Litosfer

Litosfer
Dalam IPA tentang kebumian, tanah atau bebatuan yang ada di bumi di sebut litosfer. Litosfer berasal dari bahasa Yunani yakni lithos (batuan) dan sphaira (lapisan). Jadi, litosfer merupakan lapisan batuan yang ada di bumi. Dalam pengertian luas, litosfer diartikan sebagai seluruh bagian padat bumi, termasuk intinya. Struktur padat bumi terdiri atas kerak bumi, mantel, dan inti bumi.

Masing-masing struktur padat bumi itu dibedakan lagi menjadi bagiannya masing-masing. Kerak bumi dibedakan menjadi kerak benua dan kerak samudera. Kerak benua merupakan kerak bumi yang berada di daratan. kerak samudera merupakan kerak bumi yang berada di dalam laut. Mantel bumi terdiri atas mantel atas dan mantel bawah. Inti bumi dibedakan menjadi 2, yakni inti luar yang berupa cairan pekat dan inti dalam yang bersifat pekat hampir menyerupai padatan.

1. Teori Tektonik Lempeng
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari  tiap-tiap lempeng ini, selalu berubah-rubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memilik kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yakni gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan daratan tinggi.

Pada tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yakni bumi pada awal hanya terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaesa dan dikelilingi oleh lautan yang dinamakan Panthalassa. Selanjutnya Pangaea ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya sekarang ini. Hal tersebut didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan struktur dan batuan antar benua.

Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah jika lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada 2 jenis kerak bumi yaitu kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, tetapi akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi beberapa bagian yang kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan begitu lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera / keduanya.

Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yakni lempeng Eurasia, Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia. Lempeng-lempeng itu bergerak di atas lapisan astenosfer (kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat hampir melebur atau hampir berbentuk cair). Oleh sebab itu, maka terjadi interaksi antar lempeng pada batas-batas lempeng yang dapat berbentuk;
  • Divergen. Lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan mengakibatkan material dari selubung naik membentuk lantai Samudera baru dan membentuk jalur magmatik atau gunung api.
  • Konvergen. Lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Di belakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunung api serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Astralia dan lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunung api Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara dan berbagai cekungan seperti cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan cekungan Jawa Utara.
  • Transform. Lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak litosfer. Hal ini dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar San Andreas di Amerika.
tiga jenis batas lempeng (plate boundary)
Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona konvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.
Tumbukan itu dapat berupa;
a. Tumbukan lempeng Benua dengan lempeng Samudera
Tumbukan ini, lempeng samudera akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45° atau lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju astenosfer.

b. Tumbukan lempeng Samudera dengan lempeng Sumatera
Apabila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk cenderung di lantai samudera. Bila tumbuh ke atas permukaan laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak beberapa ratus kilometer dari palung laut, di mana kedua lempeng samudera bertemu.

c. Tumbukan lempeng Benua dengan lempeng Benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua, sehingga menyebabkan massa benda dan sedimen lantai samudera tertekan, terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang menghasilkan pegunungan Himalaya.


Penyebab Lempeng Bergerak
Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab lempeng bergerak saat ini  adalah karena ada arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai energi dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi  sepanjang waktu. Konveksi di dalam bumi dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti litosfer samudera lebih berat dari selubung di bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang  menarik lempeng ini cukup  kuat untuk  mengendalikan  mantel.

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus menerus sejak bumi tercipta hingga sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan, samudera.

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudera (oceanic curt), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudera, beserta lapisan teratas ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudera lebih tinggi di bandingkan kepadatan pada kerak benua. Demikian juga, elemen-elemen zat pada kerak samudera (mafik) lebih  berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).

Lempeng-lempeng tektonik utama yakni;
  • Lempeng Afrika, meliputi Afrika (Lempeng Benua)
  • Lempang Antartika, meliputi Antartika (Lempeng Benua)
  • Lempeng Australia, meliputi Australia (Lempeng Benua)
  • Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa (Lempeng Benua)
  • Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut (Lempeng Benua)
  • Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan (Lempeng Benua)
  • Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik (Lempeng Samudera)
Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua di bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya).


2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi bisa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia.

Skala Rickter adalah skala yang dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. Gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besarnya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa.
lempengan tektonik gerakan global

a. Jenis-jenis Gempa Bumi
Jenis gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan;
1. Berdasarkan Penyebab
a) Gempa bumi tektonik
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yakni pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana di Bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh  pelepasan tenaga yang terjadii karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.

b) Gempa bumi tumbukan
Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi.

c) Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

d) Gempa bumi buatan
Gempa buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

e) Gempa bumi vulkanik
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi, maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi itu hanya terasa di sekitar gunung api itu.

2. Berdasarkan Kedalaman
a) Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.

b) Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

c) Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

3. Berdasarkan Gelombang atau Getaran Gempa
a) Gelombang primer
Gelombang primer (gelombang longitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.

b) Gelombang sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang, yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

b. Penyebab terjadinya gempa bumi
Umumnya gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan itu tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan itu. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi diperbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena material lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.

b. Akibat Gempa Bumi
Berikut ini beberapa akibat yang disebabkan karena peristiwa  gempa bumi.
  • Gedung/bangunan roboh
  • Kebakaran
  • Permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus
  • Jatuhnya korban jiwa
  • Banjir dapat rusaknya tanggul
  • Tanah longsor akibat guncangan
  • Gempa di dasar laut yang menyebabkan tsunami


c. Cara Menghadapi Gempa Bumi
1. Bila berada di dalam rumah
  • Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah di bawah meja atau tempat tidur.
  • Bila tidak ada, lindungi kepala dengan bantal atau benda lainnya.
  • Jauhi rak buku, lemari dan kaca jendela
  • Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang tergantung di dinding, dll.
2. Bila berada di luar ruangan
  • Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon yang  tinggi, dll.
  • Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka
  • Jauhi rak-rak dan kaca jendela
3. Bila berada di dalam ruangan umum
  • Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang
  • Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, lemari, kaca jendela dll.
4. Bila sedang mengendarai kendaraan
  • Segera hentikan di tempat terbuka
  • Jangan berhenti di atas jembatan atau di bawah  jembatan layang/jembatan penyeberangan
5. Bila sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai dasar mall
  • Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan
  • Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau satpam
6. Bila sedang berada di dalam lift
  • Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol
  • Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah
  • Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia
  • Jangan gunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Lebih baik gunakan tangga darurat
7. Bila sedang berada di dalam kereta api
  • Berpenganglah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak
  • Bersikaplah tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta
  • Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan
8. Bila sedang berada di gunung/pantai
  • Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman
  • Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Apabila anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke daratan yang tinggi.

3. Gunung Berapi
Beberapa gunung berapi berbentuk karena tabrakan 2 lempeng. Proses itu akan menghasilkan serangkaian gunung berapi. Apabila terdapat 2 lempeng yang bertabrakan, maka lempeng yang memiliki massa jenis yang lebih besar akan menekuk ke bawah lempeng yang massa jenisnya lebih rendah. Saat sebuah lempeng menekuk di bawah lempeng lain, maka batuan pada lempeng yang menekuk akan melebur menjadi magma. Magma akan naik menuju permukaan karena perbedaan massa jenis.

Naiknya magma ke permukaan menyebabkan Erupsi. Erupsi terjadi pada gunung berapi. Magma yang keluar dan mengalir di permukaan saat terjadi erupsi disebut larva. Gunung berapi memiliki lubang yang berbentuk melingkar di daerah puncaknya yang disebut kawah. Saat erupsi terjadi, magma dan material lainnya dimuntahkan melalui kawah gunung berapi.

Ketika erupsi gunung berapi (gunung meletus) terjadi, larva dan beberapa material dimuntahkan hingga ribuan meter kubik (m³) ke udara. Partikel-partikel dari material dan lava yang mendingin akan terlontar ke atas, kemudian berjatuhan dari langit. Fenomena inilah yang disebut hujan debu vulkanik (tephra).

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, aktivitas lempeng dapat membentuk serangkaian gunung api. Salah satu rangkaian gunung berapi yang dikenal adalah cincin api pasifik (ring of fire). Cincin api pasifik merupakan pusat gempa dan rangkaian gunung berapi di sekitar samudera pasifik. Hampir 90% pusat gempa berada di sepanjang cincin api pasifik.
Cincin api pasifik
Cincin api pasifik
Letak Indonesia berada di jalur pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Gunung api itu membentuk sebuah barisan yang membentang dari bagian barat hingga timur Indonesia. Rangkaian gunung berapi membentang dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga kepulauan Maluku, seperti terlihat pada gambar di atas.

Indonesia memiliki sekitar 150 gunung berapi, baik yang aktif maupun ang dorman (tidur). Gunung api aktif merupakan gunung api yang memiliki aktivitas vulkanik yang tinggi dan meletus dalam waktu jangka pendek.
Erupsi merupakan keluarnya magma material lainnya dari dalam bumi oleh letusan gunung berapi. Namun istilah eruspi di masyarakat lebih dikenal gunung meletus. Letusan gunung berapi akan memuntahkan material dengan kekuatan yang dahsyat dan lava pijar maupun lahar dingin yang keluar akan menyapu segala sesuatu yang dilewatinya. Akibatnya, letusan gunung berapi akan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat besar.

Erupsi disebabkan oleh tekanan gas yang kuat dari dalam bumi yang terus menerus mendorong magma. Dengan demikian, magma akan terus naik menuju ke permukaan. Dalam perjalanannya magma yang memiliki suhu hingga 1200°C akan melelehkan batuan disekitarnya. Akibatnya, terjadilah penumpukan magma. Tekanan udara yang berasal dari dalam bumi lambat laun semakin besar, sehingga tersimpan energi yang besar untuk mendorong magma keluar. Jika litosfer yang berasal di atas magma tidak mampu menahan tekanan dari dalam bumi, maka terjadi erupsi. Magma dan material lainnya dimuntahkan melalui kawah gunung api. Energi yang tersimpan itu dilepaskan dalam bentuk ledakan dan semburan yang kuat saat erupsi.

Material yang dikeluarkan saat letusan gunung berapi meliputi material padat, cair, dan gas. Letusan gunung berapi akan mengeluarkan material padatan berupa batuan dan mineral dari dalam bumi. Hasilnya dari letusan gunung api adalah lava dan lahar. Lahar merupakan lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Selain itu, letusan gunung berapi juga menghasilkan gas beracun, yakni hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan  nitrogen dioksida.

Selain material itu, letusan gunung berapi juga menghasilkan awan panas (aliran piroklasik) atau yang terkenal oleh masyarakat dengan nama “wedhus gembel”. Awan panas merupakan hasil letusan seperti awan yang mengalir bergulung. Awan panas terdiri atas batuan pijar, gas panas, serta material lainnya. Awan panas memiliki suhu yang mencapai 700°C. Awan panas ini mengalir menuruni lereng gunung api dengan kecepatan mencapai 200 km/jam.

Letusan gunung berapi memiliki daya penghancur yang besar. Material berbahaya  seperti lahar dan abu vulkanik dapat merusak segala sesuatu yang dilewatinya. Lava pijar yang keluar saat erupsi juga dapat menyebabkan hutan di sekitar gunung terbakar. Hal ini akan mengancam ekosistem alami di hutan itu. Selain itu, suhu tinggi awan yang mengalir menuruni bukit dapat merusak ekosistem serta membunuh makhluk hidup. Gas beracun dan hujan debu akibat gunung meletus juga dapat mencemari udara dan mengganggu pernapasan.

Letusan gunung berapi sangat berbahaya. Hampir tidak mungkin menghindari kerusakan saat terjadi gunung meletus. Untuk mempermudah membawa aktivitas gunung api dan proses evakuasi, dibuatlah tingkatan isyarat/status gunung berapi. Badan geologi Kementerian  Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) membedakan status gunung api menjadi empat tingkatan. Level terendah  adalah status NORMAL dengan warna status hijau. Tingkatan level paling tinggi adalah status AWAS dengan isyarat warna merah. 

Tingkatan status gunung berapi menurut Badan Geologi Kementerian ESDM
Status AWAS
Makna status AWAS;
  • Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana.
  • Letusan pembukaan dimulai dengan debu dan  asap.
  • Letusan berpeluang terjadi dalam 24 jam.
Tindakan;
  • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan.
  • Koordinasi dilakukan secara harian.
  • Piket penuh.

Status SIAGA
Makna status SIAGA;
  • Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana.
  • Peningkatan intansif kegiatan seismik.
  • Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana.
  • Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu.
Tindakan;
  • Sosialisasi di wilayah terancam.
  • Penyiapan  secara darurat.
  • Koordinasi harian.
  • Piket penuh.

Status WASPADA
Makna status WASPADA;
  • Adanya aktivitas apapun bentuknya.
  • Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal.
  • Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya.
  • Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal.
Tindakan;
  • Penyuluhahan/sosialisasi.
  • Penilaian bahaya.
  • Pengecekan sarana.
  • Pelaksanaan piket terbatas.

Status NORMAL
Makna status NORMAL;
  • Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma.
  • Level aktivitas dasar.
Tindakan;
  • Pengamatan rutin
  • Survey dan penyelidikan.

Biasanya gunung berapi yang akan meletus memiliki tanda-tanda yang dapat dipelajari. Di daerah sekitar gunung api yang akan meletus akan memiliki suhu yang terus meningkat. Akibatnya, air dari sumber air pegunungan menjadi hangat dan beberapa sumber air dapat mengering. Suhu di daerah pegunungan berapi yang  terus meningkat akan menyebabkan tumbuhan yang hidup di daerah itu layu. Gunung yang akan meletus juga menumbulkan suara gemuruh.

Selain itu, gempa kecil yang terus menerus di sekitar gunung api juga merupakan tanda bahwa gunung itu akan meletus. Kita juga dapat memprediksi bahwa gunung api akan meletus dengan melihat perilaku hewan yang tinggal di gunung. Jika hewan yang tinggal di atas pegunungan mulai bermigrasi turun gunung, maka itu merupakan pertanda bahwa gunung akan meletus. Jika kita sudah mengetahui gunung api akan meletus, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengungsi ke tempat yang aman atau ke titik evakuasi.

Demikianlah ulasan mengenai Litosfer, yang pada kesempatan kali ini dapat dibahas dengan lancar. Semoga bermanfaat bagi anda yang menyimaknya. Kiranya cukup sekian, kurang lebihnya mohon maaf dan sampai jumpa.
*Rajinlah belajar demi Bangsa dan Negara, serta jagalah kesehatanmu!!!
*Semoga anda sukses!!!

0 Response to "Litosfer"

Post a Comment

Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.

Terimakasih Atas Pengertiannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel