Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Politik luar negeri Indonesia
adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah
satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan
negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa
Indonesia mempunyai cara sendiri dalam
menanggapi masalah internasional. Aktif berarti bahwa bangsa Indonesia secara
aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih
sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir
di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu
negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya
Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori
kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan
untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara
di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya pernah
menderita karena penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu menimbulkan
rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan
Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India,
Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia.
Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika
belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka
tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan.
Lebih-lebih apabila mengingat
masih banyak negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu
dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan
sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia
Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya
maupun dunia pada umumnya. Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika
dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang
kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma
(Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
Baca Juga:
Baca Juga:
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER