Kerajaan Kutai
Bicara
soal perkembangan Kerajaan
Kutai, tidak lepas
dari sosok Raja
Mulawarman. Kerajaan Kutai
ini dipandang sebagai
kerajaan Hindu - Buddha yang
pertama di Indonesia.
Kerajaan Kutai diperkirakan
terletak di daerah
Muarakaman di tepi
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Sungai Mahakam merupakan sungai yang cukup
besar dan memiliki
beberapa anak sungai.
Daerah
di sekitar tempat
pertemuan antara Sungai Mahakam
dengan anak sungainya
diperkirakan merupakan letak Muarakaman dahulu.
Sungai Mahakam dapat
dilayari dari pantai
sampai masuk ke Muarakaman, sehingga
baik untuk perdagangan.
Inilah posisi yang
sangat menguntungkan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Untuk
memahami perkembangan Kerajaan
Kutai itu, tentu
memerlukan sumber sejarah yang
dapat menjelaskannya. Sumber
sejarah Kutai yang
utama adalah prasasti
yang disebut yupa, yaitu
berupa batu bertulis.
Yupa juga
sebagai tugu peringatan
dari upacara kurban.
Yupa ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman.
Prasasti Yupa ditulis dengan huruf pallawa
dan bahasa sanskerta. Dengan melihat bentuk hurufnya, para ahli berpendapat
bahwa
yupa dibuat sekitar
abad ke-5 M.
Hal menarik
dalam prasasti itu
adalah disebutkannya nama
kakek Mulawarman yang
bernama Kudungga. Kudungga berarti
penguasa lokal yang
setelah terkena pengaruh
Hindu-Buddha daerahnya berubah
menjadi kerajaan. Walaupun
sudah mendapat pengaruh
Hindu-Buddha namanya tetap
Kudungga berbeda dengan
puteranya yang bernama
Aswawarman dan cucunya
yang bernama Mulawarman. Oleh karena itu yang
terkenal sebagai wamsakerta adalah
Aswawarman.
Satu
di antara yupa itu memberi informasi
penting tentang silsilah
Raja Mulawarman. Diterangkan bahwa Kudungga
mempunyai putra
bernama Aswawarman. Raja Aswawarman dikatakan seperti Dewa Ansuman
(Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga anak,
tetapi yang terkenal adalah
Mulawarman.
Raja Mulawarman dikatakan
sebagai raja yang terbesar
di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu-Siwa yang setia. Tempat sucinya dinamakan Waprakeswara. Ia juga dikenal sebagai raja
yang sangat dekat dengan kaum brahmana dan rakyat.
Raja
Mulawarman sangat dermawan.
Ia mengadakan kurban
emas dan 20.000
ekor lembu untuk para brahmana. Oleh karena itu, sebagai
rasa terima kasih dan peringatan mengenai upacara kurban, para brahmana
mendirikan sebuah yupa.
Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami zaman
keemasan. Kehidupan ekonomi pun mengalami perkembangan. Kutai terletak di tepi
sungai, sehingga masyarakatnya melakukan pertanian. Selain itu, mereka banyak yang
melakukan perdagangan. Bahkan diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan
luar. Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus
ke Filipina dan sampai
di Cina. Dalam pelayarannya dimungkinkan
para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai. Dengan demikian, Kutai
semakin ramai dan rakyat hidup makmur.Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai
berisi keterangan yang artinya:“Sang Mulawarman,
raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada
para brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang sangat suci
(bernama) Waprakeswara”.
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER