Manfaat Lingkungan Hidup bagi Pembangunan Berkelanjutan
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia, maka semakin banyak pula sumber daya yang harus disediakan. Pembangunan berkelanjutan memanfaatkan banyak sumber daya alam demi kesejahteraan penduduk. Penggundulan hutan untuk mencukupi kebutuhan kayu. Lahan pertanian diolah secara intensif untuk menghasilkan panen yang melimpah. Lahan permukiman disiapkan untuk membangun perumahan. Dan, batu bara ditambang untuk menyediakan bahan bakar industri. Hanya saja, pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan dan tanpa pengelolaan sering menimbulkan dampak negatif.
1. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan diartikan sebagai upaya sadar
dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran
rakyat, baik untuk mencapai kemakmuran lahir maupun untuk mencapai kepuasan
batin. Pemanfaatan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan
fungsi lingkungan hidup. Pada intinya, pembangunan adalah proses pertumbuhan,
perkembangan, dan peningkatan yang dilakukan dalam berbagai kegiatan.
Sebagai contoh, di bidang
pertanian, penggunaan insektisida dan pupuk kimia mampu meningkatkan hasil panen
padi. Program industrialisasi mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan
pendapatan.
Muara dari pembangunan nasional
adalah mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar hidup bagi
penduduk. Kedua muara pembangunan tersebut saling berkaitan. Pertumbuhan
ekonomi memengaruhi peningkatan kesejahteraan penduduk. Pertumbuhan ekonomi
dapat dicapai melalui produksi, penjualan, dan jasa. Pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan industri memberi banyak kesempatan bagi penduduk untuk bekerja.
Dengan bekerja, penduduk memperoleh pendapatan yang dapat dibelanjakan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.
Lingkungan hidup dengan segala
sumber dayanya dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Manfaat lingkungan hidup
antara lain sebagai berikut.
a. Tempat hidup manusia dan melakukan kegiatannya.
b. Tempat hidup hewan dan tumbuhan.
c. Sumber bahan pangan.
d. Sumber bahan baku atau bahan mentah.
e. Sumber bahan tambang dan mineral.
f. Sumber energi atau bahan bakar.
Sebagai contoh, swasembada beras
pernah dicapai Indonesia pada tahun 1985. Produksi beras yang surplus ini
berkat usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi pertanian
dilakukan dengan memperluas lahan garapan di luar Jawa melalui program
transmigrasi. Sedang intensifikasi pertanian dilakukan dengan pemanfaatan
teknologi Revolusi Hijau seperti penanaman jenis padi baru, pemupukan, dan pengairan
pada lahan pertanian yang terbatas. Contoh lain, bahan tambang batu bara yang
terdapat di Sumatra dan Kalimantan dimanfaatkan untuk bahan bakar pembangkit listrik
di Jawa. Di Indonesia, sumber daya alam ini diharapkan menggantikan minyak bumi
yang semakin menyusut jumlahnya. Batu bara juga banyak digunakan untuk bahan
bakar industri. Pada tahun 1987, komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan
mengenalkan istilah pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Istilah ini menunjuk pada bentuk pembangunan yang mempertimbangkan kebutuhan
sekarang dengan kebutuhan generasi yang akan datang. Ini berarti bahwa
negara-negara dapat melanjutkan pembangunan ekonomi untuk mencapai taraf hidup
lebih tinggi tanpa merusak dan membahayakan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan
menjamin bahwa generasi mendatang masih mendapatkan dan bisa memanfaatkan
sumber daya alam. Pembangunan dapat berjalan tanpa merusak dan kehabisan sumber
daya apabila sistemnya berlanjut terus. Sebagai contoh, industri perikanan membatasi
ikan-ikan laut yang akan diolah dengan jenis dan ukuran tertentu yang layak
dikonsumsi. Dengan persyaratan ini maka penangkapan ikan oleh nelayan tidak
boleh sembarangan. Ikan dengan ukuran kecil yang tidak layak tangkap akan
dibiarkan bebas agar dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga populasi ikan
dapat meningkat. Dengan demikian, penangkapan ikan akan berlangsung terus tanpa
menimbulkan kepunahan.
Konsep pembangunan berkelanjutan
lahir setelah lingkungan di Bumi mengalami degradasi atau kerusakan dengan
cepat sejak tahun enam puluhan. Konsep ini ingin memberi solusi dari dua hal
yang dipertentangkan, yaitu keinginan melaksanakan pembangunan dan mencegah
kerusakan lingkungan hidup yang ditimbulkan. Selama ini paradigma ekonomi
selalu identik dengan pertumbuhan. Pembangunan bertujuan untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga selalu mengacu pada tingkat
pendapatan per kapita penduduk (GNP). Pembangunan harus tetap berjalan dengan
tidak menimbulkan degradasi lingkungan.
Pada tahun 1972, fenomena
degradasi lingkungan hidup dibicarakan oleh beberapa kepala negara dalam pertemuan
di Stockholm, Swedia. Pertemuan ini menghasilkan keputusan pembentukan
lembaga-lembaga pemerintah dan nonpemerintah di beberapa negara yangbertugas
untuk melestarikan lingkungan hidup. Pada tahun delapan puluhan, masalah
lingkungan berkembang menjadi masalah global. Setelah dikenalkan oleh komisi dunia
untuk lingkungan hidup tahun 1987, konsep pembangunan berkelanjutan diadopsi
oleh sebagian besar negara di dunia. Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan
(World Summit on Sustainable Development) tahun 1992, yang diselenggarakan di
Rio de Janeiro, Brasil membahas masalah lingkungan dan menghasilkan konsep pembangunan
berkelanjutan yang tersusun dalam Agenda 21.
Hasil KTT Pembangunan Berkelanjutan
Tahun 1992 dan 2002 Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan Berkelanjutan tahun 1992 di Rio de Janeiro,
Brasil menghasilkan Agenda 21, yaitu suatu rencana global untuk pembangunan
berkelanjutan yang dapat dijadikan panduan bagi negara-negara untuk
melaksanakan:
1.Pembangunan
berkelanjutan dan pembangunan ekonomi.
2.Pemerintahan yang
demokratis.
3. Pembangunan sosial dan
pelestarian lingkungan.
KTT Pembangunan
Berkelanjutan pada tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan menghasilkan:
1.Deklarasi mengenai
pembangunan berkelanjutan.
2.Rencana pelaksanaan.
3.Kesepakatan kerja sama
antarpeserta konferensi, khususnya mengenai air, energi, kesehatan, pertanian,
dan keanekaragaman hayati.
Setelah konferensi di Rio de Janeiro, Konferensi Tingkat Tinggi
Pembangunan Berkelanjutan diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan pada
tanggal 26 Agustus–4 September 2002. Konferensi Pembangunan Berkelanjutan di
Afrika Selatan ini menghasilkan pokok-pokok rencana pelaksanaan sebagai
berikut.
a. Pemberantasan kemiskinan.
b. Perubahan pola konsumsi dan produksi.
c. Proteksi dan mengelola sumber daya alam sebagai landasan
pembangunan ekonomi dan sosial.
d. Pembangunan berkelanjutan dalam pengembangan globalisasi.
e. Kesehatan dan pembangunan berkelanjutan.
f.Pembangunan berkelanjutan bagi negara berkepulauan kecil.
g. Pembangunan berkelanjutan untuk Afrika.
h. Pembangunan berkelanjutan untuk kawasan regional: Amerika
Latin dan Karibia, Asia dan Pasifik, kawasan Afrika Barat dan Eropa.
i. Sarana untuk pelaksanaan perdagangan, keuangan, ahli
teknologi, iptek, dan lain-lain.
j. Kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan ( good governance
).
Berkaitan dengan pokok-pokok pelaksanaan, di Indonesia telah
diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Indonesia untuk pembangunan
berkelanjutan ( Indonesian Summit on Sustainable Development ). Dalam
konferensi ini dibahas tentang masalah mendesak yang dihadapi Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Masalah mendesak di Indonesia adalah:
a. Pengentasan kemiskinan.
b. Tata pemerintahan yang baik dan masyarakat madani.
c. Pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
d. Perlindungan sumber daya alam dan lingkungan (tata ruang
dan pengendalian pencemaran).
e. Kemitraan (di bidang air, energi, kesehatan, pertanian,
keanekaragaman hayati).
f. Pendanaan.
g. Kelembagaan pembangunan berkelanjutan.
2. Pemanfaatan Lingkungan bagi Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan dilaksanakan dengan
memanfaatkan sumber daya yang terdapat di lingkungan. Pemanfaatan lingkungan
bagi pembangunan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan pemikiran manusia.
Pola pembangunan lama tentu berbeda dengan pola pembangunan baru seiring dengan
perkembangan teknologi dan permukiman. Jenis pembangunan yang memanfaatkan
lingkungan juga beragam.
a. Pembangunan Konvensional dan
Pembangunan Berkelanjutan
Pemanfaatan lingkungan bagi
pembangunan yang dilaksanakan dengan pola konvensional sudah tidak sesuai
dengan tuntutan zaman, sehingga perlu diganti dengan pola berkelanjutan. Apabila
pemanfaatan lingkungan pembangunan masih menggunakan pola konvensional maka
dampak negatif dari lingkungan hidup, kehidupan sosial, dan ketimpangan ekonomi
akan semakin besar. Ahli lingkungan Emil Salim berpendapat, pembangunan konvensional,
yang tidak memerhatikan aspek lingkungan, di satu pihak berhasil menaikkan
produksi barang dan jasa secara melimpah, namun di pihak lain menimbulkan
ketimpangan ekonomi penduduk.
b. Aspek Lingkungan Menentukan
Pembangunan Berkelanjutan
Untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan, yaitu memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang
akan datang, diperlukan dua syarat. Pertama, peningkatan potensi produksi
dengan pengelolaan yang ramah lingkungan. Kedua, menjamin kesempatan yang adil
dan merata bagi semua orang. Berdasarkan syarat ini maka pembangunan
berkelanjutan dilaksanakan dengan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan
dan sekaligus mengusahakan pemerataan. Hal ini sesuai dengan tiga pilar
pembangunan berkelanjutan dalam Deklarasi Johannesburg, yaitu ekonomi,
lingkungan hidup, sosial dan teknologi.
Pembangunan dilaksanakan dengan
cara menjaga fungsi ekosistem, melestarikan komponen ekosistem, dan menjaga interaksi
antarkomponen ekosistem. Keberlanjutan pembangunan ditentukan oleh lima aspek,
yaitu lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
1) Lingkungan
Unsur-unsur lingkungan dan
kesehatan ekosistem harus diperhatikan. Misalnya, ketersediaan air bersih serta
keberadaan flora dan fauna.
2) Ekonomi
Unsur ekonomi berkaitan dengan
kesejahteraan yang layak bagi penduduk.
3) Sosial
Keterlibatan masyarakat sangat
mendukung keberlanjutan pembangunan. Ketidakadilan antarkelompok dalam mendapatkan
hasil pembangunan akan melahirkan protes dan gugatan.
4) Budaya
Unsur budaya berkaitan dengan
identitas budaya, kebutuhan budaya, dan pengetahuan tradisional yang diwariskan
secara turun-menurun.
5) Politik
Unsur politik berkaitan dengan
pengambilan keputusan yang demokratis mengenai masalah lingkungan, ekonomi, dan
sosial dibahas dalam agenda politik untuk menghasilkan kebijakan yang tepat.
c. Pemanfaatan Lingkungan bagi
Pembangunan
Pembangunan dilaksanakan dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan. Berbagai jenis
kegiatan pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan antara lain
reklamasi, peningkatan lahan garapan dan hasil panen, serta pengembangan
transportasi dan perhubungan.
1) Reklamasi
Pada tahun 1830, penduduk dunia
hanya satu miliar orang. Seratus tahun kemudian, tahun 1930, penduduk dunia mencapai
dua miliar orang. Pada tahun 2000 penduduk dunia telah melebihi enam miliar,
dan diperkirakan pada tahun 2025 menjadi delapan miliar orang. Tingkat pertumbuhan
yang cepat ini menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan. Di banyak kota di berbagai
negara berusaha mengatasi pertumbuhan penduduk yang cepat dengan menciptakan
lahan baru melalui reklamasi.
Reklamasi lahan dapat dilakukan
dengan pengeringan rawa, perbaikan lahan bekas tambang, serta pengeringan laut.
a) Pengeringan Rawa
Daerah rawa tidak dapat dimanfaatkan
untuk permukiman, pertanian, atau kegiatan lain karena mengandung banyak bahan
organik, berlumpur, dan jenuh air. Rawa di daerah pantai akan tergenang air
laut saat pasang naik. Sedang rawa di dataran rendah akan tergenang air saat
sungai di dekatnya meluap pada musim hujan. Agar daerah rawa bermanfaat untuk mencukupi
kebutuhan lahan bagi manusia, maka perlu usaha pengeringan, yaitu dengan membuat
saluran-saluran air dan tanggul-tanggul yang berfungsi mengalirkan kelebihan air.
Sebagai contoh, reklamasi daerah rawa di Pantai Kapuk, Jakarta Utara untuk
perumahan mewah, dan proyek lahan sejuta hektare di Kalimantan Tengah untuk lahan
pertanian (proyek ini gagal dilaksanakan).
b) Perbaikan Lahan Bekas Tambang
Penambangan batu bara dan timah
di Indonesia dilakukan dengan metode tambang permukaan (surface mining). Ketika
proses penambangan berlangsung, lapisan tanah dan batuan digali dan
dipindahkan. Setelah kegiatan penambangan berakhir, banyak lahan rusak.
Pascapenambangan meninggalkan cekungan-cekungan yang dalam dan gundukan-gundukan
tanah. Kenampakan ini banyak terlihat di bekas lahan penambangan batu bara di
Kalimantan dan penambangan timah di Bangka.
c) Pengeringan Laut
Reklamasi laut yang paling
menakjubkan dunia adalah proyek Zwider Zee di Belanda. Lebih dari separuh
wilayah Belanda berada di bawah permukaan laut. Sejak tahun 1000, Belanda membangun
tanggul-tanggul untuk mengontrol banjir. Kemudian, Belanda membangun tanggul
yang lebih besar lagi di laut tepi yang dangkal dan mengubah lahan di dekatnya menjadi
berdaya guna. Lahan baru hasil pengeringan laut disebut ”polder”. Lahan ini kemudian
dimanfaatkan untuk pertanian, permukiman, transportasi, dan rekreasi.
2) Peningkatan Lahan Garapan dan
Hasil Panen
Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan
untuk pertanian. Hanya lahan di lingkungan yang mendukung yang dapat ditanami.
Lahan ini disebut lahan garapan. Kondisi fisik yang mendukung lahan untuk dapat
digarap atau diolah antara lain iklim yang cocok, permukaan lahan (relief)
relatif datar, dan tanah subur.
a) Iklim
Tanaman membutuhkan panas
matahari untuk tumbuh. Beberapa tanaman membutuhkan panas yang lebih dibanding
tanaman lain. Sebagai contoh, tanaman padi membutuhkan panas 20–27°C, sedang
tanaman gandum hanya membutuhkan panas rata-rata 15°C. Selain sinar matahari,
pertumbuhan tanaman ditentukan oleh ketersediaan air. Beberapa tanaman membutuhkan
air atau curah hujan yang tinggi. Seperti tanaman padi, kelapa sawit, karet,
teh, dan kopi. Tanaman tersebut akan tumbuh subur di lingkungan beriklim tropis
dengan curah hujan tinggi. Sedang tanaman gandum, barley, dan oat membutuhkan air atau curah hujan secukupnya
sehingga akan tumbuh subur di lingkungan yang beriklim sedang.
b) Relief
Lingkungan dengan kondisi relief
beragam memengaruhi cara bercocok tanam. Di dataran rendah yang memiliki relief
rata merupakan lingkungan yang ideal bagi kegiatan bercocok tanam dengan
peralatan mesin. Sedang pada lahan miring di perbukitan, kegiatan bercocok tanam
lebih sesuai menggunakan peralatan pertanian sederhana seperti cangkul dan
garu.
c) Kesuburan Tanah
Tanah dibutuhkan untuk kegiatan
pertanian. Pada lingkungan yang memiliki tanah berbutir kasar seperti pasir,
air mudah meresap dan lolos. Sedang pada lingkungan yang tanahnya berbutir halus
seperti lempung, air sulit meresap dan lolos. Secara umum, tekstur tanah
dibedakan menjadi tekstur berlempung, remah, dan berpasir. kesuburan tanah
dipengaruhi kandungan mineral dalam tanah. Beberapa mineral seperti kalsium,
magnesium, potasium, dan besi menyuburkan tanah. Lingkungan yang subur di
antaranya terdapat di daerah dataran banjir, delta, dan wilayah pegunungan vulkan.
Kegiatan pertanian di daerah ini apabila dilakukan dalam waktu yang lama akan
menurunkan tingkat kesuburan tanah sehingga dapat menyebabkan tanah menjadi
gersang.
3) Peningkatan Persediaan Pangan
Pangan menjadi perhatian
kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, manusia berusaha
menemukan cara-cara memperoleh lebih banyak bahan pangan. Secara umum, usaha
persediaan pangan dilakukan dengan dua cara, yaitu peningkatan luas lahan
garapan dan peningkatan hasil panen. Kedua cara ini ditempuh dengan
mengembangkan penelitian ilmiah dan teknologi. Sebagai hasilnya, produksi
pangan dapat meningkat 2–3 kali dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang drastis
hasil panen dikenal dengan istilah Revolusi Hijau.
Usaha peningkatan hasil pertanian
dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
a) Intensifikasi pertanian
dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas usaha pertanian melalui penggunaan
dan peningkatan teknologi tepat guna. Contoh, pemilihan bibit unggul,
pengolahan tanah, dan pemupukantanah dengan baik.
b) Diversifikasi dimaksudkan
untuk meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan keanekaragaman usaha tani,
baik secara vertikal dari produksi sampai pemasaran, maupun secara horizontal
dengan pengembangan komoditi wilayah. Contoh, selain menanam padi, pada
sekelilingnya juga ditanami, ketela, cabe, dan aneka sayuran.
c) Ekstensifikasi pertanian
dilakukan dengan menambah luas areal lahan pertanian. Contoh, pembukaan hutan untuk
areal pertanian.
d) Rehabilitasi pertanian
merupakan upaya pemulihan kemapuan daya produktivitas sumber daya pertanian
yang kritis serta kemampuan berproduksi usaha tani masyarakat di daerah rawan.
Contoh, pengairan lahan kering dan pemupukan lahan gersang.
e) Mekanisasi pertanian adalah
penggunaan teknologi modern untuk meningkatkan hasil pertanian. Contoh, penggunaan
traktor, mesin perontok padi, dan mesin-mesin lainnya.
4) Pengembangan Transportasi
Pada awal abad XX, kebanyakan
alat-alat transportasi yang digunakan penduduk di negara kita adalah sepeda
atau kendaraan yang ditarik hewan. Kini, jalan-jalan di kota dan desa banyak dilintasi
kendaraan bermotor. Bahkan, di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan
Surabaya, setiap hari terjadi kemacetan lalu lintas kendaraan bermotor. Seabad
yang lalu, untuk bepergian dari Jawa ke Papua ditempuh dalam beberapa hari.
Kini, hanyadalam hitungan jam dengan kapal terbang dari Jawa sudah sampai di
wilayah timur Indonesia itu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
berhasil mengembangkan sarana transportasi. Awalnya, dimulai dari penemuan
roda. Gerobak yang ditarik hewan digunakan sebagai alat transportasi. Kini,
gerobak masih digunakan di sebagian daerah, terutama di pedesaan. Momentum selanjutnya
terjadi awal abad XIX, ketika mesin uap digunakan. Pada waktu itu, kereta api
uap menjadi alat transportasi yang paling cepat dan murah untuk mengangkut penumpang
dan barang dalam jarak yang jauh. Kereta api juga memegang peranan penting
dalam pembangunan industri.
Saat ini, pasokan bahan mentah
dan bahan tambang diangkut dengan kereta api dari daerah tambang ke pelabuhan
laut. Contoh: di Sumatra, pasokan batu bara dari Tanjung Enim untuk pembangkit
listrik Suralaya di Merak, Banten diangkut dengan kereta api sebelum
menyeberangi Selat Sunda. Perkembangan teknologi transportasi udara diawali
dari keberhasilan penerbangan pesawat udara yang pertama pada tahun 1903.
Keberhasilan ini telah membuka industri baru, yaitu industri pariwisata.
Industri ini banyak mengandalkan sarana transportasi udara untuk mengangkut penumpang
dengan cepat dan mudah. Transportasi udara merupakan jenis transportasi yang
paling cepat dan efisien. Pembangunan jaringan transportasi seperti jalan raya
dan rel kereta api memudahkan hubungan antardaerah dan mempercepat perjalanan
ke suatu tempat. Selain itu, hubungan antardaerah akan semakin mudah dengan
dilakukan pembangunan infrastruktur seperti jembatan, terowongan, jalan raya,
dan rel kereta api. Infrastruktur tersebut memungkinkan penduduk bepergian
lebih mudah melalui sungai, selat, lembah, dan pegunungan.
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Manfaat Lingkungan Hidup bagi Pembangunan Berkelanjutan"
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.
Terimakasih Atas Pengertiannya.