Sejarawan Menjangkau Kebagian Suatu Peristiwa, Ke Dalam Alam Pikiran Yang Melatarbelakanginya Dan Permasalahan Dalam Eksplanasi Sejarah
Selamat datang di Blog ReadyyGo, yang selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mengulas berbagai artikel, utamanya tentang sejarah. Pada kesempatan ini ReadyyGo telah memamparkan sedikit tentang "Sejarawan menjangkau ke bagian suatu peristiwa, ke dalam alam pikir yang melatar belakanginya dan permasalahan dalam eksplanasi sejarah" berikut ini ulasan singkatnya.
Sejarawan Menjangkau
Kebagian Suatu Peristiwa, Ke Dalam Alam Pikiran Yang Melatarbelakanginya Dan Permasalahan
Dalam Eksplanasi Sejarah
Seorang sejarawan dapat
menjangkau kebagian dalam suatu peristiwa, yaitu ke dalam alam pikiran
yang melatarbelakanginya dengan cara menerobos ke dalam hakekat yang mendalam
dari peristiwa yang sedang dipelajari, dapat menghayati peristiwa-peristiwa
sebenarnya dari dalam. Ini adalah keuntungan yang tidak dinikmati oleh para
scientis (mereka tak pernah bisa menjadikan dirinya sebagai benda alam, padahal
sejarawan bisa merefleksikan dirinya pada tokoh sejarah). Dalam hubungan ini
suatu keistimewaan yang ditunjukan oleh cara kerja sejarawan ialah bahwa mereka
apabila sedang menjelaskan peristiwa di masa lampau mampu membuat pembedaan
anatara bagian luar dan bagian dalam dari sebuah peristiwa. Bagian luar adalah
wujud fisik/ gerak suatu peristiwa sedang bagian dalamnya adalah pikiran yang
ada dibalik wujud fisik/gerak tadi ( apa yang ada dalam pikiran pelaku-pelaku
sejarah). Karena itu sejarawan tidak semata-mata berhubungan dengan peristiwa
tetapi juga dengan aksi yang tidak lain daripada gabungan antara unsure luar
dan unsure dalam dari peristiwa. Sejarawan bisa mulai dari unsure luarnya
(menemukan dan menjelaskan bentuk fisik / gerak dari peristiwa tetapi tugas
utama yang sebenarnya adalah terus menerobos ke bagian dalam dari peristiwa
yakni ke dalam alam pikiran pelaku sejarah.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana sejarawan menjangkau
bagian dalam (pikiran-pikiran) yang melatarbelakangi suatu peristiwa. Di sini
kembali Collingwood kembali menekankan keistimewaan yang bisa dilakukan oleh
sejarawan terhadap objek kajiannya yaitu dengan memikirkan kembali dalam
pikiran sejarawan sendiri. Sejarawan menerobos pikiran pelaku sejarah dengan
cara mencoba menghidupkan kembali pikiran-pikiran pelaku sejarah tersebut dalam
pikirannya sendiri. Secara imajiner mencoba menempatkan dirinya kedalam
pelaku-pelaku sejarah tersebut. Ini merupakan unsur pokok dalam “cara berpikir
sejarah” yang menjadi dasar dari “cara menerangkan sejarah”.
Terhadap anggapan-anggapan kaum idealis tadi ada sejumlah
kritik diantara diabaikannya secara berlebihan latar belakang kuatan alam,
bahwa kesimpulan-kesimpulannya didasarkan pada perbuatan manusia yang
dipikirkan secara masak-masak padahal banyak perbuatan manusia yang merupakan
respon spontan, dan bahwa anggapan-anggapan terutama berlaku bagi sejarah
jenis-jenis tertentu seperti sejarah meliter, politik ataupun biografi, tapi
sulit bagi jenis sejarah seperti ekonomi yang ditentukan oleh massa. Bahkan
Ryle: memikirkan pikiran yang ada dibalik suatu perbuatan adalah mustahil
karena pikiran-pikiran seperti itu bersifat peribadi bagi pemiliknya dan tak
ada seoranglainpun yang dapat menjangkaunya.
Peristiwa yang ditulis dengan baik niscaya sangat bermakna
bagi manusia, bukan hanya sekedar mengetahui & memahami peristiwa sejarah
yang di maksud, melainkan juga menjadi pelajaran yang baik guna memperbaiki diri
seperti apabila sejarah itu menjadi contoh / menjauhi & menghindarinya
peristiwa sejarah ternyata berbeda dengan harapan manusia. Perlu lebih dulu
memahami & menelaah setiap peristiwa sejarah agar mendapat pemahaman yang
jelas / keterangan metodologi sejarah di sebut ekspalansi sejarah.
Ekplantasi sejarah adalah salah
satu aspek yang penting dalam metodologi sejarah, karena dalam hal ini dipergunakan untuk
mengembangkan, menganalisis, dan menjelaskan hubungan di antara pernyataan –pernyataan
terkait fenomena – fenomena yang telah ada. Dalam ilmu sejarah hal tersebut
merupakan kesepakatan para sejarawan dalam sebutan Kausalitas ( Caustions, adalah bagian dari masalah
eksplanasi sejarah yang luas & mendalam serta semuanya merupakan masalah
metodologis), serta bentuk – bentuk Penghubung lain ( Connections ) yang digunakan para sejarawan ketika menyintesis
fakta – fakta “ Berkhofer dalam helius Sjamuddin, 1996 : 23”.
Ucapan mengenai fakta –fakta historis
merupakan deskripsi – deskripsi mengenai masa lalu ( Masa silam ). Akan tetapi,
seorang ahli sejarah tidak membatasi dirinya pada usaha melukiskan masa silam,
dan juga berusaha memikirkan suatu keterangan / penjelasan yang masuk akal,
mengenai apa yang terjadi di masa silam, karena secara prisnsip pertanyaan
semacam itu harus diberi jawaban secara obyektif serta masu akal. Maka
permasalah tersebut sangatlah penting & apabila para ahli sejarah tidak bersedia menjawab
pertanyaan itu sungguh itu hal yang menyedihkan, siapakah yang bersalah. Barang
siapa yang mengajukan pertanyaan itu mengenai sebabnya dan oleh karena itu
minta suatu penjelasan.
Permasalahan dalam eksplanasi sejarah.
Terdapat 2 perangkat permasalahan
yang timbul dalam tugas eksplanasi:
- Masalah menghubungkan fakta antara stu dengan yang lain. Dalam sosiologi dan disiplin – displin semacam unit – unit analisis yang relasional di sebut variabel;
- Masalah memahami Kaitannya antara hal- hal yang saling berhubungan. Karena di sini terlihat, eksistensi fakta merupakan bahan pokok untuk teori – teori Kehidupan sosial.
Menurut J. Meehan ada empat kasus
/ masalah yang khas dalam ekplansi diantaranya;
- Ekplanasi kausal yang menghubungkan Explicandum ( suatu peristiwa atau fenomena yang perlu dijelaskan).
- Eksplanasi Fungsional yang menghubungkan dengan konteks yang menunjukan fungsi yang diembannya, seperti kita menjelaskan fungsi hati dalam organ tubuh.
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER