Budaya Perunggu di Indonesia
Budaya Perunggu di Indonesia
Di Indonesia zaman logam tersebut dikenal dengan zaman perunggu. Menurut Von Heine Gudern pendukung kebudayaan perunggu datang ke Indonesia kurang lebih 500 tahun Sebelum Masehi. Sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang disebut Dentero Melayu atau Melayu Muda dan sebelumnya bangsa proto Melayu atau Melayu tua zaman Neolithikum. Hasil-hasil kebudayaan perunggu di Indonesia adalah kapak corong dan nekara. Kapak corong banyak sekali jenisnya, ada yang kecil bersahaja, ada yang besar dan memakai hiasan, ada yang pendek lebar, bulat dan ada pula yang panjang serta sisinya atau disebut candrana.
Di lihat dari bentuknya,
kapak-kapak corong tersebut tentunya tidak digunakan sebagaimana
kapak, melainkan sebagai
alat kebesaran atau benda
upacara. Hal ini menunjukkan bahwa kapak corong yang ditemukan di Indonesia
peninggalan zaman perunggu memiliki nilai- nilai sakral atau nilai religi.
Bentuk-bentuk corong tersebut ditemukan di Irian Barat dan sekarang disimpan di
Belanda. Sedangkan kapak upacara yang ditemukan pada tahun 1903 oleh ekspedisi
Wichman di Sentani disimpan di musium lembaga kebudayaan Indonesia di Jakarta.
Benda-benda yang terbuat dari
perunggu mempunyai nilai seni yang tinggi seperti yang ditemukan berupa jelang
kaki atau benggel, gelang, anting-anting, kalung dan cincin. Di samping itu
seni menuang patung sudah ada dengan ditemukannya patung-patung, juga memiliki
nilai ekonomi dengan ditemukannya cincin dengan lubang kecil yang diperkirakan
sebagai alat tukar.
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER