Mengajar Sejarah di Kalangan Peserta Didik Etnik Cina
Mengajar Sejarah di Kalangan Peserta Didik Etnik Cina
Untuk menghadapi kelas yang secara homogen yang terdiri dari peserta didik Cina membutuhkan guru yang memiliki kesadaran multikultural, yakni kesadaran untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada mereka yang berbeda kebutuhannya. Sebagai contohnya; peserta didik yang baru saja menetap di Negara Indonesia membutuhkan hal-hal yang berbeda dengan siswa peranakan dalam memahami bahasa, dalam pergaulan, dalam kesadaran untuk merubah sikap dan kecenderungan terhadap tanah air dan budaya.
Sedangkan di kalangan peranakan sendiri terdapat beberapa perbedaan yang halus karena peserta didik yang orang tuanya sibuk di lapangan usaha dan berbisnis berbeda dalam kecenderungan mereka terhadap identitas kolektif, patriotisme/keterpautan terhadap tanah air dan bangsa dibandingkan mereka yang orang tuanya pedagang kecil, pegawai negeri ataupun dosen. Para orang tua yang telah menggeluti bisnis menyerahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab sekolah dalam mendidik anak mereka untuk menjadi warga negara dan bangsa Indonesia yang baik.
Di lain pihak, orang tua yang dulunya pernah mengecap pendidikan sekolah menengah atau perguruan tinggi negeri/pegawai negeri/dosen/terlibat dalam kegiatan sosial bagi komunitasnya, mereka berusaha mendidik anak mereka menjadi bangsa Indonesia.
Mereka tidak menyerahkan pendidikan demikian sepenuhnya kepada sekolah, melainkan secara aktif menghidupkan suasana Indonesia dirumahnya dengan memberikan nama dan menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia, bergabung dengan Pramuka (Praja Muda Karana) atau organisasi sekolah/kepemudaan lainnya, mengapresiasi budaya dan kesenian Indonesia, bahkan ikut dalam Wamil (Wajib Militer) pada waktu masih menjadi mahasiswa.
Maka dari itu guru sejarah, sangat perlu memahami berbagai kebutuhan ini, siapa pun yang memerlukan pelajaran tambahan bahasa, siapa yang memerlukan tambahan bacaan untuk pengayaan pengetahuan sejarah Indonesia, siapa yang memerlukan perhatian dan tanggapan terhadap siswa yang merasaa frustasi karena status dirinya tidak menentu/siswa yang tidak peduli karena merasa tidak mempunyai masa depan yang baik ataupun orang tua mereka yang tidak begitu memperdulikannya.
Seorang guru yang semasa mahasiswanya vokal dan cerdas mengkaji sejarah sosial, menyajikan pelajaran dengan role playing dan simulasi dengan baik. Pada waktu-waktu tertentu seorang guru membawa peserta didiknya menampilkan episode-episode seperti “Serangan Fajar”, dan “konferensi Asia-Afrika”. Hal tersebut akan memicu rasa senang dengan mengomentari maupun menertawakan akting teman-teman mereka di muka kelas. Guru juga dengan mitranya yang mahir menggunakan media, membimbing siswa menyelesaikan tugas-tugas untuk pameran pendidikan dengan membuat bagan, peta, maket, dan patung-patung kecil yang berguna untuk menambah keasikan dalam mempelajari sejarah serta mendapatkan antusiasme. Dengan demikian dalam sudut sejarah akan menjadi populer pada saat antusiasme siswa yang memiliki hobi dalam elektronika.
Demikian ulasan tentang "Mengajar Sejarah di Kalangan Peserta Didik Etnik Cina" yang pada kesempatan kali ini, ReadyyGo dapat sampaikan dan untuk kurang/lebihnya mohom maaf. Semoga bermanfaat ulasan di atas, serta dapat menambah wawasan anda semua, dan tidak lupa juga, semoga anda sukses! Jangan lupa share pada teman-teman ya!
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Mengajar Sejarah di Kalangan Peserta Didik Etnik Cina"
Post a Comment
Tata Tertib Berkomentar di Blog ReadyyGo :
1. Kalimat atau Kata-kata Tidak Mengandung Unsur (SARA).
2. Berkomentar Sesuai dengan Artikel Postingan.
3. Dilarang Keras Promosi Apapun Bentuk & Jenisnya.
4. Link Aktif atau Mati, Tidak Dipublikasikan & Dianggap SPAM.
5. Ingat Semua Komentar Dimoderasi.
6. Anda dapat request artikel lewat kolom komentar ini.
Terimakasih Atas Pengertiannya.