedangkan Abdullah oleh Inggris dijadikan amir & kemudian dinobatkan sebagai raja di Transyordania.
Pada zaman pemerintahan Faisal I (1921-1933) dibuat perjanjian Irak & Inggris pada tahun 1927 yang berisi bahwa Inggris mengakui Irak sebagai negara merdeka & akan membantu Irak masuk menjadi Anggota LBB. Setelah Irak diterima sebagai anggota LBB, maka dunia Internasional mengetahui bahwa Irak merdeka sepenuhnya pada tahun 1932. Perjanjian Lausane antara Turki & Sekutu pada tahun 1924 di Swiss tidak menetapkan batas-batas antara Turki & Irak secara teliti akibatnya Turki menuntut Mosul & penduduk Mosul juga ingin masuk Turki, namun atas desakan Inggris, LBB memutuskan bahwa Mosul masuk wilayah Irak. Alasan dari desakan Inggris itu, bisa dimaklumi karena Inggris ingin menguasai minyak Mosul. Apabila minyak Mosul berada di tangan Turki, maka akan menambah kekuatan militer Turki.
Faisal I kemudian digantikan oleh putranya Ghasi. Pada waktu pemerintahannya, Irak banyak memberikan bantuan kepada perjuangan bangsa Arab di Palestina. Ghasi kemudian digantikan oleh Faisal II. Sebenarnya yang memerintah adalah pamannya, Abdullah karena belum dewasa. Barulah pada tahun 1953 Faisal II dinobatkan menjadi raja. Pada waktu Perang Dunia 2 terjadi kudeta dari Rasyid Ali Al-Jailani yang pro Jerman. Abdullah melarikan diri ke Transyordania. Setelah memperoleh bantuan Inggris untuk mengalahkan Rasyid Ali, maka Abdullah kembali lagi ke Irak. Irak kemudian memaklumkan perang kepada Jerman, Italia & Jepang. Partai yang terbesar di Irak adalah Istiglat. Pusat industri minyak di Irak adalah Kirkuk. Minyaknya dialirkan melalui pipa-pipa di Palestina kota Haifa melalui Transyordania.
Irak pada mulanya melakukan politik bebas, namun kemudian secara terang-terangan memihak Blok Barat & menggabungkan diri dalam Pact Bahgdad. Sikap Irak itu kemudia menimbulkan ketegangan dengan negara-negara Arab lainnya, terutama dengan Mesir yang tetap berpolitik bebas. Setelah Mesir & Syria meleburkan diri ke dalam Republik Arab Persatuan, maka sebelas hari kemudian terbentuklah persatuan Irak dengan Yordania menjadi Federasi Arab (Arab Federation) dengan Baghdad sebagai Ibu kotanya. Federasi Arab itu mempunyai satu pemerintahan (kabinet), satu Kementrian Luar Negeri, satu parlemen, satu tentara, namun dengan 2 raja & 2 kedaulatan. Kepala Federasi Arab adalah Faisal II raja Irak.
Demikianlah ulasan mengenai “Nasionalisme di Irak”, yang pada kesempatan ini dapat dibahas dengan lancar & semoga bermanfaat bagi para pengunjung ataupun pembaca. Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca & sampa jumpa!
Sudah di Revisi
*Rajinlah belajar demi Bangsa dan Negara, serta jagalah kesehatanmu!
*Semoga anda sukses!
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Nasionalisme di Irak"
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.
Terimakasih Atas Pengertiannya.