Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Serta Faktor yang Memengaruhi Pembangunan
Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Serta Faktor yang Memengaruhi
Pembangunan
A. Dampak Positif Pembangunan
Pembangunan nasional dilakukan dengan harapan menghasilkan perubahan positif dan kemajuan di segala bidang, termasuk lingkungan hidup. Secara umum, keberhasilan pembangunan dapat diukur dengan dua indikator. Pertama, keberhasilan pembangunan diukur dengan indikator ekonomi. Indikator ini mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk. Kedua, keberhasilan pembangunan diukur dengan indikator sosial yang mencerminkan kualitas hidup penduduk.
Gambar |
1. Indikator Ekonomi
Keberhasilan pembangunan
nasional di bidang
ekonomi dapat ditunjukkan dengan
beberapa indikator. Indikator
yang sering digunakan adalah
dengan mengetahui peningkatan Produk Nasional Bruto/PNB (Gross National Produk
/GNP) dan PNB per kapita, fasilitas komunikasi
dan transportasi, penggunaan
energi per tahun,
dan jumlah pekerja di berbagai sektor industri.
a. Produk
Nasional Bruto (PNB)
PNB menjadi
salah satu indikator
penting dalam penilaian
keberhasilan pembangunan atau kemakmuran negara. PNB per kapita menunjukkan
ukuran rata-rata standar hidup
dari penduduk. PNB
menunjuk pada jumlah pendapatan
per tahun. Sedang
PNB perkapita menunjuk
pendapatan rata-rata untuk
setiap penduduk dan diperoleh
dengan membagi PNB dengan jumlah penduduk suatu negara.
b. Fasilitas Transportasi dan
Komunikasi
Pembangunan fasilitas
transportasi dapat berupa jalan, jembatan, rel kereta api, terminal, pelabuhan
laut, dan bandar udara. Sedang pembangunan fasilitas komunikasi dapat berupa saluran
telepon, pemancar radio, dan televisi.
c. Konsumsi Energi
Pembangunan membutuhkan banyak
energi, termasuk energi listrik. Di Indonesia energi listrik banyak dihasilkan
dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Konsumsi energi
diukur dari energi total yang digunakan negara atau dikonsumsi penduduk dalam
kurun waktu setahun. Peningkatan pembangunan terjadi bila konsumsi energi juga
meningkat.
d. Tenaga Kerja di Sektor
Industri
Pembangunan ekonomi juga
dicerminkan dari persentase pekerja yang bekerja di berbagai sektor industri.
Peningkatan pembangunan dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja di
sektor industri primer turun dan yang bekerja di sektor industri sekunder dan
tersier meningkat. Di negara berkembang seperti Indonesia banyak pekerja yang bekerja
di industri primer. Sedang di Singapura dan Jepang, banyak penduduk bekerja di
sektor industri sekunder dan tersier.
2. Indikator Kualitas Hidup
Peningkatan kualitas hidup oleh
kegiatan pembangunan dapat diketahui melalui beberapa indikator, misalnya angka
melek huruf serta tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
a. Melek Huruf
Keadaan melek huruf penduduk
sangat berkaitan dengan tingkat pendidikannya. Secara umum, apabila angka melek
huruf semakin besar berarti terjadi peningkatan pembangunan. Salah satu cara
untuk mengetahui angka melek huruf adalah dengan menghitung angka buta huruf
penduduk dewasa, yaitu jumlah penduduk >50 tahun yang tidak dapat membaca, menulis
pendek, atau menulis pernyataan sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kesehatan dan Kesejahteraan
Tingkat kesehatan dan
kesejahteraan yang semakin baik merupakan indikator keberhasilan pembangunan. Indikator
kesehatan tercermin dari angka harapan hidup dan angka kematian bayi. Sedang
indikator kesejahteraan tercermin dari angka kekurangan gizi, kasus kelaparan,
dan kondisi kehidupan penduduk. Angka harapan hidup dan kematian bayi dipengaruhi
oleh kelengkapan atau ketersediaan fasilitas kesehatan. Secara umum, fasilitas
kesehatan yang baik dan lengkap meningkatkan angka harapan hidup dan menurunkan
angka kematian bayi. Di antara negara berkembang di dunia, Indonesia cukup
berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak di bawah lima tahun (balita).
3. Indikator Gabungan
Beberapa indikator yang
mencerminkan kemajuan pembangunan nasional telah dipaparkan. Sebenarnya, masih
banyak indikator lain yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui
dampak positif pembangunan, misalnya tingkat urbanisasi dan persentase penduduk
yang tidak memiliki rumah. Di negara-negara maju, sebagian besar penduduk hidup
di perkotaan dan sudah memiliki rumah.
B. Dampak Negatif Pembangunan
Dalam proses pembangunan sering
kali kegiatan manusia menimbulkan dampak negatif yang merugikan lingkungan
hidup. Jadi, selain menyejahterakan penduduk, pembangunan dapat menyebabkan degradasi
kualitas lingkungan. Kegiatan pembangunan dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan membuat sejumlah sumber daya alam semakin menipis. Penggundulan
hutan (deforestation), penggersangan lahan (desertification), pencemaran (pollution), pemanasan global (global warming),
dan penipisan lapisan ozon (depletion of ozone layer) adalah bentuk dari
degradasi atau penurunan kualitas lingkungan. Dampak degradasi kualitas
lingkungan dapat dirasakan penduduk pada tingkat lokal, regional, maupun
global.
1. Penggundulan Hutan
(Deforestation)
Perusakan dan penebangan hutan
secara permanen merupakan tindakan yang menyebabkan hutan gundul. Penebangan hutan
sudah dilakukan penduduk selama berabad-abad. Hanya saja, dalam 50 tahun
terakhir ini kerusakannya mulai dirasakan. Diperkirakan, hutan yang hilang
setiap hari seluas 400.000 hektare. Sedang di Indonesia, setiap tahun luas
hutan berkurang sebanyak 1,6 juta hektare. Seandainya 1 hektare = 1 lapangan
sepak bola, dapat dibayangkan betapa cepat hutan hilang dari wilayah Indonesia.
Yang lebih memprihatinkan, kebanyakan kerusakan hutan terjadi di wilayah hutan
hujan tropis, termasuk hutan Papua, Sumatra, dan Kalimantan. Banyak faktor yang
mendorong masyarakat melakukan penggundulan hutan. Dorongan ekonomi cukup
berperan dalam hal ini.
a. Pembangunan Permukiman
Pembangunan permukiman baru
sering dilakukan dengan cara membuka lahan hutan. Daerah transmigrasi disiapkan
untuk ditempati para transmigran agar dapat membangun lingkungan barunya. Lahan
transmigran disiapkan di daerah tertentu dengan cara membuka hutan. Selain
disediakan rumah-rumah dan lahan pekarangan, fasilitas prasarana transportasi
juga disiapkan untuk para transmigran. Jalan-jalan dibuat untuk menghubungkan
dengan daerah luar. Di Indonesia, penyediaan lahan transmigrasi disiapkan untuk
menempatkan jutaan penduduk dari Jawa dan wilayah lain yang berpenduduk padat.
b. Perluasan Lahan Pertanian
Di Amerika Selatan, pertanian
tanaman pangan dan penggembalaan ternak yang membutuhkan lahan luas menimbulkan
banyak kerusakan hutan. Sebagai bukti, sekitar 2/3 luas hutan telah rusak.
Kebanyakan lahan gundul di wilayah ini pada beberapa dekade terakhir disebabkan
oleh pengembangan dan peternakan hewan besar serta perluasan lahan perkebunan.
Lahan di wilayah ini tidak cocok untuk pertanian dan peternakan karena kurang
subur. Lebih lanjut, lahan pertanian
yang dikerjakan intensif tanpa periode jeda telah mempercepat proses degradasi
tanah. Kandungan unsur hara dalam tanah menyusut secara cepat dalam beberapa
tahun. Penggundulan lahan juga mempercepat degradasi lahan. Di Indonesia,
kegiatan perladangan berpindah dituding turut menciptakan hutan gundul.
c. Penggunaan Bahan Bakar Kayu
Pohon-pohon hutan dapat dijadikan
kayu bakar. Pemanfaatan kayu sebagai sumber energi terutama terjadi di
negara-negara berkembang seperti Etiopia dan Burkina Faso di Afrika. Di negara tersebut
bahan bakar kayu mengambil porsi lebih dari 90% dari seluruh energi yang
digunakan. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar kayu pada tahun 2025 menjadi dua
kali dari pasokan yang kini tersedia. Peningkatan jumlah penduduk menambah
tekanan pada luas lahan hutan. Tekanan akibat peningkatan jumlah penduduk akan
memperluas penggundulan hutan. Hal ini disebabkan kemampuan regenerasi hutan
lebih lambat dibanding kerusakan hutan serta peningkatan kebutuhan penduduk.
d. Pembalakan
Pembalakan yang tidak terkendali
menjadi penyebab utama kerusakan hutan. Kegiatan pembalakan telah mengubah
lahan hutan menjadi gundul secara cepat. Fungsi hutan sebagai penutup dan
pelindung tanah menjadi hilang. Hujan dan angin mudah mengerosi tanah yang
terbuka. Pohon-pohon yang tersisa akan tumbang oleh angin karena tanah tempat
tumbuh akar sudah terkikis. Pada lahan yang terbuka, sinar matahari menyinari langsung
sehingga tanah menjadi kering, tidak subur, dan sulit diolah. Selanjutnya,
kayu-kayu gelondongan hasil pembalakan diangkut keluar dari hutan melalui jalan
yang dibuat dengan melintasi tengah hutan. Pengangkutan kayu-kayu gelondongan
dari tengah hutan menyebabkan banyak kerusakan pohon-pohon pada jalur lintasan
yang dilalui truk pengangkut. Alat-alat berat, seperti traktor dan buldozer
juga menghancurkan vegetasi dan memadatkan tanah yang dilindasnya. Tanah yang
padat sulit menyerap air hujan sehingga menghambat vegetasi untuk tumbuh kembali.
Kerusakan hutan Indonesia
termasuk yang tercepat di dunia. Dalam setahun, hutan yang rusak mencapai 1,6
juta hektare atau seluas 3 hektare per menit. Ini berarti hutan yang gundul
akibat pembalakan dalam satu menit sama dengan enam kali luas lapangan sepak
bola. Dapat dibayangkan betapa hebat dampak dari pembalakan terhadap kerusakan
hutan.
e. Penambangan Terbuka/Permukaan
Bahan tambang perlu dikeluarkan
dari dalam Bumi agar dapat bermanfaat bagi manusia. Sebagai contoh, batu bara
ditambang untuk bahan bakar pembangkit listrik. Lahan yang banyak mengandung
cadangan batu bara kebanyakan masih berupa hutan. Untuk mendapatkan batu bara,
cara yang umum dilakukan di Indonesia adalah dengan penambangan
terbuka/permukaan (open-cut/surface mining). Metode penambangan terbuka
menyebabkan lahan hutan yang ditebangi semakin meluas. Akibatnya, hutan menjadi
gundul dan permukaan lahan menjadi rusak. Kerusakan lahan hutan akibat kegiatan
penambangan terbuka perlu perbaikan yang sungguh-sungguh, yaitu dengan
reklamasi dan penghijauan kembali. Jika tidak, banyak lubang raksasa dan
bopeng-bopeng di permukaan lahan bekas tambang serta lahan gundul menimbulkan degradasi
lingkungan yang serius.
2. Penggersangan Lahan
(Desertification)
Penggersangan lahan banyak
terjadi di wilayah beriklim kering (arid) dan setengah kering (semiarid).
Degradasi lahan di wilayah ini menyebabkan terbentuknya gurun. Ini berarti, telah
terjadi kerusakan lahan secara meluas yang menyebabkan vegetasi tidak dapat
tumbuh. Seperti halnya penggundulan hutan, penggersangan lahan merupakan
masalah lingkungan pada dekade sekarang. Selama berabad-abad para penggembala
ternak berpindah-pindah menjelajahi padang gembala bersama-sama ternaknya. Cara
hidup mereka memberi sedikit pengaruh terhadap kerusakan lahan. Akan tetapi,
bila kegiatan ini digabung dengan kerusakan lahan secara alami, maka akan
berpengaruh besar terhadap pembentukan lahan gersang pada suatu wilayah.
Beberapa penyebab penggersangan lahan sebagai berikut.
a. Proses Alamiah
Musim kering secara berkala
berlangsung di wilayah semiarid. Kekeringan pada musim kering memang tidak menimbulkan
lahan gersang. Tetapi, jika kekeringan diperburuk oleh kesalahan
praktik-praktik pertanian dan jumlah penduduk yang berlebihan maka dapat
menimbulkan kerusakan lahan di wilayah semiarid.
b. Kegiatan Pertanian
Pertumbuhan penduduk di wilayah
semiarid biasanya diikuti oleh kegiatan pertanian yang meningkat.
Praktik-praktik pertanian yang buruk dengan menanami lahan secara terus-menerus
tanpa jeda memang mampu meningkatkan hasil panen. Hanya saja, keadaan ini akan
mempercepat penurunan kesuburan lahan. Lahan yang sudah tidak subur kemudian
ditinggalkan. Vegetasi alami tidak dapat tumbuh dan berkembang biak pada lahan
gersang karena tanah kekurangan makanan (unsur hara). Jumlah dan ukuran hewan
ternak memengaruhi kebutuhan pakan. Pertambahan jumlah hewan ternak telah
meningkatkan kebutuhan ladang penggembalaan untuk merumput. Hewan gembalaan
juga menginjak-injak lahan dan memakan rumput yang tinggal sedikit. Lahan yang
habis rumputnya dapat kembali pulih setelah ditinggalkan dan diberi cukup
kesempatan untuk tumbuh.
c. Penggunaan Teknologi
Penggersangan di wilayah semiarid
dapat ditimbulkan oleh pemanfaatan teknologi irigasi modern. Di wilayah Afrika
banyak sumur bor yang disediakan bagi para penggembala dibuat untuk mendapatkan
air tanah. Sumur-sumur ini telah menarik para penggembala dan hewan gembalaannya
untuk minum dan merumput. Kemudahan mendapatkan air menyebabkan para penggembala
tinggal di wilayah itu. Kaki-kaki hewan gembalaan yang menginjak-injak tanah
turut menekan lahan dan memadatkan tanah. Jadi, degradasi lahan telah
diperburuk oleh hewan-hewan gembala yang menginjak-injak lahan subur di
lingkungan sekitar. Sebenarnya jika penggembalaan dilakukan dengan sistem
rotasi seperti pada penanaman tanaman pertanian, risiko kerusakan tanah bisa
diperkecil. Kerusakan tanah bisa diperkecil. Lahan dibiarkan istirahat agar
vegetasi alami bisa tumbuh kembali, akhirnya pengembalian ketersediaan unsur
hara dalam tanah berlangsung lebih cepat.
d. Vegetasi Berkurang
Peningkatan jumlah hewan dan
manusia memengaruhi penurunan jumlah vegetasi. Kegiatan pencarian kayu bakar
dan hewan-hewan gembala yang merumput menyebabkan jumlah vegetasi berkurang
dengan cepat. Ketika lahan menjadi gundul dan terbuka karena tumbuhan
penutupnya hilang, maka angin dan hujan mudah mengerosi lapisan tanah atas yang
subur. Lahan yang tererosi tidak dapat menahan dan meresapkan air hujan ke
dalam tanah. Kondisi ini menimbulkan lahan gersang sehingga vegetasi tidak
dapat tumbuh subur dan lahan menjadi sepi dari kehidupan.
3. Pencemaran
Pencemaran terjadi bila material
sampah dan bahan tidak berguna dibuang di lingkungan sekitar. Pencemaran
menimbulkan dampak kerusakan atau ketidaknyamanan bagi manusia, hewan,
tumbuhan, bangunan, dan komponen lingkungan lain. Sebelum terjadi Revolusi Hijau,
masalah pencemaran terbatas pada skala lokal. Setelah beberapa tahun kemudian,
peningkatan pencemaran menjadi masalah global. Pencemaran dapat terjadi pada
tanah, air, dan udara.
a. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah dapat disebabkan
oleh sampah rumah tangga dan timbunan material sampah yang tidak dikelola.
Sistem pembuangan dan pengolahan sampah diperlukan untuk mengelola sampah yang dihasilkan
oleh kegiatan manusia setiap hari. Sampah rumah tangga yang tidak dikelola
dengan baik dapat mendatangkan penyakit seperti diare dan disentri. Di banyak
negara, pembuangan sampah dilakukan dengan mengubur dalam lubang (landfill ).
Metode ini cukup efektif. Hanya saja, bahan kimia beracun yang berbahaya dapat
merembes keluar dari lubang penimbunan dan mencemari tanah. Beberapa negara lebih
suka membuang sampah dengan cara dibakar. Metode pembakaran memungkinkan sampah
padat melepas zat kimia beracun ke udara ketika pembakaran berlangsung.
b. Pencemaran Air
Pencemaran air menyebabkan
penurunan kualitas air dan membahayakan makhluk hidup. Di beberapa negara
berkembang, pembuangan limbah air dan sampah langsung ke sungai dan laut
merupakan pemandangan yang sering dijumpai. Air pada saluran pembuangan juga
digunakan untuk keperluan minum, memasak, mandi, dan mencuci pakaian. Keadaan
ini sangat memungkinkan timbulnya penyakit dan tingkat kematian bayi yang
tinggi. Bahan pencemar dari sampah yang tidak membusuk seperti plastik dan
karet dapat terdampar dan menumpuk di sepanjang pantai
c. Pencemaran Udara
Pencemaran udara paling mudah
menyebar. Pembakaran bahan bakar fosil menjadi penyebab utama pencemaran udara,
khususnya berasal dari kendaraan bermotor, industri, dan pembangkit listrik.
Sejumlah besar bahan pencemar dilepaskan ke atmosfer sejak Revolusi Industri.
Partikel asap dan gas seperti sulfur oksida (SOx), karbon monoksida
(CO), dan karbon dioksida(CO2) dihasilkan dari proses pengolahan
atau manufaktur. Kendaraan bermotor mengeluarkan nitrogen oksida (NOx)
yang kemudian menjadi asap setelah bereaksi dengan sinar ultraviolet. Asap ini
dapat menyebabkan sesak napas dan pedih di mata.
4. Pemanasan Global
Atmosfer yang menyelubungi Bumi
berperan penting bagi kehidupan di Bumi. Seandainya Bumi tidak memiliki
atmosfer maka semua kehidupan akan musnah terbakar sinar matahari. Bumi memiliki
mekanisme alamiah menjaga kehangatan agar kehidupan tetap berlangsung.
Mekanisme ini dikenal dengan efek rumah kaca (green house effect). Gas-gas
rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), uap air (H2O),
metana (NH4), nitrogen oksida (NOx) terdapat secara alamiah
di atmosfer. Gas-gas tersebut menahan panas sinar Matahari dan
menjaga kestabilan temperatur Bumi sekitar 15°C.
Pada tahun-tahun terakhir ini
telah terjadi kenaikan temperatur udara. Kenaikan temperatur ini disebabkan oleh
peningkatan sejumlah gas-gas rumah kaca di atmosfer. Kenaikan temperatur di
seluruh permukaan Bumi dikenal dengan pemanasan global (global warning). Ada
dua jenis kegiatan manusia yang menyebabkannya, yaitu industri dan pertanian.
a. Industri
Pembakaran bahan bakar fosil
untuk memenuhi kebutuhan energi telah meningkatkan gas-gas rumah kaca.
Pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar minyak bumi dan batu bara, serta
mesin-mesin kendaraan bermotor banyak melepaskan sejumlah gas-gas rumah kaca
seperti karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2),
dan nitrogen oksida (NOx) ke atmosfer. Penggunaan
Klorofluorokarbon/KFK ( Chlorofluorocarbon(CFC) pada penyejuk udara
( airconditioner) dan lemari es (refrigerator) menjadikan gas
KFK ikut dilepaskan ke atmosfer. Gas KFK juga dilepaskan ke udara
pada saat lemari es dan air
conditioner rusak dan
ditumpuk sebagai sampah. Lebih jauh, pemanasan global ini
mengakibatkan penipisan lapisan ozon.
b. Pertanian
Pertanian berkaitan dengan
kegiatan bercocok tanam dan penggembalaan. Kegiatan penanaman di sawah dan
penggembalaan ternak menghasilkan gas metana (CH4) yang dilepaskan
ke atmosfer. Nitrogen oksida (NOx) dilepaskan ke atmosfer ketika
pupuk yang mengandung nitrogen digunakan dalam pertanian. Karbon
dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan
organik seperti kayu dan kotoran hewan juga dilepaskan ke atmosfer.
Penggundulan hutan secara ekstensif untuk pembukaan lahan pertanian
turut mengurangi kemampuan tanah dalam mengubah karbon dioksida di
atmosfer.
Faktor yang Memengaruhi Pembangunan
Pembangunan nasional
dilaksanakan setiap negara di dunia di berbagai bidang. Bidang pembangunan
antara lain pertanian, industri, perumahan, pendidikan, kesehatan,
transportasi, komunikasi, dan sosial budaya. Pelaksanaan pembangunan di
berbagai bidang menghasilkan tingkat perkembangan yang berbeda-beda.
Peningkatan pembangunan nasional dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut.
• Penduduk
• Infrastruktur
-
Transportasi
-
Komunikasi
-
Fasilitas pendidikan
-
Fasilitas kesehatan
• Teknologi
• Keadaan alam
-
Sumber daya alam
-
Faktor fisik (iklim, tanah, dan topografi)
• Pemerintah
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Serta Faktor yang Memengaruhi Pembangunan"
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.
Terimakasih Atas Pengertiannya.