Contoh-Contoh Budaya Lokal

Contoh-Contoh Budaya Lokal
Indonesia sejak dahulu dikenal dengan kekayaan alamnya. Sumber daya alam yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat demi kesejahteraan hidup mereka. Usaha manusia menyesuiakan diri terhadap lingkungan memunculkan keragaman sosial dan budaya. Suku besar yang tersebar di seluruh Indonesia meliputi;
  • Suku Jawa; Jawa Tengah dan Yogyakarta
  • Suku Sunda; Jawa Barat
  • Suku Madura; Madura
  • Suku Batak; Sumatera Utara
  • Suku Minangkabau; Sumatera Barat dan Riau
  • Suku Betawi; Jakarta
  • Suku Toraja; Sulawesi Selatan
  • Suku Banten; Banten
  • Suku Banjar; Kalimantan Selatan
  • Suku Bali; Bali
  • Suku Sasak; Lombok
  • Suku Makassar; Sulawesi Selatan
  • Suku Ambon; Maluku,
  • Suku Asmat dan Dani;  Irian Jaya
  • Suku Sawu; Nusa Tenggara Timur.
Bentuk keragaman budaya di Indonesia terlihat pada jenis-jenis kesenian daerah, rumah, adat, pakaian adat, tradisi, dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

1. Kesenian Daerah
Kesenian daerah bisa berupa tarian, lagu, dan alat musik daerah. Tarian khas suatu daerah biasanya pertunjukan dengan tujuan atau acara tertentu. Misalnya untuk menyambut tamu kehormatan, upacara pernikahan, hari bersar keagamaan, dan peringatan beberapa acara penting.

a. Contoh tarian daerah antara lain sebagai berikut;
  • Aceh; Tarian Saman, Seudati, dan Pukat,
  • Sumatera Utara; Manduda, Tortor, dan Serampang Dua Belas,
  • Jawa Timur; Ngremo dan Reog,
  • Jawa Tengah; Serimpi, Gambyong, Bedaya,
  • Jawa Barat; Jaipong, Topeng, Merak,
  • Bali; Janger, Pendet, kecak, dan Legong.
b. Contoh lagu daerah yang ada di Indonesia antara lain sebagai berikut;
  • Aceh; Beungong Jeumpa,
  • Jambi; Injit-Injit Semut,
  • Riau; Soleram,
  • Jawa Barat; Bubuy Bulan,
  • Jakarta; Kicir-Kicir,
  • Jawa Tengah; Suwe Ora Jamu,
  • Kalimantan Selatan; Ampar-Ampar Pisang,
  • Sulawesi Selatan; Angin Mamiri,
  • Papua; Apuse.
c. Contoh alat musik daerah adalah sebagai berikut;
  • Jawa Barat; Angklung,
  • Jawa Tengah; Gamelan,
  • Nusa Tenggara; Sasando,
  • Sulawesi; Kolintang.
2. Rumah Adat
Rumah adat merupakan bangunan khas suatu daerah. Rumah adat mempunyai fungsi yang berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya sebagai tempat melangsungkan upacara adat, tempat bermusyawarah, atau tempat tinggal ketua adat. Sebagai contoh; 
  • Minangkabau atau Sumatera Barat; Gadang,
  • Sumatera Selatan; Limas,
  • Jawa Tengah dan Jawa Timur; Joglo,
  • Jawa Barat dan Banten; Kasepuhan,
  • Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan; Rumah Panjang,
  • Kalimantan Timur; Lamin,
  • Sulawesi Selatan; Tongkonan,
  • Papua Honai.
3. Pakaian dan Senjata Adat
Pakaian adat dipakai pada acara-acara tertentu, misalnya acara-acara perkawinan, upacara adat, dan acara-acara resmi yang perlu menampilkan ciri khas daerah. Contoh pakaian adat dari;
  • Aceh; Baju Inong,
  • Batak atau Sumatera Utara; Kain Ulos,
  • Minangkabau; Baju Kurung,
  • Jawa; Kebaya,
  • Sulawesi Selatan; Baju Bodo.
Biasanya, pakaian adat dikenakan lengkap dengan senjata adat setempat. Contoh senjata adat dari;
  • Aceh; Rencong,
  • Jawa Barat; Kujang,
  • Jakarta; Golok,
  • Jawa Tengah dan DIY; Keris,
  • Jawa Timur dan Madura; Clurit,
  • Kalimantan; Mandau,
  • Sulawesi Selatan; Badik.
4. Tradisi
Beberapa contoh tradisi yang dilakukan oleh suku-suku di Indonesia antara lain sebagai berikut;
  • Suku Jawa; Mitoni, Tedhak Siti, Ruwatan, Kenduri, Grebegan.
  • Suku Sunda; Seren Taun, Ngeuyeuk Seureuh (upacara adat perkawinan di Jawa Barat).
  • Suku Tengger atau Jawa Timur; Kasodo (upacara mempersembahkan sesajen ke kawah Gunung Bromo).
  • Suku Bali; Ngaben (upacara pembakaran mayat dalam agama Hindu), Nelubulanin, Ngutang Mayit (upacara kematian di Trunyan).
  • Suku Toraja; Rambut Solok.
Selain kebudayaan-kebudayaan di atas, suatu daerah biasanya memiliki makanan khas antara lain seperti;
  • Bandung; Peuyeum (tapai),
  • Jakarta; Gado-gado, dan Kerak Telur,
  • Yogyakarta; Gudeg dan Bakpia,
  • Palembang; Empek-Empek,
  • Padang; Rendang,
  • Surabaya; Rujak Cingur,
  • Semarang; Wingko Babat.
Berikut disajikan tentang dua suku bangsa terbesar di Indonesia, yakni suku Jawa dan suku Sunda.

1) Suku Jawa
Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7 % penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga provinsi itu, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga mempunyai subsuku, seperti Osing dan Tengger.
suku jawa
a. Bahasa
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang di adakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 12 % orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18 % menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campuran, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.

b. Kepercayaan
Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut agama Islam. Namun ada juga yang menganut agama Protestan, dan Katolik. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Buddha, dan Hindu juga ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa, sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.

c. Profesi
Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR atau DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, kerja sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja di Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, Amerika Serikat, dan Eropa.

d. Stratifikasi sosial
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok, yakni kaum santri, abangan, dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut kejawen, sedangkan kaum priyayi adalah kaum bangsawan. Namun dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.

e. Seni
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yakni pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan dunia Barat ada juga. Seni batik dan keris merupakan dua bentuuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.


2. Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia, setelah etnis Jawa. Sekurang-kurangnya 15,41 % penduduk Indonesia merupakan orang Sunda.
suku sunda
a. Kepercayaan
Mayoritas orang Sunda beragama Islam. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak masyarakat yang mempercayai kekuatan-kekuatan supranatural, yang berasal dari kebudayaan animisme dan Hindu. Kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa Komunitas pedesaan Suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Badui di Lebak yang berkerabat dekat dan bisa dikategorikan sebagai Suku Sunda.

b. Karakter
Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, namun mereka bisa bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional. Karakter orang Sunda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam kebudayaan Sunda, yakni Kabayan dan Cepot. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, namun seringkali nakal. Prestasi yang cukup membanggakan adalah banyaknya  penyanyi, musisi, aktor, dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional maupun Internasional.

c. Etimologi
Sunda berasal dari kata “Su” yang berarti segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda meyakni bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah caguer (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman Kerajaan Salakanagara.

Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibu kota Kerajaan Tarumanegara yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanegara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanegara yang ke 13, mengganti nama Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanegara dipecah menjadi dua kerajaan, yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.

d. Bahasa
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. Tetapi kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa itu dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung dan Bogor, di mana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.

e. Profesi
Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani, dan berladang, ini disebabkan tanah Sunda yang subur. Sampai abad ke 19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah.

Selain bertani, masyarakat Sunda seringkali memilih untuk menjadi pengusaha dan pedagang sebagai mata pencahariannya, meskipun kebanyakan berupa wirausaha kecil-kecilan yang sederhana, seperti menjadi penjaja makanan keliling, membuka warung atau rumah makan, membuka toko barang kelontong dan kebutuhan sehari-hari, atau membuka usaha cukur rambut. Beberapa jenis makanan jajanan tradisional Indonesia, seperti siomay, gado-gado, karedok, nasi goreng, cendol, bubur ayam, roti bakar, bubur kacang hijau, dan warung indomie diketahui penjualnya kebanyakan adalah suku Sunda. Profesi pedagang keliling banyak pula dilakukan oleh masyarakat Sunda, terutama asal Tasikmalaya dan Garut. Di wilayah perkotaan banyak orang Sunda yang berprofesi sebagai pegawai negeri, penyanyi, seniman, dan pengusaha.

Demikianlah ulasan mengenai “Contoh-Contoh Budaya Lokal”, yang pada kesempatan ini dapat dibahas dengan lancar dan semoga bermanfaat bagi para pengunjung dan pembaca. Terima kasih atas kunjungan anda dan jangan lupa baca artikel lainnya.

*Rajinlah belajar demi Bangsa dan Negara, serta jagalah kesehatanmu!
*Semoga anda sukses!

0 Response to "Contoh-Contoh Budaya Lokal"

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.

Terimakasih Atas Pengertiannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel