Perkembangan Hindu-Budha di Indonesia
Perkembangan Hindu-Budha di Indonesia
Indonesia mempunyai keberagaman suku, agama, budaya, agama & kehidupan sosial penduduknya. Hal itu tidak lepas dari sejarah perkembangan bangsa Indonesia yang sangat begitu panjang. Perkembangan sejarah Nusantara dimulai dengan masuknya pengaruh Hindu & Buddha yang kemudian membawa pengaruh terhadap kehidupan & kebudayaan masyarakat di Nusantara. Sudah ada bukti-bukti peninggalan yang sampai saat ini masih dapat dijumpai di berbagai tempat di Nusantara. Saat ini pula agama Hindu & Buddha masih hidup & berkembang di Indonesia. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini, akan membahas mengenai bagaimanakah perkembangan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia yang sebenarnya? Maka dari itu mari pelajari pembahasan berikut dengan seksama!
A. Perkembangan Agama Hindu-Buddha di Indonesia
Awalnya perkembangan Hindu-Buddha pertama kali berlangsung di India & sekitarnya. Kemudian kejayaan Hindu-Buddha mulai muncul pada masa Dinasti Maurya berkuasa di India. Sejak itulah Dinasti Maurya mengalami kemunduran agama Hindu-Buddha. Hal tersebutlah yang menjadi faktor mulai berkembangnya Hindu-Buddha di luar India, salah satunya yakni di Nusantara.
1. Perkembangan agama Hindu di Indonesia
Kelahiran agama Hindu tidaklah lepas dari invasi bangsa Arya (ras Indo-Jerman) terhadap bangsa Dravida (bangsa asli India) pada tahun 1500 SM. Mulanya bangsa Dravida mempunyai peradaban yang tinggi, yakni kebudayaan Mahenjo Daro-Harappa, sedangkan bangsa Arya adalah bangsa pengembara.
Kemudian dalam perkembanganya kedua kebudayaan itu mengalami percampuran/sinkretisme & kemudia menghasilkan kebudayaan Weda. Kebudayaan itulah yang menjadi perintis lahirnya agam Hindu. Kitab suci agama hindu disebut Weda (pengetahuan tertinggi) yang terdiri;
- Regweda, yang isinya syair pujian kepada Dewa
- Samaweda, yang isinya nyanyian pujian pada saat upacara
- Yajurweda, yang isinya doa-doa untuk diucapkan pada saat upacara.
- Atharwaweda, yang isinya mantra-mantra yang dipakai sebagai sihir & ilmu gaib.
2. Perkembangan agama Buddha di Indonesia
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta, putera Raja Sudhodana dari kerajaan Kosala. Sidharta disebut pula sebagai Buddha Gautama, yang artinya orang yang menerima wahyu. Kitab suci agama Buddha dinamakan Tripitaka & ajarannya terangkum dalam 4 kenyataan hidup serta 8 jalan kebenaran (hasta marga/hastavidha);
- Hidup adalah penderitaan/samara
- Penderitaan itu disebabkan oleh nafsu manusia
- Penderitaan dapat dihilangkan dengan menahan/menghilangkan nafsu
- Untuk menghilangkan nafsu dapat ditempuh dengan 8 jalan kebenaran (hastadiva), yakni pandangan yang benar, niat yang benar, berbicara yang benar, tingkah laku yang benar, penghidupan yang benar, usaha yang benar, perkataan yang benar, & samadi yang benar.
Di awal abad Masehi, agama buddha terpecah menjadi 2 aliran yakni;
- Buddha Hinayana/kendaraan kecil, adalah aliran yang berpendapat seseorang dapat mencapai nirwana karena usahanya sendiri.
- Buddha Mahayana/kendaraan besar, adalah aliran yang berpendapat bahwa sebaiknya manusia bersama-sama & saling membantu untuk dapat mencapai nirwana.
3. Pendapat mengenai Penyebaran Hindu-Buddha di Indonesia (Nusantara)
- Teori Ksatria yang didukung oleh C. C. Berg. Berdasarkan teori Ksatria menyatakan bahwa golongan yang paling berperan dalam penyebaran Hindu di Nusantara adalah golongan Ksatria (bangsawan). Golongan bangsawan melakukan penyebaran agama dengan cara menaklukkan daerah-daerah yang didatanginya.
- Teori Waisya yang didukung oleh N. J Krom. Berpendapat bahwa golongan yang berperan besar dalam melakukan penyebaran Hindu di Nusantara adalah kaum waisya/ kaum pedagang.
- Teori Brahmana yang didukung oleh J. C. Van Leur, teori ini menerangkan bahwa penyebaran Hindu di Nusantara utamanya dilakukan oleh para brahmana (pendeta) yang berperan memimpin penobatan raja, upacara keagamaan, & mengajarkan ilmu pengetahuan.
- Teori Arus Balik yang didukung oleh F. D. K. Bosch, yang mengungkapkan bahwa yang berperan utama dalam penyebaran Hindu di Nusantara adalah penduduk Nusantara sendiri. Penduduk Nusantara pergi ke India untuk belajar agama. Kemudian setelah selesai, mereka kembali ke Nusantara untuk mengajarkan & menyebarkan hal-hal yang telah dipelajarinya di India.
B. Daerah yang diperngaruhi & tidak dipengaruhi Hindu-Buddha di Indonesia
Sampai dengan abad ke-14 pengaruh dari agama & kebudayaan Hindu-Buddha terhadap agama & kebudayaan Nusantara/Indonesia sangat kuat. Masuknya unsur-unsur itu ke Nusantara berlangsung secara bertahap & berkelanjutan. Saat itu hampir semua wilayah di Nusantara menerima pengaruhnya, daerah-daerah yang mendapat & tidak mendapat pengaruh agama Hindu & Buddha di Nusantara adalah;
1. Daerah yang dipengaruhi Hindu-Buddha
Pusat Hindu di Pulau Jawa, antara lain Tarumanegara, Mataram, Medang, Singhasari, & Majapahit. Pusatnya Hindu di luar Pulau Jawa, Kutai & Bali. Sedangkan daerah yang terpengaruh Buddha, yakni Sumatera.
2. Daerah yang tidak dipengaruhi Hindu-Buddha
Daerah yang tidak dipengaruhi antara lain Irian Barat, NTT, & Ambon. Saat ini, belum ditemukan berbagai peninggalan Hindu & Buddha di daerah itu.
C. Perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Berikut ini, kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha;
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam. Sesuai dengan informasi yang ditemukan pada 7 prasasti berupa yupa yang di tulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta, dari temuan tersebut kemudian disimpulkan bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Apabila dilihat dari namanya, raja itu tidak beragama Hindu karena nama itu bukan nama yang terpengaruh Hindu/nama yang masih asli Indonesia. Perlu diketahui pengaruh Hindu baru tampak sejak Asmawarman, anak Kudungga, naik tahta, yang kemudian raja baru tersebut menggunakan nama yang berbau India. Oleh sebab itu, yang dianggap sebagai pendiri kerajaan bercorak Hindu adalah Asmawarman, & bukan Kudungga sendiri.
Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami kejayaan. Sang raja berhasil menaklukan wilayah-wilayah disekitarnya untuk memperluas kekuasaan. Mulawarman sangat begitu dihormati oleh rakyatnya. Terbukti dengan dibangunnya beberapa Yupa sebagai pernyataan terima kasih/penghormatan kepada sang raja.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan tertua kedua yakni Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, yang didirikan sekitar 400 M. Untuk wilayah kerajaannya hampir meliputi seluruh Jawa Barat, yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor, & Cirebon. Kerajan Tarumanegara berkembang sekitar abad VI-VII Masehi, kemudian mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman. Dalam masa kekuasaannya, Tarumanegara menjalin hubungan yang erat dengan negara-negara tetangga lainnya. Salah satu sumber berita Tarumanegara diperoleh dari catatan seorang musafir Tiongkok yang bernama Fa-Hien dalam perjalanannya ke India, ia singgah di Ye-Po-Ti (Pulau Jawa) karena perahu yang ditumpanginya dilanda topan. Kemudian Fa-Hien mengungkapkan bahwa di To-lo-mo (Tarumanegara) pada 414 belum banyak orang yang beragam Buddha.
Terdapat 7 Prasasti yang bisa menjadi sumber informasi kehidupan pada masa kerajaan Tarumanegara;
- Prasasti Ciaruteun di Bogor
- Prasasti Kebon Kopi di Bogor
- Prasasti Jambu di Bogor
- Prasasti Muara Cianten di Bogor
- Prasasti Pasir Awi di Leuwiliang
- Prasasti Tugu di Bekasi
- Prasasti Munjul di Banten
3. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad VII Masehi & berpusat di Palembang. Balaputeradewa menjadi raja terbesar di kerajaan tersebut. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya disegani, karena berkat kekuatan armada lautnya. Kerajaan ini juga menjadi pusat perdagangan yang kuat sebab terletak di jalur perdagangan nasional & internasional. Kerajaan ini juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lainnya. Kejayaan dari kerajaan ini berlangsung dari abad IX-XI Masehi. Saat itu rakyat hidup dengan tenteram. Menurut informasi mengenai kerajaan Sriwijaya dari berbagai sumber, salah satunya yakni dari peninggalan berupa prasasti, membuktikan keberadaan kerajaan Sriwijaya sebagai berikut;
- Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Batang dekat kota Palembang dengan angka tahun 683 M
- Prasasti Telaga Batu ditemukan di daerah Palembang dengan angka tahun 683 M
- Prasasti Talang Tuo ditemukan di kota Talang Tuo dengan angka tahun 684 M
- Prasasti Palas Pasemah ditemukan di daerah Palas Pasemah akhir abad ke_ 7
- Prasasti Karang Birahi ditemukan di hulu Sungai Merangin pada 686 M
- Prasasti Kota Kapur ditemukan di Sungai Menduk di Pulau Bangka dengan angka tahun 686 M
Kerajaan Sriwijaya mengalami kemuduran bermula sekitar abad ke-11 M. Mulanya diawali terjadinya peperangan melawan kerajaan Colamandala dari India pada tahun 1023. Di samping iut juga muncul kerajaan Majapahit yang berniat menundukkan seluruh Nusantara. Hal itu semakin memperlemah kerajaan Sriwijaya, hingga pada akhirnya kerajaan ini sudah tidak ada lagi pada abad ke-13.
4. Kerajaan Mataram Kuno
Mataram kuno adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berada di Jawa Tengah, kemudian kerajaan ini berkembang sekitar abad ke-8 hingga abad ke-11. Keterangan tersebut bersumber dari prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M. Di prasasti itu terdapat tulisan yang menggunakan huruf Pallawa & bahasa sanskerta. Prasasti tersebut adalah bagian dari bangunan lingga yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu. Kerajaan Mataram kuno dipimpin oleh 2 dinasti, yakni Dinasti Syailendra & Dinasti Sanjaya. Raja-raja dari Dinasti Syailendra yakni Bhanu, Wisnu, Indra, Samaratungga, & Balaputeradewa. Kemudian terdapat peristiwa dimana Syailendra, Balaputeradewa melarikan ke Sriwijaya akibat kalah dalam perang melawan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Raja-raja dari Dinasti Sanjaya yakni Sanjaya, Rakai Panangkaran, Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Kayuwangi, Watuhumalang, Dyah Balitung, Sri Maharaja Daksa, Sri Maharaja Rakai Wawa, & Empu Sindok. Saat terjadi bencana alam, Empu Sindok memindahkan kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur & mengganti nama kerajaan menjadi Medang Kamulan (Wangsa Isyana), kemudian raja-raja yang pernah memerintah antara lain Empu Sindok, Darmawangsa & Airlangga.
5. Kerajaan Medang Kamolan
Kerajaan Medang Kamolan terletak di Jawa Timur yakni sekitar Sungai Brantas, dengan Ibu kotanya bernama Watan Mas. Pendiri kerajaan ini adalah Empu Sindok sekaligus raja pertama dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa. Sepeninggal Empu Sindok Kerajaan Medang kemudian diperintah oleh Dharmawangsa Teguh. Di masa pemerintahannya Kerajaan tersebut mendapat serangan dari Sriwijaya. Kerajaan Medang dapat mencapai kejayaan di saat pemerintahannya Airlangga yang memindahkan kerajaan ke Kahuripan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menghindari perang saudara. Ia membagi kerajaannya menjadi 2, yakni Panjalu dengan ibukota Daha & Jenggala yang beribukota di Kahuripan.
6. Kerajaan Kediri
Perlu diketahui bahwa kerajaan Kediri (Panjalu) adalah bagian dari kerajaan Medang Kamolan yang dibagi menjadi 2 yakni Panjalu (Kediri) & Jenggala, yang terletak di Jawa Timur. Setelah Airlangga membagi 2 kerajaannya, dalam sejarahnya kemudian kerajaan-kerajaan ditandai oleh perebutan kekuasaan. Saat itu terjadi pembagian kerajaan Airlangga, Samarawijaya sebagai raja Panjalu dengan ibukota Daha & Panji Garasakan sebagai raja Jenggala dengan Ibukota Kahuripan. Perang saudara berlangsung dari 1044-1052, yang akhirnya dimenangkan Kediri atas Jenggala. Kemengan itu membuat Kediri menjadi satu-satunya kerajaan di Jawa Timur dengan kekuasaan yang mencakup hampir seluruh Nusantara Timur (Indonesia Timur). Semua dapat tercapai pada masa pemerintahan Raja Jayeswara. Kediri mencapai puncak kejayaan di masa Raja Jayabaya, yang terkenal dengan Ramalan Jayabaya. Pada masanya Kediri & Jenggala berhasi dipersatukan kembali menjadi 1 yakni kerajaan Kediri. Perlu diketahui bahwa terakhir kerajaan Kediri adalah Kertajaya. Pada masa pemerintahan Kertajaya, ia ingin dihormati & disembah seperti dewa. Hal tersebut membuat para Brahmana tidak senang & kemudian meminta perlindungan kepada Ken Arok dari Tumapel. Ken Arok akhirnya berhasil mengalahkan Kertajaya di tahun 1222. Dengan begitu, maka berakhirlah kerajaan Kediri & kemudian Ken Arok mendirikan kerajaan Singasari.
7. Kerajaan Singasari
berdasarkan kitab Paraton & Negarakertagama, pendiri & raja pertama Singasari (Tumapel) yakni Ken Arok. Beliau sekaligu pendiri Dinasti Rajasa/Dinasti Girindra, serta menjadi cikal bakal raja-raja Singasari & Majapahit. Setelah berhasil mengalahkan Kertajaya, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari tahun 1222 Masehi. Singasari adalah salah satu kerajaan Hindu di Nusantara. Keturunan dari Ken Arok yang mampu membawa Singasari meraih kejayaan adalah Kertanegara. Di masa pemerintahannya Singasari bisa memperluas wilayah kekuasaannya sampai di Sriwijaya & semenanjung Melayu. Tahun 1275 Kertanegara mengirimkan tentaranya ke Melayu, & pengiriman tentara itu dikenal dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi tersebut membuahkan hasil yang baik, yakni berhasil menjalin hubungan persahabatan antara Singasari & Melayu. Tahun 1292 M, Singasari mendapat serangan oleh Jayakatwang, pewaris tahta kerajaan Kediri sehingga pertahanan Singasari mulai melemah. Dalam serangan itu, Kertanegara beserta pembesar kerajaan lain gugur. Di samping itu, keempat putri Kertanegara & menantunya, Raden Wijaya selamat. Kemudian Kertanegara dimakam di 2 tempat yakni candi Jali & candi Singasari. Setelah itu nama Kertanegara diabadikan dalam arca Buddha dengan nama Joko Dolog.
8. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit letaknya di sekitar Sungai Brantas dengan pusat kekuasaan di daerah Mojokerto. Kerajaan Majapahit adalah puncak kejayaan di Jawa Timur, & merupakan kerajaan terbesar di Indonesia. Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, yakni menantu dari Raja Kertanegara dari Singasari. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293-1309 M). Beliau menikah dengan keempat puteri Kertanegara, yakni Dyah Dewi Tribuwaneswari (permasuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, & Dyah Dewi Gayatri. Kerajaan Majapahit mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dengan luas wilayah pemerintahannya hampir seluas Nusantara sekarang. Wilayah kekuasaannya mencakup Jawa, Nusa Tenggara, Sumatera Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Malaka, Tumasik, & Papua Barat. Peran Gajah Mada sangat penting di Majapahit. Hayam Wuruk meninggal di tahun 1364 M. Kemudian sepeninggalannya disusul dengan meninggalnya Gajah Mada, & karena hal itu membuat kerajaan tersebut mengalami kemunduran.
Perlu diketahui kemunduran kerajaan Majapahit disebabkan faktor-faktor sebagai berikut;
- Sudah tidak adanya negarawan yang tangguh yang bisa mempertahankan keutuhan wilayah/kesatuaan wilayah yang sangat lua, sepeninggalan Hayam Wuruk & Gajah Mada
- Disebabkan perang saudara yang berlarut-larut antara Wirakrama Wardhana & Bhre Wirabhumi (perang paragrek)
- Disebabkan sistem pemerintahan yang mirip serikat & kemunduran ekonominya karena daerah-daerah yang dikuasai ingin melepaskan diri
- Disebabkan pengaruh perkembangan agama Islam, terutama di daerah pesisir Jawa.
D. Peninggalan Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
1. Bangunan Candi
a. Fungsi Candi & Jenis
1) Candi Stupa
Didirikan sebagai lambang Buddha. Misal, Candi Borobudur.
2) Candi Pintu Gerbang
Didirikan sebagai gapura/pintu masuk. Misal, Cansi Bajang Ratu.
3) Candi Balai Kambang/Tirta
Didirikan di dekat/tengah kolam. Misal, Candi Belahan.
4) Candi Pertapaan Candi Wihara
Didirikan di lereng-lereng tempat raja bertapa. Misal, Candi Jalatunda
5) Candi Wihara
Didirikan sebagai tempat para pendeta bersemedhi. Misal, Candi Sari & Plaosan.
b. Struktur Bangunan Candi
1) Kaki candi
Bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, bujur sangkar/segi 20)
2) Tubuh candi
Terdapat kamar-kamar tempat arca/patung
3) Atap candi
Berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna/wajra.
c. Gaya Arsitektur Candi
1) Arsitektur Langgam Jawa Tengah & Jawa Timur
Langgam Jawa Tengah biasanya adalah candi yang berasal dari sebelum 1.000 Masehi, sedangkan langgam Jawa berasal dari sesudah 1.000 Masehi. Sedangkan untuk candi-candi di Sumatera & Bali digolongkan kedalam langgam Jawa Timur.
2) Arsitektur Candi Hindu & Buddha
Candi Hindu; Atap berbentuk permata, Terdapat patung Trimukti/Ganesha, Relief Ramayana, Mahabarata, terdapat Lingga & Yoni & lain sebagainya. Sedangkan untuk Candi Buddha; atap berbentuk stupa, terdapat patung Buddha, digunakan sebagai upacara keagamaan, relief Sutasoma, Kunjarakrama, Lalitavistara, & Jataka.
2. Patung/Arca
Patung/arca adalah tiruan bentuk manusia, hewan ataupun bentuk-bentuk lain. Patung/arca sebagai peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha adalah sebagai berikut;
- Patung Hindu, yakni patung peninggalan agama Hindu. Misal; Patung Wisnu, Syiwa Mahadewa, Bhairawa, Ganesha & lain sebagainya.
- Patung Buddha yakni patung peninggalan agama Buddha. Misal; Amonghapasa & Joko Dolog.
3. Relief
Relief adalah pahatan/gambar yang terdapat pada batu/candi. Misal; salah satu relief Candi Borobudur yang menceritakan kehidupan Buddha Gautama. Sedangkan di relief Candi Prambanan menceritakan mengenai penculikan Dewi Shinta oleh Rahwana.
4. Kesusastraan
Pengaruh kebudayaan India yang bercorak Hindu-Buddha dalam bidang sastra ada dalam bentuk tulisan-tulisan/kitab-kitab para pujangga yang mendapatkan pengaruh Hindu-Buddha. Kitab-kitab itu merupakan karya yang mengungkapkan suatu kisah, catatan, sampai peristiwa-peristiwa yang terjadi di kerajaan. Dari zaman Mataram sampai dengan zaman Majapahit di kenal sastra yang dinamakan kakawin.
Dari pengaruh Hindu-Buddha tersebut, maka dihasilkannya karya sastra Nusantara yakni sebagai berikut.
- Zaman Mataram Kuno, karya yang dihasilkan; kitab sastra Ramayana Kakawin (abad IX Masehi) & bagian-bagian Mahabharata (abad X Masehi), karya Wyasa.
- Zaman Kediri, karya yang dihasilkan; Arjunawiwaha Kakawin karya Mpu Kanwa, Kresnayana Kakawin karya Mpu Triguna, Sumanasontaka Kakawin karya Mpu Monaguna, Smaradhahana Kakawin karya Mpu Dharmaja, Bharatayudha Kakawin karya Mpu Sedah & Mpu Panuluh, Gatotkacasraya Kakawin karya Mpu Panuluh, & Wrasancaya Kakawin karya Mpu Tanakung.
- Zaman Majapahit Awal, karya sastra yang dihasilkan; Negarakertagama karya Mpu Prapanca, & Sutasoma karya Mpu Tantular.
- Zaman Majapahit Akhir, karya sastra yang dihasilkan; Tamtu Panggelaran, Calon Arang, Bubuksah, Paraton, Ranggalawe, Sorandaka, & lain-lain.
Demikianlah ulasan mengenai Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia, yang pada kesempatan yang baik ini dapat di bahas dengan lancar, & semoga pembahasan di tersebut dapat menambah wawasan anda semuanya yang membacanya. Terima kasih karena anda sudah belajar, cukup sekian & sampai jumpa!!! Semoga anda Sukses & tetap semangat belajar terus!!!
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Perkembangan Hindu-Budha di Indonesia"
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.
Terimakasih Atas Pengertiannya.