Perkembangan Islam di Indonesia dan Peninggalannya

Perkembangan Islam di Indonesia & Peninggalannya
Perlu diketahui bahwa Islam menjadi bagian dari sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia. Sampa saat ini pun pengaruh Islam di Indonesia sangat kuat. hal itu nampak tidak lepas dari berbagai peristiwa yang melatarbelakangi proses masuknya agama Islam & perkembangannya di Indonesia. Keberhasilan kerajaan-kerajaan Islam telah meninggalkan warisan sejarah yang berharga bagi bangsa Indonesia. Dari warisan tersebut semakin menambah keragaman kebudayaan di Indonesia. Berikut ini, pembahasan akan lebih menekankan pada proses perkembangan Islam & kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia pada masa itu & maka dari itu simaklah dengan seksama!!! Selamat membaca!!!
Perkembangan Islam di Indonesia dan Peninggalannya
A. Proses Perkembangan Islam di Indonesia ( Nusantara)
Islam adalah agama yang paling banyak penganutnya di Indonesia. Dalam segi kehidupan masyarakat Indonesia nampak banyak terpengaruh budaya & agama Islam.

1. Masuknya Islam ke Indonesia (Nusantara)
Sejarah telah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India & Tiongkok sudah mempunyai hubungan dengan bangsa Indonesia/penduduk Indonesia. Tetapi, kapan tepatnya Islam datang ke Nusantara? Telah menimbulkan berbagai teori. Walaupun ada beberapa pendapat tentang kedatangan agama Islam ke Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan berita Tiongkok zaman Dinasti Tang. Berita tersebut telah mencatat bahwa awad ke-7, ada permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, yakni daerah pantai barat Sumatera Utara.

Kemudian pada abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan mulai tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Dari pendapat ini,  berdasarkan catatan perjalanan yang pernah dilakukan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada 1292 & berjumpa dengan orang-orang yang sudah menganut agama Islam. Bukti lain yang memperkuat pendapat tersebut ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudera Pasai, Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297.

Agama Islam masuk & berkembang di Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, Arab, & Persia. Agama Islam yang dibawa oleh para pedagang itu untuk pertama kalinya melewati Selat Malaka & daerah yang terpengaruh Islam adalah Barus & Perlak. Kemudian setelah itu muncul kerajaan Samudera Pasai, yang mempercepat tersebarnya agama Islam ke pedalaman Pulau Sumatera, serta menyebar ke arah selatan melewati Siak & Palembang.

Dari Pulau Sumatera, agama Islam selanjutnya menyebar ke wilayah Jawa, yakni kerajaan Demak yang berperan dalam proses menyebarkan agama Islam ke Banten, Cirebon, Gresik, & daerah-daerah di pesisir utara Pulau Jawa.

Kerajaan Demak mengembangkan Islam ke Kalimantan Selatan (Banjar), Sulawesi Selatan (Gowa-Tallo) & Maluku (Ternate-Tidore). Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) di Sulawesi Selatan ternyata berperan juga menyebarkan agama Islam ke Kalimantan Timur, Bali, Lombok Sumba, Sumbawa & Timor.

2. Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia (Nusantara)
Masuknya agama Islam/proses islamisasi di Nusantara melalui beberapa cara/saluran yakni sebagai berikut;
a. Saluran Perdagangan
Di mulai dari abad ke-7 para pedagang muslim dari Gujarat/India, Arab, & Persia telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Nusantara. Hal tersebut berarti telah terjadi hubungan masyarakat Nusantara dengan para pedagang Islam. Hal tersebut akan melahirkan keluarga muslim, kemudian berkembang menjadi masyarakat muslim, perkampungan muslim, & seterusnya.
b. Saluran Perkawinan
Para pedagang Islam mempunya status ekonomi yang lebih baik, sehingga itu membuat penduduk Nusantara, putri bangsawan menjadi tertarik kepada para pedagang Islam. Hal itu melahirkan keluarga muslim, berkembang menjadi masyarakat muslim, perkampungan muslim & seterusnya.
c. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, & para Kiai mendirikan pondok pesantren yang mendidik para santri mengenai agama Islam. Sehingga setelah selesai mereka pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekelilingnya.
d. Saluran Kesenian
Penyebaran agama Islam melalui kesenian dapat dilakukan dengan  pertunjuk seni gamelan, yang bisa mengundang masyarakat untuk berkumpul & kemudian dilaksanakan dengan dakwah-dakwah keagaman.
e. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang sudah dicampur dengan mistik-mistik magis. Pada ahli tasawuf umumnya memiliki keahlian yang bisa membantu kehidupan masyarakat, di antaranya ahli dalam penyembuhan penyakit. Tokoh-tokoh tasawuf yang berperan dalam penyebaran agama Islam antara lain Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar, Hamzah Fansuri & lainnya.

B. Tokoh Penyebaran Agama Islam di Indonesia
Ulama yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Jawa yakni Walisongo & berikut ini cara-cara yang mereka pergunakan dalam usahanya menyebarkan agama Islam;
  • Sunan Gresik/Mualana Malik Ibrahim. Beliau wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 & menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Makam beliau terletak di Gresik, Jawa Timur.
  • Sunan Ampel/Raden Rahmat. Beliau menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak & dalam penyebaran Islam, dilakukan melalui pendidikan pesantren.
  • Sunan Drajad/Syarifudin. Beliau adalah anak dari Sunan Ampel. Seorang sunan yang berjiwa sosial & menyiarkan agama Islam di sekitar Surabaya.
  • Sunan Bonang/Makdum Ibrahim, anak dari Sunan Ampel. Beliau menyiarkan agama Islam di Tuban, Lasem, & Rembang. Dalam menyiarkan agama Islam, beliau menggunakan alat musik bonang. Alat musik tersebut dipergunakan sebagai sarana mengumpulkan massa & menyampaikan ceramah keagamaan.
  • Sunan Kalijaga/Raden Mas Said/Jaka Said. Murid Sunan Bonang, yang menyiarkan agama Islam di Jawa Tengah. Beliau juga seorang pemimpin, pujangga, & filosof. Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam dengan mempergunakan seni wayang yang banyak digemari masyarakat.
  • Sunan Giri/Raden Paku. Beliau menyiarkan agama dengan metode bermain & bernyanyi. Beliau menciptakan lagu lir-ilir & jamuran untuk menanamkan rasa keIslaman di kalangan anak-anak.
  • Sunan Kudus/Jafar Soliq. Beliau menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Di samping itu beliau seorang ahli seni bangunan & hasilnya yakni Masjid & menara Kudus.
  • Sunan Muria/Raden Umar Said. Menyiarkan agama Islam di lereng Gunung Muria, letaknya antara Jepara & Kudus, Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam menyebarkan agama Islam yakni dengan menerapkan pendekatan budaya setempat dalam menyebarkan agama Islam.
  • Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah. Beliau menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, & Cirebon. Beliau juga seorang pemimpin yang berjiwa besar.
C. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia (Nusantara)
Kerajaan Islam di Indonesia mulai berperan abad ke-13;
1. Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak (Peureula) adalah kerajaan pertama di Nusantara, yang berdiri pada pertengahan abad IX dengan raja pertamanya yang bernama Alauddin Syah. Hal tersebut didasari dari naskah tua, Izhharul Haq. Naskah ini adalah hasil karangan Abu Ishak Makarani Al Fasy, antara lain disebutkan dengan tegas bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada tanggal 1 Muharam 225 H/tahun 840 Masehi, dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Alaidin.
Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah yang semula bernama Saiyid Abdul Aziz. Perlak berkembang menjadi pusat perdagangan lada. Hal tersebut banyak mendatangkan banyak pedagang yang kemudian singgah di Perlak, sehingga Kota Perlak berkembang & banyak mendatangkan kemakmuran. Namun hal tersebut justru menimbulkan ambisi dari para tokoh-tokoh setempat untuk saling berkuasa sehingga menimbulkan ketidakstabilan di Perlak. Faktor itu membuat para pedagang , mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Samudera Pasai, sehingga berakhibat kemunduran dari kerajaan Perlak pada akhir abad ke XIII.

2. Kerjaan Samudera Pasai
Kerajaan ini terletak di pantai timur Aceh yakni disekitar Lhokseumawe & berdiri pada abad XIII. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan batu nisan Sultan Malik As-Saleh yang merupakan raja pertama di Samudera Pasai yang berangka tahun 1297. Sultan Malik As-Saleh memiliki nama asli Marah Silu. Beliau menikahi Langgang Sari yang merupakan puteri raja Perlak. Akibat dari pernikahan tersebut, kekuasaan Samudera Pasai semakin luas hingga ke pedalaman. Samudera Pasai menjalin hubungan dengan Delhi di India. Hal itu dibuktikan dengan adanya utusan Sultan Delhi, yakni Ibnu Batuta yang berkunjung ke Samudera Pasai hingga 2 kali.

3. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-16 tahun 1204 di bawah pemerintahan Sultan Jihan Syah, Namun belum berdaulat dikarenakan masih berada di bawah pengaruh Kesultanan Padir. Kesultanan Aceh baru berdaulat disaat masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah tahun 1514-1528 & berhasil memperluas kekuasaan dengan menyatukan kerajaan-kerajaan disekitarnya seperti Samudera Pasai, Perlak, Lamuri, Benua Temian, & Indra Jaya. Kesultanan Padir bisa ditaklukan meskipun sudah bersekutu dengan Portugis.
Puncak dari kejayaan Aceh dicapai pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah 1607-1636. Wilayah-wilayah kekuasaan Aceh mencakup pantai barat Sumatera hingga Bengkulu, pantai Timur Sumatera hingga Siak, & daerah di Semenanjung Malaya, seperti Johor, Kedah, Pahang, & Patani.

4. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berdiri pada 1478. Pendiri kerajaan Demak adalah Raden Patah 1500-1518. Demak berhasil menjadi kerajaan yang besar, sebab letaknya yang strategis & memiliki hasil pertanian yang melimpah dengan komoditas ekspornya berupa beras. Perkembangan yang pesat dari Demak tidak lepas dari runtuhnya kerajaan Majapahit sehingga Demak mendapat dukungan dari kota-kota pantai utara Jawa yang lepas dari kekuasaan Majapahit. Dalam mengendalikan pemerintahan, Raden Patah didampingi oleh Sunan Kalijaga & Ki Wanapala. Masjid Agung Demak dibangun oleh Raden Patah, setelah memerintah selama 3 tahun. Demak mencapai kejayaan di masa pemerintahan Sultan Trenggono 1521 M & wilayah kekuasaannya hampir meliputi seluruh Jawa. Di masa pemerintahannya Sultan Trenggono, Demak berupaya membendung masuknya bangsa Portugis ke Jawa. kemudian setelah Sultan Trenggono meninggal pada tahun 1546 Masehi, Joko Tingkir menantu dari Sultan Trenggono naik tahta, kemudian beliau memindahkan ibu kota Demak ke Pajang pada 1568 M.

5. Kerajaan Pajang
Perlu diketahui bahwa kerajaan Pajang adalah kelanjutan dari Kesultanan Demak. Kerajaan ini didirikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) setelah beliau memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang, sedangkan Hadiwijaya dibantu Ki Ageng Pemanahan. Sebagai jasa atas bantuannya, Hadiwijaya kemudian mengangkatnya sebagai adipati di Mataram. Ki Ageng Pemanahan mempunyai seorang putera yang cakap dalam hal peperangan & menjadi anak angkat dari Hadiwijaya, yakni Sutawijaya.
Setelah Hadiwijaya meninggal, tahta Pajang dipegang oleh puteranya, Pangeran Benawa. Pada saat itu muncul pemberontakan yang dilakukan Arya Pangiri, putera Sunan Prawoto, yang menghendaki tahta Pajang. Tetapi pemberontakan itu berhasil dipadamkan karena adanya bantuan dari Sutawijaya. Karena merasa kurang mampu untuk menjalankan pemerintahan Pajang, Pangeran Benawa kemudian menyerahkan tahta Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya. Kemudian oleh Sutawijaya, pusat pemerintahan Pajang kemudian dipindahkan ke Mataram.

6. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada 1586. Raja-raja yang memerintah Mataram Islam antara lain Sutawijaya (Senopati), Raden Mas Jolang, & Sultan Agung. Sutawijaya menjadi Raja Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Aloga Sayidin Panatagama. Selama pemerintahan Sutawijaya, Mataram selalu diliputi oleh api peperangan, namun akhirnya berhasil dipadamkan.
Raja yang dapat membuat Mataram mencapai puncak kejayaan adalah Sultan Agung Hanyakrakusuma. Dalam masa pemerintahannya Sultan Agung tidak hanya berambisi untuk memperluas kekuasaan saja, namun juga berupaya meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat melalui usaha-usaha berikut;
  • Penduduk di Jawa yang tergolong padat dipindahkan ke Karawang karena daerah tersebut mempunyai perladangan & persawahan yang luas.
  • Di bentuk juga suatu susunan masyarakat yang bersifat feodal atas dasar masyarakat yang agraris yakni terdiri atas pejabat yang diberi tanah garapan.
  • Dibuat pula buku-buku filsafat, antara lain Sastra Gendhing, Niti Sastra & Astabrata.
7. Kerajaan Banten
Setelah Demak runtuh sepeninggalan Sultan Trenggono, Banten menjadi kerajaan sendiri dengan rajanya Sultan Hasanuddin/Maulana Hasanuddin. Ia memerintah pada 1552-1570 & berhasil mengembangkan agama Islam di wilayahnya. Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, kemudian digantikan puteranya, yakni Panembahan Yusuf. Pada masa pemerintahan Panembahan Yusuf, Banten berhasil menaklukan kerajaan Pajajaran. Selanjutnya, puncak dari kerajaan Banten terjadi pada saat pemerintahan Sultan Ageng Tritayasa 1650-1682. Beliau merupakan raja anti VOC & melakukan perlawanan. Perjuangannya didapat diatasi oleh VOC dengan siasat adu domba, yakni Sultan Ageng diadu domba dengan putera Sultan Haji.

8. Kerajaan Cirebon
Kerajaan didirikan oleh Fatahillah/Falatehan. Beliau menjadi Sultan pertama di Cirebon. Beliau juga merupakan salah satu anggota walisongo yang di kenal sebagai Sunan Gunung Jati. Di masa tersebut Islam berkembang dengan pesat di berbagai daerah Jawa Barat. Kemudian setelah Sunan Gunung Jati meninggal, digantikan oleh cucunya yang dikenal dengan gelar Panembahan Ratu. Pada masa itu, Kerajaan Cirebon berada di bawah pengaruh Kerajaan Mataram, namun keduanya menjalin hubungan dalam suasana perdamaian. Kerajaan Cirebon terletak di daerah pesisir antara Jawa Tengah dengan Jawa Barat yang menyebabkan pelabuhannya ramai dikunjungi para pedagang sehingga mendukung perkembangan di Cirebon. Setelah Panembahan Ratu meninggal, kemudian digantikan oleh puteranya yang bergelar Panembahan Girilaya 1650-1662. Pada masa akhirnya menjadi Sultan, beliau membagi kekuasaan kerajaan Cirebon menjadi 2 yang diperintah oleh puteranya, yakni Kesultanan Kasepuhan yang dipimpin Panembahan Sepuh & Kesultanan Kanoman yang dipimpin oleh Panembahan Anom.

9. Kerajaan Gowa-Tallo/Makassar
Kerajaan ini merupakan kerajaan gabungan dari 2 kerajaan, yakni kerajaan Gowa & kerajaan Tallo. Pusat kerajaan Makassar adalah di Sombaopu, yang merupakan kota pelabuhan transito yang ramai di Sulawesi. Makassar mengalami berbagai kemajuan yang pesat karena beberapa faktor;
  • Karena faktor letak yang strategis, yakni menghubungkan Malaka & Maluku.
  • Faktor para pedagang, yang banyak hijrah ke Makassar & saat itu Malaka jatuh di tangan Portugis.
Para pedagang muslim berdatangan ke Makassar sejak abad ke-16. Di awal abad ke-17 penguasa Makassar memeluk agama Islam. Sang penguasa, yakni raja Gowa, Daeng Manrabia, memakai gelar Sultan Alauddin, sedangkan raja Tallo, Karaeng Matoaya, memakai gelar Sultan Abdullah Awalul Islam. Kemudian kerajaan mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin. Beliau sangat anti VOC. Hal ini menjadi salah satu alasan VOC ingin menguasai Makassar. Pada akhirnya VOC mengalahkan Sultan Hasanuddin setelah bekerjasama dengan Aru Palaka (raja Bone). Kemudian Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya 1667.

10. Kerajaan Ternate
Kerajaan ini, pertama kali diperintah oleh Gali Buta, yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Zainal Abidin 1465-1486. Beliau awalnya merupakan seorang pemuda Ternate yang belajar Islam kepada Sunan Giri di Demak. Ternate adalah daerah yang kaya akan rempah-rempah. Oleh sebab itu, pedagang dari luar banyak yang datang untuk mendapatkan rempah-rempah di Ternate, antara lain dari Jawa, Aceh, Arab, & Tiongkok. Pedagang itu datang ke Ternate dengan membawa dagangan juga, seperti beras, madu, & pakaian.

11. Kerajaan Tidore
Kerajaan ini, juga terkenal dengan daerah penghasil rempah-rempah. Raja Tidore yang pertama ialah Ciriliyah. Kemudian setelah menganut agama Islam, namanya berganti menjadi Sultan Jamaluddin. Puncak dari kejayaan kerajaan ini, dicapai pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Dalam hal perdagangan kerajaan Ternate & Tidore selalu bersaing, sehingga mereka membentuk persekutuan yang disebut dengan Uli Lima & Uli Siwa untuk dapat menguasai perdagangan di Kepulauan Maluku.
Uli Lima adalah persekutuan yang terdiri dari kerajaan Ternate, Obi, Bacan, Seram, & Ambon. Sedangkan Uli Siwa adalah persekutuan sembilan yang terdiri dari Kerajaan Tidore, Makian, Halmahera, Kai, Mare, Moti, & pulau-pulau lain hingga bagian barat Pulau Papua.
Setelah kedatangan Portugis & Spanyol di Kepulauan Maluku. Keduanya itu memanfaatkan persaingan yang ada demi keuntungan mereka sendiri. Portugis kemudian bersekutu dengan Ternate sedangkan Spanyol bersekutu dengan Tidore. Portugis menang & berhasil menguasai perdagangan di Maluku. Setelah itu, Portugis bertindak sewenang-wenang terhadap penduduk Maluku. Oleh sebab itu, Ternate dengan dukungan dari Tidore kemudian bersama-sama melawan Portugis sehingga pada akhirnya Portugis menyingkir dari Ambon.

12. Kerajaan Banjar
Kerajaan ini berada di Kota Banjarmasin & didirikan oleh pangeran Samudra sekitar abad ke-16. Setelah beliau, masuk Islam & menjadi raja, namanya berganti menjadi Sultan Suryanullah. Kerajaan Banjar menjalin kerja sama dengan kerajaan Demak, sebab pernah mendapat bantuan dari Demak, saat berusaha melepaskan diri & menaklukkan kerajaan Nagaradaha.

D. Peninggalan Sejarah Bercorak Islam di Indonesia
1. Dalam Bidang Arsitektur
a. Keraton
Keraton adalah tempat yang menjadi pusat kekuasaan & kegiatan yang berkaitan dengan urusan pemerintahan. Keraton juga merupakan tempat tinggal Sultan & anggota keluarganya. Keraton yang merupakan peninggalan sejarah masa kerajaan Islam di Indonesia, misal; Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, serta Keraton Kasepuhan & Kanoman.
Ciri-ciri dari bangunan keraton;
  • Umumnya menghadap utara
  • Mempunyai pintu gerbang
  • Bangunan utama pada umumnya dikelilingi pagar tembok, parit (sungai kecil buatan)
  • Di bagian depan keraton umumnya ada halaman luas yang disebut alun-alun.
b. Masjid
Berbagai masjid peninggalan masa kerajaan Islam di Nusantara, misal; Masjid Demak, & Masjid Menara Kudus di Jawa Tengah, Masjid Sunan Ampel di Jawa Timur, Masjid Agung Cirebon di Jawa Barat, serta Masjid Indrapura & Masjid Baiturrahman di Aceh.
Ciri-ciri masjid pada masa kerajaan Islam di Indonesia;
  • Atap bangunan masjid umumnya berbentuk tumpang
  • Denah masjid berbentuk bujur sangkar
  • Umumnya memiliki serambi
  • Letaknya di pusat kerajaan, umumnya disebelah barat alun-alun yang ada di depan keraton.
c. Makam
Makam adalah tempat untuk mengubur orang yang sudah meninggal. Peninggalan sejarah bercorak Islam yang berupa makam umumnya memilik nisan & jirat/kijing.

2. Kesusasteraan
Peninggalan sejarah yang bercorak Islam di Indonesia, berupa karya sastra yang beragam. Kesusasteraan itu tertuang dalam bentuk suluk, hikayat, babad, & syair.

3. Kesenian
Pengaruh Islam menyebar & berkembang di Indonesia nyatanya juga membawa pengaruh & perubahan dalam kesenian & tradisi di Indonesia, misal; adanya peninggalan yang berupa kaligrafi, wayang & sebagainya.

Demikian ulasan yang pada kesempatan kali ini dapat di bahas di ReadyyGo. Semoga ulasan mengenai Perkembangan Islam di Indonesia & Peninggalannya tersebut, dapat menambah wawasan anda akan pengetahuan sejarah, meskipun hanya dituliskan secara singkat saja. Kiranya cukup sekian, kurang/lebihnya mohon maaf, semoga bermanfaat, tetaplah belajar, jangan merasa bosan untuk belajar, tetap semangat untuk meraih cita-cita & semoga anda sukses!!! Sampai Jumpa!!!

0 Response to "Perkembangan Islam di Indonesia dan Peninggalannya"

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.

Terimakasih Atas Pengertiannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel