Antroposfer
Kehidupan manusia dan segala
aktivitasnya di permukaan Bumi dipelajari dalam antroposfer. Manusia merupakan
makhluk di Bumi yang sangat dinamis dan cepat mengalami perubahan. Untuk
mengetahui perubahan tersebut diperlukan berbagai data yang terkait dengan
kependudukan. Selama ini kita mengenal adanya tiga cara pengumpulan data
kependudukan, yaitu sensus, survei, dan registrasi penduduk. Data yang
menyangkut penduduk dengan berbagai karakteristiknya merupakan salah satu data
pokok yang amat diperlukan untuk perencanaan pembangunan di segala bidang.
Misalnya kebutuhan akan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan
lain-lain. Penyajian data kependudukan, selain dengan tabel juga digunakan
piramida penduduk. Data yang diperoleh akan memberikan gambaran kuantitas dan
kualitas penduduk di suatu wilayah.
Manusia terbukti sebagai aktor
utama dalam panggung dunia. Hal ini bisa terlontar karena manusia dengan segala
kelebihannya bisa lebih dinamis dibandingkan dengan makhluk hidup lain. Selain
itu, manusia adalah penghuni biosfer terbanyak yang tersebar di berbagai tempat
di belahan Bumi kecuali Antartika. Lingkungan hidup manusia inilah yang disebut
antroposfer.Oleh karena dinamika manusia juga, antroposfer turut berubah. Ketika
manusia bertambah, mau tidak mau antroposfer berubah sesuai pola hidup manusia.
Berbagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya membuat dinamika lingkungan
antroposfer semakin melaju.
A. Definisi
Antroposfer
Secara etimologi antroposfer
terdiri atas dua kata, yaitu antropo yang
berarti manusia dan sphere yang berarti
lapisan. Jadi antroposfer dapat diartikan sebagai lapisan kehidupan manusia
yang ada di permukaan Bumi dengan segala aktivitasnya.
Antroposfer terkait dengan sumber
daya manusia yang ada di permukaan Bumi. Sumber daya manusia adalah seluruh
kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta
karakteristik atau ciri demografis, sosial maupun ekonominya yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Pembahasan antroposfer menyangkut
potensi atau kemampuan penduduk serta permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan penduduk seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, persebaran
penduduk, migrasi, dan kualitas penduduk. Untuk menjelaskan hal tersebut ditinjau
dari dua aspek, yaitu aspek kuantitas dan kualitas penduduk.
B. Pengumpulan
Data Kependudukan
Data yang menyangkut penduduk
dengan berbagai karakteristiknya merupakan salah satu data pokok yang amat
diperlukan untuk perencanaan di segala bidang, misalnya: kebutuhan akan
sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Data
kependudukan dapat diperoleh dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut;
1. Sensus
Penduduk
Sensus penduduk adalah
keseluruhan proses pengumpulan, penyusunan, pengolahan, dan penerbitan data
yang bersifat demografis, ekonomis, dan sosial dari suatu wilayah atau negara tertentu
dan dalam waktu tertentu.
Berdasarkan tempat tinggal penduduk, sensus dibedakan menjadi:
a.Sensus de jure, yaitu pencacahan jiwa yang dilakukan di tempat penduduk
tersebut tinggal secara resmi.
b.Sensus de facto, yaitu pencacahan jiwa di tempat mereka ditemukan
oleh petugas lapangan.
Berdasarkan metode pengisiannya, sensus dibedakan menjadi:
a. Metode Canvasser, yaitu pelaksanaan sensus di mana petugas mendatangi
tempat tinggal penduduk dan mengisi daftar pertanyaan. Keunggulan metode ini, data yang diperoleh lebih terjamin
kelengkapannya dan penduduk sulit untuk memalsukan data. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang
diperlukan lebih lama karena jumlah petugas yang terbatas dan wilayah yang luas.
b. Metode Householder, yaitu pelaksanaan sensus di mana pengisian daftar
pertanyaan dilakukan oleh penduduk sendiri. Kelebihan cara ini adalah waktu yang diperlukan lebih cepat karena
petugas tidak harus mendata satu per satu penduduk. Daftar pertanyaan dapat
dikirimkan atau dititipkan pada aparat desa. Sedangkan kekurangannya adalah data yang diperoleh kurang terjamin kebenarannya
karena ada kemungkinan penduduk tidak mengisi data sesuai dengan kondisi
sebenarnya.
Sensus penduduk dilakukan dalam
jangka waktu 5 atau 10 tahun. Di Indonesia, sensus penduduk dilakukan setiap 10
tahun. Data sensus yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, ketenagakerjaan,
dan sosial budaya. Karakteristik demografi yang dikumpulkan adalah mengenai
kelahiran, kematian, dan migrasi, serta riwayat kelahiran dan kematian anak
dari wanita pernah kawin. Data yang dihimpun pada bidang ketenagakerjaan
mencakup lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Sedangkan data
sosial budaya mencakup tingkat pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan kegiatan
penduduk lanjut usia (lansia). Data-data dari sensus tersebut digunakan untuk
perencanaan pembangunan di berbagai bidang. Hal tersebut sangat berperan penting
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan, baik di bidang kependudukan,
sosial budaya, dan ketenagakerjaan.
2. Registrasi
Penduduk
Registrasi penduduk merupakan
pencatatan yang terus menerus mengenai kejadian vital yang dialami penduduk berupa
kelahiran, kematian, dan perpindahan. Registrasi penduduk didasarkan pada keputusan
Presiden Nomor 52 Tahun 1977, ditujukan untuk membangun sistem pencatatan yang
berlaku menyeluruh dan seragam di wilayah Indonesia.
Cakupan data yang diperoleh pada
registrasi penduduk sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk
melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam keluarga. Di negara-negara maju,
pengumpulan data melalui registrasi umumnya tidak menemui masalah dan hambatan.
Sebaliknya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, umumnya data yang
dicakup masih kurang lengkap karena banyak peristiwa yang tidak dilaporkan dan
data kurang rinci sehingga kurang memadai untuk berbagai analisis kependudukan.
Penerangan pada masyarakat sangat
diperlukan mengenai pentingnya melaporkan kejadian vital yang terjadi di rumah
tangganya, sehingga dengan adanya keterbukaan dan penyempurnaan pelayanan akan
membantu memberikan hasil pencatatan penduduk yang lebih baik. Data yang
dihasilkan akan dapat digunakan sebagai pembanding dan pelengkap seri data
kependudukan, baik dari hasil survei maupun sensus. Data tersebut juga dapat
digunakan untuk menentukan kebijakan penduduk.
3. Survei
Penduduk
Survei penduduk atau survei
sampel merupakan pengumpulan data dari sebagian populasi yang pemilihan sampel
atau respondennya dilakukan dengan metode statistik tertentu sehingga tetap
dapat melakukan pendugaan atas populasinya. Survei dapat dilakukan kapan saja
tanpa dibatasi oleh waktu. Dengan survei dapat dilakukan penghematan atas
biaya, tenaga, dan waktu, karena pengumpulan data hanya dari sebagian populasi.
Pernyataan yang diajukan kepada responden dapat memuat jenis atau item yang
amat rinci dan khusus. Dalam pemilihan sampel, yang harus diperhatikan adalah
sampel harus mewakili populasi, harus mempunyai tingkat kebenaran ( reliability
) yang dapat diukur, harus sesuai dengan keadaan, dan harus efisien. Contohnya, Survei Penduduk Antar-Sensus
(SUPAS), Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Survei Angkatan Kerja, dan
lain sebagainya.
C. Komposisi
Penduduk
Manusia dikenal sebagai makhluk
sosial, yang meskipun terdiri atas individu-individu yang berbeda tetapi tidak
bisa hidup sendiri. Jadi, suatu hal yang naluriah jika terbentuk
kelompok-kelompok dalam lingkungan manusia. Pengelompokan inilah yang juga
mengubah dinamika antroposfer. Terbentuknya pengelompokan manusia didasarkan
pada dua hal, yaitu hal yang alami (biologis) dan dari kepentingan maupun
kondisi lingkungan. Persamaan kondisi lingkungan ataupun kepentingan menjadi
kriteria terbentuknya kelompok. Contoh
pengelompokan antara lain pengelompokan penduduk berdasarkan ciri ekonomi
meliputi jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
Data ini berguna untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan penduduk. Pengelompokan ini bermanfaat bagi pemerintah untuk
perencanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan. Contoh pengelompokan bisa berdasarkan batas administrasi seperti
desa, kota, kabupaten, dan provinsi. Setiap kriteria pengelompokan ini
mempunyai tujuan untuk berbagai kemudahan. Pengelompokan
jenis lain, yaitu berdasarkan kondisi alami atau biologis. Pengelompokan
ini dengan sendirinya ada sejak manusia lahir. Dari segi umur bisa dibedakan
mana penduduk yang masih anak-anak, penduduk dewasa maupun penduduk usia
lanjut. Sedangkan dari jenis kelamin, kamu bisa membedakan laki-laki dan
perempuan. Nah, dua kriteria inilah yang termasuk kriteria alami. Dalam bidang kependudukan,
dua kriteria ini menjadi dasar menyusun komposisi penduduk.
1.Komposisi Penduduk Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin
Bagi suatu daerah ataupun cakupan
yang lebih luas yaitu negara, komposisi penduduk digunakan sebagai perencanaan
pembangunan kependudukan sehingga dinamika penduduk bisa terdeteksi. Contoh sederhana, yaitu dari suatu data
komposisi penduduk bisa diketahui kalau
sebagian besar penduduk di suatu daerah tergolong usia sekolah. Melihat kenyataan ini, maka langkah
pembangunan bijak yang harus diambil
oleh pemerintah adalah membangun infrastruktur dan fasilitas pendidikan. Itulah contoh sederhana mengapa penduduk perlu dikelompokkan dalam komposisi
berdasarkan umur dan jenis kelamin.
2. Piramida Penduduk
Komposisi penduduk suatu wilayah
atau negara dapat disajikan dalam bentuk diagram yang berbentuk piramida.
Piramida penduduk menyajikan data kependudukan dalam bentuk diagram batang yang
menunjukkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Tersusun dari
garis atau koordinat vertikal yang digunakan untuk menyatakan golongan umur.
Dimulai dari umur 0–4, 5–9, dan seterusnya hingga usia maksimal yang bisa
dicapai oleh penduduk di suatu wilayah. Jenis kelamin laki-laki di sebelah
kiri, sedangkan golongan perempuan di sebelah kanan. Garis horizontal digunakan
untuk menunjukkan jumlah, biasanya dalam jutaan, tetapi tergantung pada kuantitas
penduduk. Bentuk piramida penduduk berbeda-beda untuk setiap wilayah atau
negara. Meskipun bentuknya berbeda-beda, pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi tiga. Masing-masing bentuk mencerminkan karakteristik penduduknya.
Ketiga bentuk piramida penduduk itu sebagai berikut;
a. Berbentuk Segitiga (Limas)
Bentuk piramida penduduk ini
menggambarkan sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda atau
berciri ekspansif. Penduduk tumbuh cepat karena terjadi penurunan tingkat kematian
bayi tetapi tingkat kelahiran masih tinggi. Piramida penduduk negara kita
Indonesia, termasuk kelompok ini.
b. Berbentuk Sarang Tawon (Batu
Nisan)
Bentuk piramida penduduk ini
menggambarkan tingkat kelahiran yang lebih rendah dari tingkat kematian atau
bersifat konstruktif. Penurunan tingkat kelahiran yang tajam menyebabkan pertumbuhan
penduduk mengalami penurunan. Piramida penduduk ini memiliki umur median
(pertengahan) sangat tinggi. Contoh: piramida penduduk negara Jerman, Belgia,
dan Swiss.
c. Bentuk Segi Empat
Bentuk piramida penduduk ini
menggambarkan tingkat kelahiran yang hampir sama dengan tingkat kematian atau
bersifat stasioner. Pertumbuhan penduduk cenderung tetap. Piramida ini menunjukkan
jumlah penduduk muda, dewasa, dan tua hampir sama. Contoh: bentuk piramida
penduduk Jepang dan Singapura serta beberapa negara yang tergolong maju.
Dengan melihat bentuk piramida
penduduk, maka akan diketahui apakah negara itu bercirikan penduduk tua atau
muda. Suatu negara disebut berpenduduk tua apabila sebagian besar penduduk di
negara itu sudah berumur tua. Sedang suatu negara disebut berpenduduk muda
apabila sebagian penduduk negara itu masih berumur muda.
3. Pentingnya Mengetahui
Komposisi Penduduk
a. Rasio Jenis Kelamin (Sex
Ratio)
Rasio jenis kelamin merupakan
angka perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.
Berapa rasio jenis kelamin di kelasmu? Kamu dapat menentukannya dengan mudah.
Caranya, hitung jumlah siswa laki-laki dengan jumlah siswa perempuan, kemudian
bandingkan keduanya.
Rasio
jenis kelamin=
|
Jumlah
penduduk laki-laki
|
x 100
|
Jumlah
penduduk perempuan
|
Misalnya, di kelasmu terdapat siswa laki-laki sebanyak 18 orang dan
siswa perempuan sebanyak 20 orang, maka sex
ratio adalah 90. Ini berarti jika ada 100 siswa perempuan maka ada 90 siswa laki-laki.
Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu wilayah dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu rasio jenis kelamin pada kelahiran (sex ratio birth), tingkat kematian antara
penduduk laki- laki dengan perempuan, dan tingkat migrasi antara penduduk laki-
laki dengan perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelahiran di beberapa negara
berkisar 103–105 bayi laki-laki per 100 bayi perempuan pada saat lahir.
b. Angka Beban Tanggungan
(Dependency Ratio)
Penduduk tidak produktif menjadi
tanggungan penduduk produktif. Siapa yang dianggap penduduk produktif dan tidak
produktif? Dalam komposisi penduduk menurut kelompok umur, penduduk dapat dibagi
menjadi tiga kelompok umur besar. Ketiga kelompok yang dimaksud sebagai
berikut;
1)
Kelompok umur muda (≤ 14 tahun).
2)
Kelompok umur dewasa (15–64 tahun).
3)
Kelompok umur tua (≥ 65 tahun).
Kelompok umur muda dan umur tua
merupakan penduduk tidak produktif, sedang kelompok umur dewasa merupakan
penduduk yang produktif. Jadi, penduduk kelompok umur muda dan umur tua dianggap
menjadi beban tanggungan penduduk kelompok produktif. Angka beban tanggungan
(ABT) atau dependency ratio menunjukkan
jumlah penduduk tidak produktif yang menjadi tanggungan penduduk produktif
dalam 100 jiwa.
D. Kualitas
Penduduk Indonesia
Kualitas penduduk atau mutu
sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap tingkat kemajuan suatu negara.
Hal ini terkait dengan kemampuan penduduk untuk mengolah dan memanfaatkan sumber
daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kualitas
penduduk suatu negara dapat diketahui dari faktor - faktor yang memengaruhinya,
yaitu tingkat pendapatan penduduk, tingkat pendidikan, dan tingkat kesehatan.
1. Tingkat Pendapatan Penduduk
Tingkat pendapatan penduduk
diukur dari besarnya pendapatan per - kapita. Pendapatan per kapita adalah
pendapatan yang diperoleh rata-rata penduduk dalam waktu satu tahun. Pendapatan
per kapita dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan dan kemajuan perekonomian
suatu negara. Semakin tinggi pendapatan per-kapita, semakin tinggi
kesejahteraan penduduknya karena dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang,
papan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan yang lain secara layak.
Menurut BPS, pendapatan per
kapita penduduk Indonesia pada tahun 2005 adalah 1,308 dolar Amerika Serikat,
mengalami kenaikan dari tahun 2004 yang berjumlah 1,066 dolar Amerika Serikat. Berdasarkan
World Bank, pendapatan per kapita Indonesia masuk dalam kriteria lower
middle economies atau kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah. Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sampai saat ini sumber daya
alam tersebut belum sepenuhnya dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk. Sumber-sumber kekayaan negara masih banyak yang dikelola oleh pihak
asing sehingga pendapatan negara masih rendah. Selain itu, jumlah penduduk yang
besar dan pertambahan penduduk yang tinggi merupakan permasalahan tersendiri
bagi pemerataan pembangunan dan peningkatan pendapatan perkapita.
Berbagai upaya dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan pendapatan per kapita, antara lain dengan meningkatkan
keterampilan penduduk agar dapat membuka lapangan kerja sendiri, sehingga tidak
bergantung pada orang lain. Selain itu, penyediaan lapangan kerja baru untuk mengurangi
jumlah pengangguran, serta menekan laju pertumbuhan penduduk dengan pelaksanaan
program Keluarga Berencana (KB). Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan
pendapatan nasional akan meningkat dan kesejahteraan juga akan meningkat.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu
kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu negara. Cepat atau lambatnya suatu
negara dalam meningkatkan kemajuan ekonominya sangat tergantung pada keberhasilan
negara tersebut memberikan pendidikan kepada penduduknya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan penduduk, menunjukkan semakin tingginya kualitas penduduk di
negara tersebut. Pendidikan akan meningkatkan kemampuan penduduk untuk mengolah
sumber daya alam yang dimiliki sehingga akan meningkatkan kesejahteraan
penduduk.
3. Tingkat Kesehatan
Kualitas penduduk dalam hal
kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dan produktivitas seseorang.
Tinggi rendahnya tingkat kesehatan penduduk suatu negara dapat dilihat dari
besarnya angka kematian bayi dan ibu pada saat melahirkan. Semakin rendah angka
kematian bayi dan ibu pada saat melahirkan, berarti semakin baik tingkat
kesehatan penduduk. Menurut BPS, pada tahun 2005 tingkat kematian bayi di
Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut telah mengalami penurunan dari 51 per 1.000 pada tahun 1990. Begitu
pula angka kematian ibu saat melahirkan juga mengalami penurunan dari 450 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 307 pada tahun 2005. Angka
kematian bayi dan ibu pada saat melahirkan tersebut menunjukkan tingkat kesehatan
penduduk yang masih rendah.
Rendahnya tingkat kesehatan
penduduk ini, antara lain disebabkan masih banyaknya lingkungan yang kurang
sehat yang memudahkan penyebaran berbagai penyakit menular. Untuk itu
diperlukan kesadaran penduduk untuk selalu menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.
Selain itu, rendahnya tingkat kesehatan penduduk juga disebabkan oleh
terbatasnya layanan kesehatan oleh tenaga medis terutama di daerah-daerah
pedesaan yang terpencil. Di Indonesia penduduk yang mendapatkan pelayanan
kesehatan baru sekitar 43%. Sedangkan sisanya belum mendapatkan pelayanan kesehatan
secara optimal.
Untuk meningkatkan tingkat
kesehatan penduduk, pemerintah melakukan berbagai upaya di antaranya melaksanakan
program perbaikan gizi, khususnya untuk anak-anak balita. Program ini
dilaksanakan bersamaan dengan posyandu yang telah digalakkan di daerah pedesaan.
Di Indonesia, anak balita gizi buruk tahun 2004/2005 berjumlah 1,8 juta jiwa
dan meningkat menjadi 2,3 juta jiwa pada periode 2005/2006. Hal ini memerlukan perhatian
khusus dari pemerintah agar permasalahan tersebut dapat diatasi dan generasi
yang akan datang menjadi generasi yang berkualitas. Upaya lain yang dilakukan
dengan peningkatan kesadaran penduduk untuk berperilaku hidup sehat. Selain
itu, penambahan sarana dan prasarana kesehatan juga diperlukan untuk meratakan
pelayanan kesehatan di seluruh lapisan masyarakat. Upaya nonmedis juga harus
dilakukan melalui program penyediaan air bersih dan perbaikan sanitasi
lingkungan, berupa pembangunan jamban keluarga, pembuatan sumur, penyediaan
tempat pembuangan sampah, dan lain sebagainya.
Sumber
Referensi;
- Kathy Mac Kinon, 1986, Alam Asli Indonesia, Jakarta, Gramedia.
- Calon Ilmuwan, 1996, Dunia Kita dalam Bahaya, Jakarta, Tira Pustaka.
- Badan Pusat Statistik, 2002, Statistik Indonesia, Jakarta, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.
- Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Geografi untuk SMA/MA.
By;[R.G] | Semoga
Bermanfaat |
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER