Kelahiran Dan Perkembangan Nasionalisme Di Indonesia
Kelahiran Dan Perkembangan
Nasionalisme Di Indonesia
Nasionalisme merupakan ideologi
yang mendasari perubahan sosial, budaya, dan politik di berbagai belahan dunia
pada awal abad XX. Ideologi itu lahir di Barat namun justru menjadi musuh utama
bagi kolonialisme dan imperialisme Barat. Oleh karena itu, tujuan utama gerakan
nasionalisme di tanah jajahan adalah membentuk negara bangsa yang merdeka dari penjajahan
Barat. Nasionalisme Indonesia pun merupakan ideologi yang berfungsi menegaskan
hak dan kewajiban bangsa Indonesia untuk membentuk negara. Negara yang hendak
dibentuk saat itu adalah successor state
dari Hindia Belanda. Rasa nasionalisme itu diekspresikan dalam beragam bentuk
mulai dari organisasi pergerakan, pidato politik, hingga gerakan massa yang
melibatkan rakyat.
A. Pengertian Nasionalisme
Ada dua fenomena menarik yang
terjadi di Indonesia pada awal abad XX. Pertama, setelah selesainya upaya-upaya
penaklukan maka kekuasaan pemerintah kolonial telah utuh dan konkret. Hampir
seluruh Nusantara telah jatuh ke dalam satu kekuasaan, pemerintahan, hukum dan
administrasi kolonial. Kedua, sebagai akibat dari sistem pendidikan yang
dikembangkan oleh pemerintah kolonial, muncul kelompok elite baru dari kalangan
bangsawan. Kelompok inilah yang mampu memformulasikan permasalahan yang
dihadapi oleh bangsanya dan menerjemahkan ke dalam beragam bentuk gerakan.
Mereka terdiri atas para mahasiswa yang telah mendapat pendidikan Barat dan
karenanya mampu memahami konsep-konsep yang berkembang di Barat. Salah satu
konsep yang berhasil mereka peroleh dan kembangkan adalah nasionalisme.
Nasionalisme adalah konsep yang
muncul di Barat sejak abad XVII. Sejak abad itu, Inggris telah memiliki
kesadaran untuk tampil sebagai bangsa yang mampu memimpin Eropa. Kesadaran ini
merupakan penjelmaan dari gerakan sosial yang menginginkan kemerdekaan individu.
Pelopor gerakan ini adalah John Locke yang menekankan bahwa kemerdekaan
individu, kemuliaan dan kebahagiaannya merupakan unsur asasi dari semua
kehidupan nasional. Dalam perkembangannya, gerakan sosial di Inggris
memengaruhi pula bangsa Prancis. Nasionalisme yang berkembang di Prancis
dipengaruhi oleh renaisans yang menginginkan kebebasan dari pengawasan gereja. Pelopornya
adalah J.J. Rousseau yang berpendapat bahwa masyarakat politik sejati hanya
bisa didasarkan atas sifat-sifat luhur warganya dan cintanya kepada tanah air.
Puncak gerakan nasionalisme terjadi pada awal abad XX di mana muncul negara
bangsa di kawasan Asia dan Afrika sebagai reaksi atas praktik kolonialisme dan
imperialisme Barat.
Ada beberapa pengertian tentang
nasionalisme, antara lain nasionalisme bisa dipahami sebagai bersatunya
sekelompok individu dengan individu lain karena adanya dorongan kemauan dan
kebutuhan psikis. Dorongan yang lain adalah kesatuan perasaan dan perangai yang
muncul karena adanya persamaan nasib. Dalam perkembangannya, nasionalisme
mengarah pada upaya pembentukan negara. Oleh karena itu, nasionalisme juga
berarti kesetiaan tertinggi seorang individu yang diberikan kepada negara dan bangsa.
Dari pengertian di atas tentu
kita bisa membuat batasan pengertian tentang nasionalisme. Nasionalisme
berkaitan dengan eksistensi sebuah kelompok atau bangsa dan adanya keinginan
untuk bersatu meskipun beragam perbedaan ada di antara mereka. Keinginan itu biasanya
muncul ketika adanya tekanan dari bangsa lain dalam bentuk penjajahan atau
kolonialisme. Oleh karena itu, secara politis nasionalisme adalah gerakan yang
berusaha menghancurkan kolonialisme untuk membangun negara bangsa yang merdeka.
Gerakan itu semakin efektif saat didukung oleh adanya perasaan senasib sependeritaan
dan kesadaran kebangsaan dari warganya.
1. Lahirnya Nasionalisme
Indonesia
Indonesia telah dijajah oleh
bangsa Barat sejak abad XVII, namun kesadaran nasional sebagai sebuah bangsa
baru muncul pada abad XX. Kesadaran itu muncul sebagai akibat dari sistem
pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial. Karena, melalui
pendidikanlah muncul kelompok terpelajar atau intelektual yang menjadi motor penggerak
nasionalisme Indonesia. Melalui tangan merekalah, perjuangan bangsa Indonesia
di dalam membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat
memasuki babak baru. Inilah yang kemudian dikenal dengan periode pergerakan
nasional. Perjuangan tidak lagi dilakukan dengan perlawanan bersenjata tetapi
dengan menggunakan organisasi modern.
Ide-ide yang muncul pada masa
pergerakan nasional hanya terbatas pada para bangsawan terdidik saja. Selain
merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi juga karena hanya kelompok
bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir pemerintah kolonial. Mereka
menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki organisasi yang rapi dan kuat
tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional sebagaimana perlawanan rakyat
sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi modern bagi perjuangan
kebangsaan.
Ada beberapa faktor yang
menyebabkan lahirnya nasionalisme Indonesia. Secara umum bisa dikelompokkan
menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar. Faktor dari dalam
antara lain sebagai berikut.
a. Seluruh Nusantara telah
menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan
kolonial Belanda. Ironisnya adalah eksploitasi Barat itu justru mampu
menyatukan rakyat menjadi senasib sependeritaan.
b. Munculnya kelompok intelektual
sebagai dampak sistem pendidikan Barat. Kelompok inilah yang mampu mempelajari beragam
konsep Barat untuk dijadikan ideologi dan dasar gerakan dalam melawan
kolonialisme Barat.
c. Beberapa tokoh pergerakan
mampu memanfaatkan kenangan kejayaan masa lalu (Sriwijaya, Majapahit, dan
Mataram) untuk dijadikan motivasi dalam bergerak dan meningkatkan rasa percaya diri
rakyat di dalam berjuang menghadapi kolonialisme Barat.
Kondisi itulah yang mampu memompa
harga diri bangsa untuk bersatu, bebas, dan merdeka dari penjajahan. Meskipun begitu,
harus diakui bahwa munculnya kesadaran berbangsa itu juga merupakan dampak
tidak langsung dari perluasan kolonialisme. Oleh karena itu,para mahasiswa yang
menjadi penggerak utama nasionalisme Indonesia bisa disebut sebagai tokoh
penggerak dari masyarakat. Sedang faktor yang berasal dari luar negeri antara
lain kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905 yang mampu mengangkat
rasa percaya diri bahwa bangsa berwarna bisa mengalahkan bangsa kulit putih,
lahirnya nasionalisme di kawasan Asia dan Afrika yang berhasil membentuk
negara-negara baru, serta beberapa prinsip dari Woodrow Wilson yang termuat
dalam Wilson 14 points. Semua
nilai-nilai yang berasal dari luar itu berhasil diserap oleh para tokoh pelajar
intelektual kita yang sedang belajar di luar negeri.
Nasionalisme Indonesia muncul
sebagai reaksi dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang ditimbulkan oleh
adanya kolonialisme. Oleh karena itu, gerakan nasionalisme pada awal abad XX
tidak bisa dipisahkan dari praktik kolonialisme sebab keduanya merupakan hubungan
sebab akibat. Hanya saja, pada tahap awal nasionalisme berkembang pada tingkat
elite yaitu kelompok bangsawan terpelajar. Merekalah yang mula-mula memiliki
kesadaran adanya diskriminasi kehidupan bangsa dan berusaha mencarikan
jawabannya. Bentuk gerakannya memiliki corak yang beragam mulai dari yang
bersifat etnis, kultural, hingga nasional.
Itulah latar belakang munculnya
nasionalisme Indonesia. Meskipun banyak mengadopsi nilai dan pengertian dari
luar, tetapi nasionalisme Indonesia tetap memiliki spesifikasi tersendiri.
2. Perkembangan Nasionalisme
Indonesia
Semenjak ide-ide perubahan dan
nasionalisme mulai masuk ke Indonesia, ada perubahan di dalam menghadapi
kolonialisme dan imperialisme Barat. Perubahan itu antara lain mencakup
strategi, pemimpin pergerakan, dan cakupan wilayah gerakan. Perlawanan terhadap
kolonialisme tidak lagi ditempuh melalui perjuangan bersenjata tetapi
menggunakan organisasi atau perkumpulan yang dipimpin oleh kelompok bangsawan
terpelajar dengan cakupan wilayah yang lintas etnis dan budaya. Salah satu
faktor yang mampu mempersatukannya adalah adanya kesadaran nasional.
Kesadaran itu mulai bangkit
setelah periode politik etis diterapkan di Indonesia. Periode ini ditandai oleh
munculnya priayi baru yang menempatkan pendidikan sebagai kunci perubahan
masyarakat. Oleh karena itu, tidak aneh apabila banyak organisasi pergerakan
yang menempatkan pendidikan sebagai tujuan gerakan. Berikut adalah gerakan yang
muncul setelah kesadaran nasional mulai muncul di Indonesia.
a. Budi Utomo
Tokoh utama dari organisasi ini
adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa pelajar School
tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) Jakarta di bawah pimpinan
Sutomo. Tujuan pendiriannya adalah untuk de
harmonische ontwikkeling van land en volk van Java en Madura atau kemajuan
yang harmonis untuk nusa dan bangsa Jawa dan Madura. Terlihat bahwa ”bangsa” yang
dimaksud masih dalam lingkup Jawa dan Madura belum meliputi seluruh Indonesia.
Ini memang bisa dimengerti karena setiap bentuk gerakan selalu tergantung dari
cakrawala berpikir dari para tokoh penggeraknya. Oleh karena itu, ada yang
mengatakan bahwa Budi Utomo adalah renaisans atau kebangkitan kembali
kebudayaan Jawa. Ada beberapa reaksi yang muncul setelah organisasi ini
berdiri, antara lain sebagai berikut.
1) Golongan priayi aristokrat
Jawa merasa khawatir akan terganggu eksistensinya karena daya dobrak para
priayi terpelajar melebihi etnis Jawa.
2) Pemerintah kolonial Belanda
mulai merasa terganggu karena para pemimpin pergerakan itu tidak bisa lagi
dibohongi atau diadu domba seperti waktu perlawanan bersenjata dahulu.
3) Para pelajar dan mahasiswa
dari berbagai daerah dan perguruan mulai mengikuti jejak dengan membentuk organisasi
pergerakan. Meskipun mendapat beragam reaksi, Budi Utomo mampu berkembang ke
berbagai daerah dan membuka cabang di kota-kota besar di Jawa seperti
Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Bahkan anggotanya bisa mencapai 10.000 orang
dari berbagai daerah. Dalam perkembangannya, organisasi ini tidak bisa
menghadapi kuatnya dominasi priayi tua yang cenderung takut dengan perubahan.
Dalam kongres pertama tanggal 3–5 Oktober 1908 di Yogyakarta, kelompok muda
yang revolusioner tersingkir dan Budi Utomo hanya terfokus pada budaya Jawa
saja. Kelompok muda akhirnya membentuk organisasi baru seperti Jong Ambon, Jong
Celebes, Jong Minahasa, sementara Budi Utomo menjadi badan berkekuatan hukum
setelah mendapat pengakuan dari pemerintah kolonial karena dianggap tidak berbahaya.
b. Sarekat Islam
Organisasi ini mulanya merupakan
perkumpulan para pedagang muslim yang dirintis oleh H. Samanhudi dan R.M.
Tirtoadisuryo tahun 1909. Tujuannya untuk melindungi hak-hak para pedagang
muslim dari monopoli pedagang-pedagang besar Cina. Pada tahun 1911, Haji
Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk menghimpun pedagang muslim agar
mampu bersaing dengan pedagang dari Arab, India, dan Cina. Tujuan gerakannya
adalah meningkatkan perekonomian anggotanya.
Organisasi ini kemudian berkembang
ke arah politik setelah dipegang oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto dan
berganti nama menjadi Sarekat Islam. Penindasan-penindasan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial tidak luput dari perjuangan organisasi ini, apalagi jumlah
anggotanya sangat besar. Tujuan gerakan ini antara lain memajukan rakyat dengan
cara persaudaraan dan tolong-menolong sesama muslim. Pemerintah akhirnya
memberikan kekuatan hukum tahun 1916, sehingga SI bisa mengirimkan anggotanya
ke Volksraad.
Sarekat Islam berubah lebih
radikal setelah disusupi paham sosialis yang dibawa oleh Sneevliet (pendiri Indische Sosialistische Demokratische
Vereeniging atau ISDV). Selain menyebarkan paham sosialis juga
terang-terangan menentang kebijakan Tjokroaminoto. Akhirnya, organisasi ini pecah
menjadi dua, yaitu SI Putih di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto (Islam) dan
SI Merah di bawah Semaun (Sosialis Komunis).
c. Indische Partij
Inilah organisasi kaum Indo
pertama yang menanamkan kesadaran kebangsaan Indonesia. Organisasi yang dirintis
oleh Douwes Dekker, bertujuan menghapuskan kolonialisme dan eksploitasi Belanda
atas rakyat Hindia Belanda. Pada tahun 1912, ia mengajak Suwardi Suryaningrat
dan Cipto Mangunkusumo untuk mengembangkan organisasi. Sebagai organisasi yang berhaluan
nasionalis, anggotanya berlatar belakang lintas etnis dan budaya. Oleh karena
itu, semboyan organisasi ini adalah Hindia untuk bangsa Hindia.
Indische Partij adalah partai
politik pertama yang terang-terangan menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat
Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari Prancis, Suwardi
Suryaningrat menulis artikel yang berjudul Als
Ik een Nederlander was atau Seandainya
Saya Seorang Belanda. Tulisan ini berisi kritikan terhadap pemerintah Belanda atas rencana
pengumpulan dana bagi peringatan
tersebut. Akhirnya, pada tahun 1913 Indische Partij dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan para tokohnya menyebar ke berbagai organisasi.
d. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi
Islam yang bertujuan memurnikan pelaksanaan ajaran agama Islam. Didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Gerak dakwah organisasi
ini adalah memajukan pengajaran dan kesejahteraan para anggotanya dengan cara
mendirikan sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan. Pada tahun 1914, organisasi
ini mendapat pengakuan dari pemerintah dan mendapat sambutan dari rakyat.
Dalam waktu yang singkat,
Muhammadiyah mampu mendirikan cabangnya di Padang, Makassar, Bandung, Jakarta,
dan kota-kota besar di Indonesia. Jumlah anggotanya pun juga dengan cepat bertambah.
Bahkan, organisasi ini juga ikut terlibat dalam perjuangan meraih kemerdekaan
Indonesia.
e. Perhimpunan Indonesia
Organisasi inilah sesungguhnya
yang meletakkan dasar-dasar nasionalisme Indonesia. Semula, organisasi yang
berdiri tahun 1908 ini bernama Indische
Vereeniging, bersifat moderat. Kedatangan para tokoh eks Indische Partij ke
Belanda tahun 1913 mampu memompa semangat para mahasiswa Indonesia di Belanda.
Iwa Kusumasumantri menjadi ketua dan menyatakan tiga prinsip organisasi. Pertama, Indonesia menentukan nasibnya sendiri.
Kedua, kemampuan dan kekuatan
sendiri. Ketiga, persatuan dalam
menghadapi Belanda. Pada tahun 1925, berubah menjadi Perhimpunan Indonesia dan
semakin aktif di dalam menghadapi kolonialisme, antara lain dengan mengikuti
Kongres Liga Demokrasi Perdamaian Internasional di Paris tahun 1926. Pada tahun
1927, PI menghadiri Liga Antikolonial di Brussels. Nazir Datuk Pamuntjak
menyampaikan pidato berjudul Indonesia en
der Vrijheidstrijd.
Pada tahun 1925, PI mengeluarkan
manifesto politik yang isinya sebagai berikut. Pertama, kesatuan nasional yaitu untuk mendirikan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu maka segala perbedaan etnis
primordial harus ditiadakan. Kedua,
solidaritas yaitu menyamakan persepsi dan menghilangkan perbedaan untuk menghadapi kolonialisme. Ketiga,
nonkooperasi yaitu kesadaran bahwa
kemerdekaan bukanlah hadiah sukarela tetapi
harus dicapai dengan perjuangan. Keempat,
swasembada yaitu mengandalkan
kekuatan sendiri untuk membangun kehidupan
bangsa agar sejajar dengan bangsa kolonial. Keempat ideologi tersebut mampu membuka jalan bagi lahir dan berkembangnya nasionalisme Indonesia.
Apalagi para mahasiswa kita di negeri
Belanda juga mengetahui adanya Wilson 14 point yang antara lain berisi kemerdekaan untuk menentukan nasib bangsa sendiri.
f.Partai Nasional Indonesia
Tokoh utama partai ini adalah Ir.
Soekarno. Organisasi ini didirikan tanggal 4 Juli 1927 oleh para mahasiswa yang
sedang melaksanakan studi di Bandung dan semakin populer setelah PKI dilarang
oleh pemerintah. Tujuan gerakannya adalah kemerdekaan Indonesia, oleh karena
itu sifatnya radikal. Salah satu metode yang diterapkan oleh partai ini adalah
rapat-rapat akbar. Dengan cara ini maka rakyat bisa mengikuti pendidikan
politik secara langsung dari para pemimpinnya.
Akibat perlawanannya dengan
pemerintah, banyak para tokohnya yang ditangkap oleh pemerintah dan dipenjara
atau dibuang ke berbagai daerah. Dalam pidato pembelaannya di Landraad atau pengadilan negeri Bandung, Ir. Soekarno menyampaikan
pidato yang berjudul Indonesia Klaagt Aan atau yang dikenal dengan Indonesia Menggugat. Pidato ini oleh banyak pengamat
disebut sebagai tesis Bung Karno tentang kolonialisme. Namun, pembelaan itu
tidak bisa menghindarkannya dari penjara selama 4 tahun.
B. Gerakan Nasionalisme di Asia
Gerakan nasionalisme lahir karena
adanya kesadaran nasional berkaitan dengan harkat dan martabat suatu bangsa dalam
menghadapi kolonialisme dan imperialisme. Oleh karena itu, gerakan nasionalisme
bisa ditemukan di berbagai bangsa. Gerakan yang satu dengan gerakan yang lain
saling memengaruhi. Tidak aneh apabila di antara para tokohnya terjalin
komunikasi yang erat bahkan hingga masing-masing tokoh mampu mendirikan sebuah
negara merdeka.
Bangkitnya nasionalisme di
seluruh Asia bisa dilihat sebagai sebuah gerakan massa yang sezaman. Para cendekiawan
dan kelompok terpelajar di antara bangsa-bangsa di Asia memiliki kesamaan
pandangan di dalam menghadapi kolonialisme Barat. Kita bisa memahami bagaimana
Mohammad Hatta telah sejak tahun 1927 mengenal Jawaharlal Nehru justru saat
dilaksanakan kongres antipenindasan di Brussels. Apabila dirunut kelahiran nasionalisme
Indonesia pun tidak terlepas dari faktor-faktor yang datang dari luar, antara
lain kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905, Gerakan Turki
Merdeka, Revolusi Cina, gerakan nasional di Filipina dan India. Berkaitan
dengan kemenangan Jepang atas Rusia, untuk pertama kalinya dalam sejarah,
bangsa kulit berwarna di Asia bisa mengalahkan bangsa kulit putih. Inilah yang
mampu mengangkat harkat dan rasa percaya diri bangsa-bangsa Asia di dalam menghadapi
kolonialisme. Sejak itulah, muncul gerakan-gerakan nasionalisme di berbagai
bangsa seperti Congres Party (India), Kuomintang (Cina), Sarekat Islam
(Indonesia), dan lain-lain.
1. Gerakan Nasionalisme Cina
Lahirnya nasionalisme Cina
disebabkan beberapa faktor, antara lain kekecewaan rakyat terhadap penguasa
Manchu, kekalahan dalam Perang Candu tahun 1842, dan keinginan untuk membentuk
negara sendiri. Kaisar Manchu dinilai bukan keturunan bangsa Cina dan lemah saat
menghadapi penjajahan bangsa Eropa, AS, dan Jepang. Akhirnya revolusi pun
pecah. Kaisar Manchu digulingkan oleh rakyatnya sendiri tahun 1911 dan Cina
menjadi republik. Jalannya pemerintahan republik tidak stabil karena sering
terjadi intrik dan pertikaian, hingga saat tampil tokoh nasionalis terkemuka
Dr. Sun Yat Sen.
Dr. Sun Yat Sen mencita-citakan
Cina baru yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu
nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Ia berhasil memimpin revolusi nasional
yang meletus di Wuchang tanggal 11 Oktober 1911. Pada tahap awal, gerakan ini
berpusat di Cina Selatan, karena Cina Utara masih dikuasai oleh Dinasti Manchu
di bawah Kaisar Pu Yi dan para Warlord
(panglima perang). Meskipun berhasil memimpin revolusi nasional tetapi Dr. Sun Yat
Sen tidak mau menjadi presiden dan menunjuk Jenderal Yuan Shih Kai (salah satu
Warlord yang berpengaruh) untuk menjabat presiden tahun 1911–1916. Ia sendiri
mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan Kuo Min Tang (Partai Nasionalis).
Dr. Sun Yat Sen menjadi presiden Cina setelah berhasil memadamkan pemberontakan
tahun 1916–1922. Pada tahun 1924, Sun Yat Sen meninggal dan digantikan oleh
Chiang Kai Shek.
2. Gerakan Nasionalisme India
Pada tahap awal, pergerakan
nasionalisme India bersifat gerakan sosial dan pendidikan dan baru berubah
menjadi gerakan politik setelah berdiri Indian National Congress (Partai
Kongres). Anggota partai ini terdiri atas golongan intelektual Hindu dan muslim
serta merupakan gerakan kebangsaan rakyat India.
Sebagai seorang pemimpin, Gandhi
sangat disegani oleh penjajah dan dihormati oleh rakyatnya. Ada beragam bentuk
gerakan nasionalisme yang diperjuangkan oleh Mahatma Gandhi untuk memperjuangkan
kemerdekaan India.
Berikut ini gerakan Nasionalisme
India;
1.Ahimsa Gerakan antikekerasan
yang melarang pembunuhan.
2.Satyagraha Gerakan untuk tidak
bekerja sama dengan kaum penjajah (Inggris).
3.Hartal Pemogokan yaitu
perlawanan melalui gerakan tidak berbuat apa-apa, meskipun mereka datang ke
tempat kerja.
4.Swadesi Gerakan untuk
mempergunakan produksi sendiri, tidak meng-
gantungkan kepada produk bangsa
lain.
3. Gerakan Nasionalisme Turki
Gerakan nasionalisme Turki mulai bangkit setelah muncul
upaya modernisasi. Modernisasi dimaksudkan untuk membangun kembali Turki
setelah kekuasaannya dipersempit oleh penjajah Barat. Semasa pemerintahan
Sultan Muhammad II, Kerajaan Turki Usmani menjadi kerajaan dunia (abad XV–XIX).
Selanjutnya, Turki mendapat sebutan The Sick Man karena kehilangan banyak
wilayah dan pengaruh. Modernisasi Turki dipelopori oleh Rasjid Pasha, Fuad,
Namik Kemal, Ali Pasha, Midhat Pasha, dan Kemal Pasha.
Para tokoh pergerakan Turki
kemudian membentuk Gerakan Turki Muda. Tujuannya adalah menyelamatkan Turki
dari keruntuhan dengan mengadakan reorganisasi negara secara modern, membentuk dan
mengembangkan nasionalisme Turki, dan mempersatukan Turki ke dalam satu bahasa,
bangsa dan negara. Gerakan nasionalisme yang dipelopori oleh Kemal Pasha
semakin kuat dalam menghadapi Barat dan mendapatkan dukungan rakyat hingga
berhasil menghapuskan sistem kesultanan. Republik Turki berdiri pada tanggal 29
Oktober 1923 dan Kemal Pasha menjadi presiden yang pertama.
4. Gerakan Nasionalisme Mesir
Ada beberapa sebab munculnya
nasionalisme Mesir. Munculnya gerakan Wahabi yang menentang penjajahan Turki
mampu mempersatukan rakyat Mesir. Apalagi rakyat Mesir memperoleh pengaruh dari
Revolusi Prancis yang dibawa Napoleon saat menduduki Mesir tahun 1798. Paham
liberal yang melanda Mesir menyebabkan munculnya kelompok terpelajar yang
berorientasi modern. Mereka pernah menempuh pendidikan di Eropa dan berbagai
universitas ternama di Beirut dan Damsyik.
Nasionalisme Mesir juga
terpengaruh Gerakan Turki Muda. Nilai-nilai persatuan yang diperjuangkan
nasionalis Turki mampu menggugah semangat bangsa Mesir untuk bersatu. Apalagi
muncul gerakan Pan-Arab yang dipelopori oleh Amir Chetib Arslan yang menganjurkan
agar bangsa-bangsa Arab bersatu dan memperjuangkan kemerdekaan bangsanya.
Nasionalisme Mesir ditandai oleh
munculnya pemberontakan Arabi Pasha (1881–1882) terhadap Inggris. Setelah PD-I,
Mesir menuntut kemerdekaan kepada Inggris. Akhirnya tahun 1922, Mesir menjadi
kerajaan di bawah persemakmuran Inggris. Tahun 1936 Mesir menjadi negara yang
merdeka penuh. Selanjutnya, Terusan Suez dikuasai Mesir kembali pada tahun 1956
setelah dinasionalisasi oleh Gamal Abdul Nasser.
Menjamurnya gerakan kebangsaan di
Indonesia dengan dukungan dan solidaritas dari tokoh-tokoh pergerakan di Asia
membuat pemerintah kolonial Belanda merasa khawatir. Apalagi gerakan pergerakan
semakin radikal, nonkooperatif, dan kesadaran rakyat semakin meningkat. Oleh
karena itu, pemerintah kolonial Belanda merasa perlu menambah pasal-pasal dalam
Wetboek van Strafrecht atau Buku Hukum Pidana yang bisa menjerat dan
mengendalikan pergerakan nasional. Dengan alasan membahayakan keamanan dan ketertiban
umum, pemerintah kolonial bisa menangkap dan memenjarakan tokoh-tokoh
pergerakan.
Penerapan pasal itu jelas
berpengaruh pada aktivitas pergerakan para tokoh. Karena para polisi
memperlakukannya secara fasis dan kejam. Para pemimpin pergerakan ditangkap dan
dipenjara di Digul dan Endeh tanpa proses hukum yang jelas. Dampaknya adalah melunaknya
pergerakan nasional yang ditandai dengan tampilnya organisasi pergerakan yang
bersifat kooperatif, antara lain Partai Indonesia Raya di bawah Sutomo dan
Partai Indonesia Raya (Parindra) serta Regentenbond
atau Persatuan Bupati. Kelompok-kelompok ini mau bekerja sama dengan pemerintah
kolonial Belanda dengan mengirimkan wakilnya untuk duduk di Volksraad.
Info Tambahan;
Pengaruh Nasionalisme Cina bagi
Indonesia Pertumbuhan dan perkembangan nasionalisme Indonesia juga dipengaruhi
oleh nasionalisme yang ada di Asia. Mari kita simak pidato Ir. Soekarno di
depan BPUPKI berikut ini.
”Maka demikian pula, jika kita hendak mendirikan negara Indonesia Merdeka,
Paduka tuan ketua, timbullah pertanyaan: Apakah ”Weltanschauung” kita, untuk
mendirikan negara Indonesia Merdeka di atasnya? Apakah nasional-sosialisme?
Apakah historisch-materialisme? Apakah San Min Chu I, sebagai dikatakan doktor
Sun Yat Sen? Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka,
tetapi ”Weltanschauung”nya telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah,
dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku ”The three people”s principles” San Min
Chu I, Mintsu,Minchuan, Min Sheng, - nasionalisme, demokrasi, sosialisme,-
telah digambarkan oleh doktor Sun Yat Sen Weltanschauung itu, tetapi baru dalam
tahun 1912 beliau mendirikan negara baru di atas ”Weltanschauung” San Min Chu I
itu, yang telah disediakan terdahulu berpuluh-puluh tahun. Kita hendak
mendirikan negara Indonesia merdeka di atas ”Weltanschauung” apa?
Nasional-sosialisme-kah, Marxisme-kah, San Min Chu I-kah, atau ”Weltanschauung”
apakah?”
C.Pergerakan Kebangsaan pada Masa
Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan bala tentara
Jepang, pergerakan nasional semakin menemukan kesamaan orientasi dan tujuan.
Seluruh elemen pergerakan memiliki kesamaan perjuangan yaitu tercapainya
Indonesia merdeka. Oleh karena itu, tidak aneh apabila sering terjadi fusi
berbagai organisasi pergerakan. Meskipun begitu, perjuangan tetap dilakukan dengan
solidaritas yang semakin tinggi. Antara pemimpin dan rakyat terjalin ikatan
yang erat di dalam beragam bentuk organisasi pergerakan.
1.Perjuangan Para Tokoh Semasa
Pendudukan Jepang
Meskipun hanya dalam waktu
singkat, tetapi bala tentara Jepang mampu meluluhlantakkan pertahanan Hindia
Belanda. Bahkan, Belanda yang telah menjajah selama ratusan tahun itu dengan
mudah bisa ditaklukkan oleh bala tentara Jepang. Strategi yang pertama kali
diambil oleh pemerintah pendudukan Jepang adalah dengan propaganda. Kepada
rakyat disampaikan berita bahwa mereka datang untuk membebaskan rakyat dari
penjajahan Barat. Cara ini antara lain dengan menganggap dirinya sebagai saudara
Asia. Tidak heran apabila rakyat menyambut kedatangannya dengan sukacita dan
penuh harap. Apalagi di kalangan rakyat juga muncul ramalan Jayabaya yang menyatakan
akan datangnya bangsa cebol berkulit kuning yang akan membebaskan rakyat dari
penindasan. Namun, secara berangsur kehidupan bangsa Indonesia semakin
menderita.
Untuk membantu program Perang
Asia Timur Raya, pemerintah pendudukan Jepang berusaha memobilisasi penduduk
dan sumber dayanya dengan beragam cara. Selain dengan membuat propaganda juga
dengan cara merekrut para pemimpin nasional untuk dijadikan pemimpin
organisasi-organisasi bentukan Jepang. Coba identifikasi organisasi dan
pemimpinnya.
Salah satu organisasi yang
mempunyai peran besar di dalam pengembangan kesadaran kebangsaan Indonesia
adalah Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Organisasi ini dibentuk tanggal 9 Maret
1943, dipimpin oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan Kiai
Haji Mas Mansur. Fungsinya untuk menggerakkan rakyat sekaligus sebagai tempat
para pemimpin kita dalam mempersiapkan bangsa Indonesia. Para pemimpin
menggunakan organisasi Putera untuk mengadakan pendidikan politik bagi rakyat.
2.Kehidupan Rakyat Semasa
Pendudukan Jepang
Berbeda dengan zaman penjajahan
Belanda, pemerintah pendudukan Jepang justru memperbolehkan bahasa Indonesia
untuk berkembang. Alasan Jepang adalah untuk membangkitkan antipati rakyat
terhadap budaya Barat sehingga dengan mudah bisa diberdayakan untuk
membantunya. Pada tanggal 20 Oktober 1942, pemerintah pendudukan Jepang
membentuk Komisi Bahasa Indonesia. Tujuannya untuk memperkaya kosakata dan
istilah-istilah dalam bahasa Indonesia. Bahkan nama-nama kota yang merupakan
peninggalan Belanda diganti dan disesuaikan dengan bahasa Indonesia. Misalnya Batavia
diubah menjadi Jakarta, Mr. Cornelis (Jatinegara),
Buitenzorg (Bogor), dan lain-lain.
Selain itu, banyak nama-nama jawatan yang diganti menjadi nama Indonesia.
Bahkan, beberapa orang yang telah mampu dan menguasai bahasa Jepang mendapat
penghargaan dari pemerintah pendudukan.
Untuk memenuhi kebutuhan
perangnya, Jepang banyak mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di
Indonesia. Bangsa Jepang banyak mendirikan pabrik untuk mendapatkan minyak bumi
bagi kepentingan industri perang mereka. Seluruh sumber daya manusia dikerahkan
untuk membantu Jepang di dalam perang. Tidak heran apabila kondisi sangat
menyedihkan karena berpakaian goni dan makan akar pisang. Meskipun dalam
penderitaan yang hebat, tetapi para pemimpin mampu menggunakan setiap
organisasi untuk mempersiapkan kemerdekaan. Apalagi Jepang mulai mengalami
kekalahan demi kekalahan di dalam Perang Pasifik. Kondisi itulah yang memaksa Perdana
Menteri Koiso memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Langkah
awal realisasi janji itu adalah dengan membentuk badan-badan seperti BPUPKI dan
PPKI. Dua badan inilah yang dijadikan tempat penggodokan dasar-dasar negara
yang hendak didirikan.
Demikian Ulasan Dari Saya, Atas Kunjungannya saya ucapkan terimakasih!!!
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER